KETERANGAN RINGKAS AL QUR’AN
JUZ 26
Ditulis oleh:
Abul Fida’ Hanif bin Abil Abbas Ar-riyawi
DAMMAJ
بسم الله الرحمن الرحيم
Kata Pengantar
الحمد لله رب العالمين وصلي الله وسلم على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين أما بعد
Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan nikmat Alloh Y yang besar bagi para
hamba, padanya terdapat kebahagian dunia dan akhirat, dan bagi yang
membacanya akan diberi pahala yang besar pula, sebagaimana dalam hadits
Ibnu Mas’ud t:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ الْم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Alloh Y
maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu digandakan sepuluh
kali lipat, akau tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan
tetapi alif itu satu huruf dan lam satu huruf dan mim satu huruf”. HR. Tirmidzi
Dan Alloh Y memerintahkan untuk mentadabburi Al-Qur’an dan memahaminya sebagaimana Alloh Y berfirman :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Dan untuk memahami Al-Qur’an butuh penjelasan dari ulama’ yang mana
mereka telah mengambil penjelasan tersebut dari para salaf yang menimba
ilmu dari Rosululloh r, sehingga kita dapat memahami Al-Qur’an dengan
pemahaman yang benar yang tidak didasari oleh akal belaka. Lebih-lebih
dari kalangan manusia yang bukan dari keturunan arab, jangankan makna
ayat, artinya sajapun kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya, maka
bagaimana akan memahaminya. Maka kami menghadiahkan tulisan ini kepada
para pembaca, sebagai keterangan ringkas untuk memudahkan para pemula
dalam memahami terjemah dari ayat Al-Qur’an, karena sekedar membaca
terjemah terkadang tidak dapat memahami maksud yang sebenarnya.
SEBAB PENULISAN
Sebab yang mendorong penulis untuk menyusun tulisan ini adalah
permintaan salah seorang teman di Makassar, beliau meminta kami agar
dituliskan keterangan ringkas juz 26-27 untuk memudahkan menghafal,
karena jika seseorang faham akan maksud ayat, maka hal itu akan
membantunya dan memudahkannya menghafal ayat tersebut. Maka kami pun
berusaha untuk meluangkan waktu agar bisa memenuhi permintaan tersebut,
karena kami lihat hal ini memiliki manfaat yang besar bagi para pemula
yang tidak mampu memahami bahasa arab. Dan Alhamdulillah telah kami
selesaikan untuk juz 26, selanjutnya untuk juz 27 akan menyusul dan
mudah-mudahan kami bisa menyelesaikannya sampai juz 30, adapun
selanjutnya maka kami hanya bisa berharap, mudah-mudahan ada yang
menyelesaikan semuanya.
PENYUSUNAN TULISAN
Adapun cara yang kami lakukan dalam penyusunan tulisan ini, maka kami
awali dengan menyebutkan ayat, kemudian kami sebutkan terjemahnya, dan
kami ambil terjemah tersebut dari terjemahan Indonesia yang terdapat
dalam maktabah syamilah, kemudian kami cocokkan dengan penjelasan Ibnu
Katsir dalam tafsirnya, jika kami lihat ada kalimat yang kurang sesuai
dengan penjelasan Ibnu Katsir maka kami perbaiki kalimat tersebut dan
kami sesuaikan dengan tafsirnya, kemudian kami sebutkan di bawahnya
keterangan untuk memahamkan terjemahan dan ayat tersebut. Dan cara kami
dalam memberi keterangan, kami berpedoman dengan tafsir Ibnu Katsir, dan
kami simpulkan keterangan beliau. Dan kami berusaha untuk menyusun
kesimpulan tersebut dengan bahasa yang mudah dan ringkas, akan tetapi
terkadang keterangan kami lebih panjang dari penjelasan beliau, hal itu
terjadi karena keadaan menuntut, demi memahamkan maksud. Adapun
hadits-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Katsir maka banyak sekali yang
kami tinggalkan, dan kami hanya mengambil satu atau dua hadits sesuai
kebutuhan. Maka tentu saja tulisan ini memiliki banyak kekurangan,
karena itu kami tidak menyarankan untuk berpedoman dengan tulisan ini
bagi yang bisa memahami bahasa arab, karena lebih utama baginya untuk
langsung membaca tafsir Ibnu Katsir. Dan perlu digarisbawahi bahwa
tujuan utama kami bukan menjelaskan semua masalah yang berkaitan dengan
ayat tersebut, akan tetapi tujuan kami hanyalah memberi keterangan untuk
memahamkan terjemah dari ayat tersebut.
Kemudian kami tambahkan dalam catatan kaki masalah-masalah yang penting
yang berkaitan dengan keyakinan ahlu sunnah yang ditunjukkan oleh ayat
tersebut dalam bentuk yang ringkas pula, demi memudahkan para pemula.
Dan kami jelaskan pula keadaan hadits yang kami sebutkan dalam
keterangan itu dan kami sebutkan jalannya, walaupun sebenarnya bisa
menyulitkan pembaca yang belum mengenal ilmu hadits, maka cukup baginya
kesimpulannya apakah hadits tersebut sohih ataukan dhoif (lemah). Dan
kami sebutkan jalannya berikut cacatnya karena bisa jadi ada yang
mengetahui ilmu hadits dan kemudian menuntut bukti akan sohih atau
lemahnya hadits tersebut, maka apa yang telah tercantum cukup menjadi
jawaban atas tuntutan tersebut. Adapun hukum yang kami tetapkan untuk
hadits tersebut, sohih ataupun dhoif, itu semua hanya sebatas ijtihad
dan kemampuan kami, tidak menutup kemungkinan kami salah dan keliru.
Maka jika kami benar maka itu adalah karunia dari Alloh Y, dan jika kami
keliru maka itu adalah sebab dari kekurangan ilmu yang kami miliki, dan
kami sangat berterimakasih jika ada yang meluruskan kekeliruan itu.
Kami berharap mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi ummat, dan
menjadi harta simpanan kami di akherat kelak untuk dapat meraih surga
yang dijanjikan Alloh Y bagi hambaNya yang bertaqwa.
SURAT AL-AHQOF
بسم الله الرحمن الرحيم
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2)
1. Haa Miim
2. Kitab ini diturunkan dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam
ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari
sisi-Nya, diturunkan pada Rosul-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم([1]).
مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)
3.
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.
dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka.
Alloh
menjelaskan bahwa Alloh menciptakan langit dan bumi dan yang ada
antara keduanya bukan untuk perkara yang sia-sia. Sedangkan orang-orang
kafir mereka terus berpaling dari apa yang telah diturunkan Alloh
kepada para Rosul-Nya.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (4)
4.
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain
Alloh; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi
ini atau adakah mereka berserikat (dengan Alloh) dalam (penciptaan)
langit? bawalah kepada-Ku kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau
peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian adalah
orang-orang yang benar”
Yaitu
kaum musyrikin mereka mempersekutukan Alloh , maka Alloh menuntut
mereka untuk menunjukkan tempat yang telah diciptakan oleh sekutu-sekutu
mereka dari bumi ini sehingga mereka berhak disembah dari selain Alloh
, ataukah sekutu-sekutu mereka itu berserikat dengan Alloh dalam
penciptaan langit dan bumi ini, tentunya ini mustahil, karena mereka
tidak memiliki hak sedikitpun walaupun hanya sekulit biji kurma. Karena
itu Alloh menantang mereka untuk mendatangkan kitab-kitab Alloh yang
telah diturunkan kepada para nabi sebelumnya yang memerintahkan untuk
menyembah berhala-berhala itu, atau bukti yang nyata yang membenarkan
jalan yang mereka tempuh itu. Tentu mereka tidak mampu mendatangkan itu
semua.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5)
5.
dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru
sembahan-sembahan selain Alloh yang tiada dapat mengabulkan (doa) nya
sampai hari kiamat dan mereka lalai dari doa mereka.
Yaitu tidak ada orang yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
selain Alloh , sedangkan berhala-berhala itu lalai dari doa mereka,
tidak bisa mendengar, tidak pula melihat, tidak mampu mendatangkan
manfaat untuk dirinya tidak pula menolak mudarat dari dirinya, maka
bagaimana mungkin bisa mengabulkan doa mereka?
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)
6.
dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari peribadatan
mereka.
Yaitu
para makhluk yang mereka sembah dulu di dunia akan menjadi musuh dan
mengingkari peribadatan mereka di hari kiamat kelak, sebagaimana Alloh
kisahkan dalam surat Maryam ayat 81-82 dan surat Al-Ankabut ayat 52.
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
7.
dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas,
berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu
datang kepada mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Demikianlah keadaan kaum musyrikin, mereka kufur dan ingkar terhadap
ayat-ayat Alloh yang telah jelas bagi mereka, sedangkan mereka tidak
memiliki hujjah dan bukti nyata melainkan hanya ucapan ” ini adalah
sihir”.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (8)
8.
bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al
Quran)”. Katakanlah: “Jika aku mengada-adakannya, Maka kalian tiada
mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Alloh itu. Dia
lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu.
Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Yaitu : jika aku berdusta atas-Nya dan aku mengaku-ngaku bahwa Alloh
telah mengutusku sedangkan Alloh tidak mengutusku tentu Alloh Y akan
mengadzabku dengan adzab yang sangat pedih, dan tidak seorangpun mampu
melindungiku dari adzab-Nya, sebagaimana Alloh Y berfirman dalam surat
Al-Haqqoh ayat 44-47 :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ (44) لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ (45) ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ (46) فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ (47)
44. seandainya Dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya (diadzab)
46. kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kalian yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
Kemudian Alloh menyebutkan dua nama-Nya yang agung yaitu Al-Ghofur
yang mengandung sifat ampunan dan Ar-Rohim yang mengandung sifat rohmah
dan kasih sayang, maka dalam ayat ini Alloh menganjurkan pada mereka
agar segera bertaubat dan kembali kepada Alloh .
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ (9)
9.
Katakanlah: “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan
aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadap kalian. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
jelas”.
Yaitu: aku bukanlah awal Rosul dan bukan pembawa sesuatu yang tidak ada
contoh sebelumnya sehingga kalian mengingkari dan menganggap jauh akan
pengutusanku ini, sesungguhnya Alloh telah mengutus para Nabi dari
sebelumku.
Dan Firman Alloh “Dan aku (Rosululloh r) tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadap kalian”.
Di sini ada dua pendapat, ada yang mengatakan bahwa ayat ini sudah
dihapus dengan surat Al-Fath ayat 2 yang menjelaskan bahwa Alloh telah
mengampuni dosa Rosululloh r yang telah lalu dan yang akan datang, dan
beliau dijanjikan surga. Pendapat kedua : yaitu aku tidak mengetahui apa
yang akan diperbuat terhadapku di dunia ini, apakah aku akan diusir
sebagaimana para Nabi dulu diusir, ataukah aku akan dibunuh sebagaimana
para Nabi dulu dibunuh?! Dan aku tidak tahu apakah kalian akan
ditenggelamkan ke dalam bumi ataukah akan dihujani dengan batu?! Adapun
di Akhirat maka telah dipastikan bahwa Rosululloh r masuk surga dan juga
para pengikutnya. Pendapat kedua inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10)
10.
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaKu, Bagaimanakah pendapat kalian jika
Al Quran itu datang dari sisi Alloh, sedangkan kalian mengingkarinya dan
seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan
(yang tersebut dalam) Al Quran lalu Dia beriman, sedang kamu
menyombongkan diri. Sesungguhnya Alloh tiada memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim”.
Yaitu: Al-Qur’an itu diturunkan dari Alloh , dan kitab-kitab
sebelumnya yang telah diturunkan kepada para Rosul telah menjadi saksi
akan kebenaran Al-Qur’an, dan seorang saksi dari bani isroil ini pun
telah beriman akan kebenarannya. Yang dimaksud dengan seorang saksi itu
adalah Abdulloh bin Salam sebagaimana diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ (11)
11.
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau
Sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada
mendahului Kami (beriman) kepadanya. dan karena mereka tidak mendapat
petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang
lama”.
Yaitu mereka menganggap bahwa diri mereka memiliki kedudukan di sisi
Alloh sehingga layak untuk mendapatkan perhatian, karena itu mereka
mengatakan seandainya Al-Qur’an itu baik tentu mereka yang terlebih
dahulu beriman, bukan orang-orang seperti Bilal dan Suhaib dan Khubab
dan yang semisal mereka dari kalangan orang lemah dan budak. Mereka
telah keliru, menganggap diri mereka punya kedudukan di sisi Alloh dan
yang pantas mendapatkan perhatian, padahal tidaklah demikian. Kemudian
mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an itu kedustaan lama, yaitu mewarisi
dari orang-orang sebelumnya.
وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ (12)
12.
dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan
rahmat. dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa
Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Yaitu: sebelum turunnya Al-Qur’an telah diturunkan kitab Taurat kepada
Nabi Musa r, dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang membenarkan kitab-kitab
sebelumnya yang mencakup peringatan terhadap orang kafir dan kabar
gembira untuk kaum mukminin.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)
13.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Alloh”,
kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Yaitu mereka tidak khawatir atas apa yang akan datang dan tidak pula
berduka cita atas apa yang telah lalu. Dan surga itu sebagai balasan
atas amalan mereka. Maknanya adalah amalan itu merupakan sebab untuk
mendapatkan rahmat Alloh sehingga mereka masuk surga, bukan maknanya
seseorang itu masuk surga karena amalannya, akan tetapi masuk surga
karena rahmat Alloh , dan amalan merupakan sebab untuk mendapatkan
rahmat Alloh , sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:
قاربوا وسددوا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله قالوا يا رسول الله ولا أنت ؟ قال ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل
“Bersedang-sedanglah
(dalam amalan, tidak berlebihan tidak pula lalai) dan istiqomahlah (di
atas al-haq), dan ketahuilah, tidaklah selamat salah seorang dari kalian
karena amalannya,” Mereka berkata : “Wahai Rosululloh, Anda juga tidak?”, beliau menjawab: “Aku juga tidak, melainkan Alloh melimpahkan kepadaku rohmat-Nya dan fadhilah-Nya”. HR. Muslim.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)
15.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”.
Dalam ayat ini Alloh memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang
tua setelah menyebutkan ayat-ayat tauhid, sebagaimana Alloh telah
mengiringkan kedua kewajiban ini dalam ayat yang lain seperti yang
tercantum dalam surat A-Baqoroh ayat 83, dan An-Nisa’ ayat 36, dan
Al-An’am ayat 151, dan Al-Isro’ ayat 23, ini menunjukkan akan agungnya
dua kewajiban ini yang harus kita tunaikan dengan semestinya, bahkan
Rosululloh r mendudukkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua
sebelum kewajiban jihad fisabilillah sebagaimana dalam hadits Ibnu
Mas’ud t:
أي الأعمال أحب إلى الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي ؟ قال ثم بر الوالدين قلت ثم أي ؟ قال ثم الجهاد في سبيل الله
“Apa amalan yang paling dicintai di sisi Alloh , Rosululloh r menjawab : “Solat tepat pada waktunya,” Kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua“, kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian jihad fisabilillah.” HR. Muslim.
Kemudian kewajiban mentaati kedua orang tua ini selama mereka tidak
memerintahkan dalam kemaksiatan sebagaimana Alloh berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan
Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Al-Ankabut ayat 8
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” Luqman ayat 15
Dan ibu lebih berhak mendapatkan pergaulan baik dari pada ayah, sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
”
Seorang lelaki datang kepada Rosululloh t dan berkata: “Wahai Rosululloh
siapakah yang berhak mendapatka baiknya pergaulanku?” Beliau menjawab :
“Ibumu“, Dia berkata: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ayahmu“. HR. Bukhori Muslim.
Yang demikian itu karena ibu telah mengalami segala kesusahan dalam
mengandungnya hingga melahirkannya sebagaimana yang telah Alloh
sebutkan dalam ayatnya.
Dan firman Alloh : “Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan” mengandung masalah fiqhiyyah. Ulama’ berdalil dengan ayat ini dan ayat 14 dari surat luqman :
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan menyapihnya dalam dua tahun”
dan ayat 233 dari surat Al-Baqoroh:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh.”
Bahwa
paling sedikitnya waktu mengandung adalah 6 bulan. Segi pendalilannya
adalah: Alloh telah menyebutkan dalam dua ayat yang terakhir bahwa
menyusui selama dua tahun, dua tahun sama dengan 24 bulan, dan dalam
ayat pertama Alloh menyebutkan bahwa masa menyusui dengan masa
kehamilan seluruhnya 30 bulan, telah disebutkan bahwa masa menyusui
selama 24 bulan maka sisa 6 bulan itulah masa kehamilan, dan pendalilan
ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir –semoga Alloh merahmatinya-.
Kemudian Alloh memberi bimbingan agar bertaubat dan kembali kepada Alloh ketika telah mencapai umur 40 tahun.
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16)
16.
Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka,
bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka.
Yaitu : orang-orang yang bertaubat kepada Alloh dan kembali
kepadanya, dan meminta ampun kepadanya atas kesalahan yang pernah mereka
lakukan, mereka itulah yang diterima amal baik mereka dan diampuni
kesalahan mereka dan mereka termasuk dari penduduk surga yang telah
dijanjikan Alloh bagi orang-orang yang bertaubat kepada-Nya.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18)
17.
dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu
keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan
dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?”
Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Alloh seraya
mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Alloh adalah
benar”. lalu Dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang
dahulu belaka”.
18.
mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka
bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan
manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Setelah Alloh menyebutkan keadaan orang yang berbakti kepada kedua
orang tua, dan balasan baik yang telah dijanjikan Alloh untuknya
berupa kesenangan dan keselamatan, Alloh menyebutkan keadaan orang
yang durhaka kepada orang tua dan mengingkari hari kebangkitan yang
telah ditetapkan Alloh , maka orang yang seperti ini akan mendapatkan
adzab yang pedih sebagai balasan atas amal buruknya, maka menjadilah dia
termasuk dari orang yang merugi.
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19)
19.
dan bagi masing-masing mereka tingkatan menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Alloh mencukupkan bagi mereka (balasan) amalan-amalan
mereka sedang mereka tiada didzolimi.
Yaitu : Adzab mereka bertingkat-tingkat, dan masing-masing akan
mendapatkan tingkatan adzab dalam neraka sesuai dengan amalan mereka
tanpa Alloh mendzolimi mereka. Berkata Abdur Rohman bin Zaid bin Aslam :
“Tingkatan dalam neraka itu semakin ke bawah, sedangkan tingkatan dalam
surga itu semakin ke atas.”
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20)
20.
dan di hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada
mereka dikatakan): “Kalian telah menghabiskan rezki kalian yang baik
dalam kehidupan duniawi kalian (saja) dan kalian telah bersenang-senang
dengannya; Maka pada hari ini kalian dibalasi dengan azab yang
menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa
hak dan karena kalian telah fasik”.
Yaitu : orang-orang kafir telah menghabiskan kesenangan mereka di dunia
sehingga mereka tidak lagi mendapatkan kesenangan di Akhirat. Maka
mereka di Akhirat akan mendapatkan adzab yang hina, dan pedih berikut
penyesalan karena mereka telah menyombongkan diri dari mengikut
kebenaran, menghabiskan kesenangan mereka di dunia dengan melakukan
kefasikan dan kemaksiatan.
Bahkan Umar bin Khottob tmenghindari makanan dan minuman yang ledzat
karena takut akan menjadi seperti orang yang tidak mendapatkan
kesenangan lagi di Akhirat.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21)
21.
dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad Yaitu ketika Dia memberi
peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya telah terdahulu
beberapa orang pemberi peringatan (yang telah diutus) kepada orang-orang
yang ada di sekitar negeri mereka (dengan mengatakan): “Janganlah
kalian menyembah selain Alloh, Sesungguhnya aku khawatir kalian akan
ditimpa azab hari yang besar”.
Alloh menghibur Rosululloh r ketika didustakan oleh kaumnya agar
Rosululloh r mengingat Hud r yang juga telah didustakan oleh kaumnya
ketika Hud r diutus kepada mereka yang tinggal di Ahqof (yang berada di
Hadhoromaut Yaman), padahal Alloh telah mengutus para Rosul yang
memberi peringatan kepada orang-orang yang tinggal di negeri di sekitar
negeri mereka. Begitupun mereka masih mendustakan Hud r dan mengatakan:
قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22)
22.
mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada Kami untuk menghalangi Kami
dari (menyembah) sesembahan kami? Maka datangkanlah kepada Kami azab
yang telah kamu ancamkan kepada Kami jika kamu termasuk orang-orang yang
benar”.
Mereka menantang untuk disegerakan adzab kepada mereka, karena mereka
menganggap bahwa apa yang diancamkan kepada mereka itu jauh untuk
terjadi, maka Hud r pun menjawab:
قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23)
23. Hud r
berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Alloh
dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan
membawanya tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh”.
Yaitu : Allohlah Yang tahu tentang kalian, jika memang kalian berhak
untuk disegerakan adzab kepada kalian, adapun aku maka tugasku hanyalah
menyampaikan apa yang aku diutus dengannya, akan tetapi kalian
orang-orang yang tidak berfikir dan tidak memahami.
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
24.
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kalian
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab
yang pedih,
25.
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka
jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas)
tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang
berdosa.
Ketika mereka melihat mendung datang ke arah mereka, mereka merasa
senang dan gembira, karena mereka mengira bahwa itu adalah mendung yang
akan mendatangkan hujan yang mereka tunggu-tunggu karena mereka sangat
membutuhkannya, namun mereka salah menduga, bahkan itu adalah adzab yang
mereka minta kepada Hud r untuk disegerakan. Maka angin itu
menghancurkan negeri itu dan penduduknya tanpa tersisa dengan idzin
Alloh , maka itulah hukuman Alloh terhadap orang-orang yang
mendustakan para Rosul-Nya dan menyelisihi perintah Alloh .
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)
26.
dan Sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal
yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami
telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi
pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun
bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Alloh dan mereka
telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka
memperolok-olokkannya.
Yaitu Alloh memberi peringatan agar tidak seperti orang-orang yang
telah diberi kedudukan oleh Alloh di dunia berupa harta dan keturunan,
dan diberi pendengaran, penglihatan dan hati, namun semua itu tidak
berguna bagi mereka, karena mereka selalu ingkar dan mengolok-olok
ayat-ayat Alloh sehingga mereka berhak mendapat siksa dari Alloh .
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27)
27.
dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan
Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran Kami supaya mereka kembali
(bertaubat).
Yaitu: Alloh telah membinasakan negeri-negeri di sekitar Mekkah,
seperti kaum ‘Aad yang tinggal di Ahqof yang berada di
Hadhoromaut-Yaman, dan seperti kaum Tsamud yang tinggal di antara Mekkah
dan Syam, dan juga kaum Saba’ yang tinggal di Ma’rib-Yaman dan juga
penduduk Madyan dan kaumnya Luth r.
فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28)
28.
Maka mengapa sesuatu selain Alloh yang mereka jadikan sebagai
sesembahan untuk mendekatkan diri (kepada Alloh) tidak dapat menolong
mereka? Bahkan sesembahan-sesembahan itu telah lenyap dari mereka?
Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Yaitu: sesembahan yang mereka sembah tidak mampu menolong mereka di
kala mereka membutuhkan pertolongan itu, karena semua itu hanyalah
kebohongan yang mereka ada-adakan.
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29
29.
dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang
mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya)
lalu mereka berkata: “Diamlah kalian (untuk mendengarkannya)”. Ketika
pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan.
Ayat ini mengkisahkan tentang serombongan jin yang mendengarkan
Al-Qur’an kemudian mereka beriman dan kemudian menyeru kaumnya untuk
beriman pula, yang mana kebiasaan mereka adalah mencuri berita dari
langit, namun pada kali ini mereka tidak bisa mencuri berita dari langit
dan mereka dilempar dengan batu api, sehingga mereka bertanya-tanya apa
sebenarnya yang menghalangi mereka untuk bisa mencuri berita, maka
ketika itulah mereka berjalan mencari penyebab yang menghalangi mereka
hingga mereka mendengarkan ayat Al-Qur’an dari Rosululloh r yang
menyebabkan mereka beriman, sebagaimana kisah ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dari haditsnya Ibnu Abbas t:
انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمْ الشُّهُبُ فَرَجَعَتْ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ فَقَالُوا مَا لَكُمْ فَقَالُوا حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ قَالُوا مَا حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ إِلَّا شَيْءٌ حَدَثَ فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلَاةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ فَقَالُوا هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إلَى قَوْمِهِمْ وَقَالُوا يَا قَوْمَنَا {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ{قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ}وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الْجِنِّ
“Rosululloh
r berjalan bersama sekelompok dari para sahabatnya menuju ke pasar
Ukadz, dan telah dihalangi antara setan dan khobar langit dan dikirim
kepada mereka batu api, maka para setan itu kembali kepada kaumnya dan
kaumnya berkata “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab “Telah
dihalangi antara kami dan antara khobar langit dan dikirimkan kepada
kami batu api”, Kaumnya berkata “Tidaklah menghalangi antara kalian dan
antara khobar langit melainkan sesuatu yang terjadi, maka pergilah
kalian ke timur dan barat bumi dan lihatlah apa ini yang telah
menghalangi antara kalian dan antara khobar langit”, Maka berjalanlah
mereka yang menuju ke daerah Tihamah kepada Rosululloh r dan beliau
berada di Nakhlah (pohon kurma) bersama sahabatnya menuju pasar Ukadz
dan beliau sedang solat subuh berjama’ah bersama sahabatnya, dan ketika
para setan itu mendengar Al-Qur’an mereka menyimaknya dan mereka berkata
“Demi Alloh inilah dia yang menghalangi antara kalian dan antara khobar
langit,” Maka di situlah ketika mereka kembali kepada kaumnya dan
mereka berkata “Wahai kaum kami! Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al
Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang
benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami. Maka Alloh menurunkan
kepada Rosululloh r {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ} , dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Rosululloh r adalah perkataan jin.”
Ayat ini memberikan faedah bahwa di kalangan jin ada juga pemberi
peringatan, tapi bukan berarti dari kalangan jin ada Nabi dan Rosul,
karena sesungguhnya Nabi dan Rosul itu hanyalah dari kalangan manusia,
Alloh tidak mengutus Nabi dan Rosul dari kalangan jin, berdasarkan
firman Alloh :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى
”Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri”
Adapun Firman Alloh :
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ
130. Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri,
Yang dimaksud dengan “golongan kalian” adalah manusia, bukan manusia dan jin.
Dan setelah diutusnya Ibrohim r, maka semua Nabi yang diutus adalah dari keturunannya, berdasarkan firman Alloh :
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ
27. dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al kitab pada keturunannya (Ibrohim).
. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30)
30.
mereka berkata: “Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan
kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan
Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada
jalan yang lurus.
Setelah mereka mendengar Al-Qur’an dari lisan Rosululloh r dan mereka
telah beriman kepadanya, mereka pun kembali kepada kaumnya dengan
membawa peringatan dan mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an ini membenarkan
kitab-kitab sebelumnya dan membawa kebenaran yang membimbing kepada
jalan yang lurus. Dan dalam ayat ini Alloh menjelaskan bahwa Al-Qur’an
itu diturunkan setelah nabi Musa r yaitu setelah kitab taurat, padahal
sebelum Al-Qur’an adalah kitab Injil dan Taurat diturunkan sebelum
Injil, yang demikian itu karena kitab Injil pada hakikatnya adalah
penyempurna Taurat, maka yang menjadi pondasi utama adalah Taurat, maka
layak dikatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan setelah Taurat.
يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31)
31.
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh dan
berimanlah kepada-Nya, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian
dan melepaskan kalian dari azab yang pedih.
Ayat ini merupakan dalil bahwa Rosululloh r diutus kepada jin dan manusia.
وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32)
32.
dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh
maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Alloh di muka bumi dan
tidak ada baginya pelindung selain Alloh. Mereka itu dalam kesesatan
yang nyata”.
Maka mereka telah menyeru kaumnya untuk beriman dengan memberi harapan
dan ancaman, sehingga banyak dari kaumnya yang datang kepada Rosululloh r
dan beriman dengannya
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33)
33.
dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Alloh yang
menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena
menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan)
Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaitu : Tidakkah mereka orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan
itu memperhatikan bahwa Alloh mampu menciptakan langit dan bumi, maka
tentu Alloh lebih mampu untuk membangkitkan manusia, lalu kenapa
mereka mengingkarinya?! Padahal Alloh maha kuasa atas segala sesuatu.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34)
34.
dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada
neraka, (Dikatakan kepada mereka): “Bukankah (azab) ini benar?” mereka
menjawab: “Ya benar, demi Tuhan kami”. Alloh berfirman “Maka rasakanlah
azab ini disebabkan kalian selalu ingkar”.
Maka mereka tidak bisa lagi untuk mengingkari melainkan harus mengaku.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35)
35.
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada
mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat
pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak
dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Dalam ayat ini Alloh Y memerintahkan Rosululloh r untuk bersabar
sebagaimana Ulul Azmi dari para Rosul itu bersabar, yang dimaksud dengan
Ulul Azmi adalah yang memiliki keteguhan dalam ujian([2]).
Dan orang-orang kafir ketika telah menyaksikan adzab yang mengerikan,
mereka merasa bahwa selama ini mereka tinggal di dunia hanyalah sesaat.
SURAT MUHAMMAD
بسم الله الرحمن الرحيم
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (1) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2)
1. orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Alloh, Alloh menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka.
2.
dan orang-orang mu’min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang
diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari Tuhan mereka, Alloh
menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka.
Yaitu: orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Alloh Y dan
menghalangi orang lain dari jalan Alloh, maka Alloh Y membatalkan
amalan-amalan mereka, mereka tidak mendapatkan balasan dan pahala.
Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Alloh dengan hati mereka lahir
dan bathin mereka tunduk kepadanya serta beriman terhadap Al-Qur’an
maka Alloh Y membalas amal mereka dengan menghapus kesalahan-kesalahan
mereka dan memperbaiki urusan dan keadaan mereka.
ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (3)
3.
yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti
yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari
Tuhan mereka. Demikianlah Alloh membuat untuk manusia
perbandingan-perbandingan bagi mereka.
Yaitu : Alloh membatalkan amalan-amalan orang kafir karena mereka
ingkar dan lebih memilih yang bathil daripada kebenaran. Sedangkan Alloh
menghapus kesalahan orang-orang yang beriman karena mereka mengikuti
kebenaran, demikianlah Alloh menjelaskan kepada mereka akan akibat dari
amalan mereka dan kemana tempat mereka di hari kiamat nanti.
فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4)
4.
apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka
pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kalian telah
mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kalian boleh
membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir.
Demikianlah apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan
mereka tetapi Alloh hendak menguji sebahagian kalian dengan sebahagian
yang lain. Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh, Alloh tidak
akan menyia-nyiakan amal mereka.
Dalam ayat ini Alloh Y memberi bimbingan kapada kaum mu’minin ketika
mereka berhadapan dengan kaum musyrikin di medan tempur agar kaum
mu’minin memenggal kepala-kepala kaum musyrikin hingga kaum musyrikin
binasa, kemudian menawan mereka, kemudian setelah perang selesai maka
Alloh Y memberi pilihan kepada kaum mu’minin akan tawanan-tawanan itu,
boleh mereka dibebaskan dengan gratis tanpa bayar tebusan, dan boleh
juga mereka dibebaskan dengan syarat harus membayar tebusan.
Dan jika Alloh Y menghendaki, maka Alloh Y bisa membinasakan mereka
dengan menurunkan bencana kepada mereka, akan tetapi Alloh Y ingin
menguji kaum mu’minin sehingga Alloh Y mensyari’atkan jihad dan
bertempur dengan kaum musyrikin yang hikmahnya telah disebutkan oleh
Alloh Y dalam surat Ali Imron dan Baro’ah.
Kemudian Alloh Y menjelaskan keutamaan orang-orang yang gugur di jalan
Alloh, bahwa Alloh Y tidak akan menyia-nyiakan amalan baik mereka bahkan
Alloh Y melipatgandakannya. Sangat banyak keutamaan yang didapatkan
oleh orang yang gugur dalam membela jalan Alloh Y, di antara keutamaan
tersebut adalah yang disebutkan Alloh Y dalam ayat setelahnya bahwa
Alloh Y akan memasukkannya kedalam surga. Mereka tetap hidup dan diberi
nikmat oleh Alloh Y, sebagaimana Alloh Y berfirman :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)
169.
janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170.
mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang
diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,
bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
171.
mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari
Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman.
Mereka mendapat ampunan dari Alloh Y dan semua kesalahan mereka diampuni, Alloh berfirman :
وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (157)
157.
dan sungguh kalau kalian gugur di jalan Alloh atau meninggal (bukan
karena perang), tentulah ampunan Alloh dan rahmat-Nya lebih baik (bagi
kalian) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.
Dan Rosululloh r bersabda dari hadits Abu Qotadah t:
يغفر للشهيد كل ذنب إلا الدين
“Seseorang yang mati syahid diampuni semua dosanya kecuali hutang” HR. Muslim.
Dan di antara keutamaannya adalah apa yang tersebut dalam hadits Miqdam bin Ma’dikarib t:
للشهيد عند الله ست خصال يغفر له في أول دفعة ويرى مقعده من الجنة ويجار من عذاب القبر ويأمن من الفزع الأكبر ويوضع على رأسه تاج الوقار الياقوتة منها خير من الدنيا وما فيها ويزوج اثنتين وسبعين زوجة من الحور العين ويشفع في سبعين من أقاربه
“Seseorang
yang mati syahid dia mendapat enam bagian di sisi Alloh, dia diampuni
di awal kali dia terbunuh, dan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya
di surga, dan dilindungi dari adzab kubur, dan mendapat keamanan dari
tiupan sangkakala, dan diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan
yang terbuat dari yaqut (jenis mutiara) yang lebih baik dari pada dunia
dan seisinya, dan dinikahkan dengan 72 bidadari surga, dan memberi
syafaat untuk 70 orang dari kerabatnya.(([3]))
Atau haditsnya Qois Al-Judzamy t:
يُعْطَى الشَّهِيدُ سِتَّ خِصَالٍ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهِ يُكَفَّرُ عَنْهُ كُلُّ خَطِيئَةٍ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُؤَمَّنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ
“Seseorang
yang mati syahid diberi enam bagian diawal kali tertumpah darahnya,
yaitu dihapus darinya semua kesalahannya, dan diperlihatkan tempat
duduknya di dalam surga, dan dinikahkan dengan bidadari surga, dan
mendapat keamanan diwaktu tiupan sangkakala dan keamanan dari adzab
kubur dan dihiasi dengan hiasan iman.([4])
Dan Rosululloh t bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
( رباط يوم وليلة خير من صيام شهر وقيامه وإن مات جرى عليه عمله الذي كان يعمله وأجري عليه رزقه وأمن الفتان )
“Ribath
sehari dan semalam lebih baik dari pada puasa dan solat malam dalam
sebulan, dan jika dia mati maka amalannya yang dulu dia amalkan terus
mengalir padanya, dan dia diberi rezeki dan dia mendapat keamanan dari
soal kubur.” HR. Muslim.
Dan masih banyak dalil-dalil yang menyebutkan keutamaan yang didapatkan
oleh seseorang yang mati di jalan Alloh Y, mudah-mudahan Alloh Y
menjadikan kita termasuk dari mereka.
سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ (5) وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ (6)
5. Alloh akan memberi bimbingan kepada mereka dan memperbaiki keadaan dan perkara mereka,
6. dan memasukkan mereka ke dalam Jannah yang telah diperkenankanNya kepada mereka.
Yaitu
: jika mereka masuk surga, mereka akan tahu tempat tinggal mereka di
dalam surga dengan bimbingan Alloh Y, seakan-akan mereka telah tinggal
sebelumnya di dalam surga, mereka tidak akan keliru sehingga memasuki
tempat tinggalnya orang lain. Rosululloh r bersabda dari hadits Abu
Sa’id Al-Khudry t:
يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
“Kaum
mu’minin selamat dari api neraka, kemudian mereka ditahan qontoroh
(jembatan) antara surga dan neraka, kemudian diqisos antara sebagian
mereka dengan sebagian yang lain akan kedzoliman yang terjadi antara
mereka dulu di dunia, sehingga apabila mereka sudah dibersihkan dan
dimurnikan mereka diizinkan untuk masuk kedalam surga, demi dzat yang
jiwa Muhammad berada di tangannya, salah seorang dari mereka lebih tahu
akan tempat tinggalnya disurga dari pada tempat tinggalnya dulu di
dunia.” HR. Bukhori.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7)
7. Hai orang-orang mu’min, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kalian.
Ayat ini sangat jelas maknanya, yaitu barang siapa yang menolong agama
Alloh Y dengan menegakkan kalimat alhaq maka Alloh Y akan menolongnya,
sesungguhnya pertolongan itu hanyalah dari Alloh Y, sebagaimana Alloh Y
berfirman :
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan pertolongan (kemenanganmu) itu hanyalah dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Demikianlah balasan bagi orang yang berbuat kebaikan, karena
sesungguhnya balasan itu dari jenis amalan, yaitu jika amalan baik maka
balasannya adalah kebaikan dan jika amalan buruk maka balasannya adalah
keburukan.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (9)
8. dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Alloh menyesatkan amal-amal mereka.
9.
yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang diturunkan Alloh (Al Quran) lalu Alloh menghapuskan (pahala-pahala)
amal-amal mereka.
Sedangkan orang kafir balasan mereka adalah kecelakaan yang akan
menimpa mereka dan disesatkan amalan-amalan mereka oleh Alloh Y dan
Alloh Y hapus amal-amal mereka. Yang demikian itu karena mereka benci
dan tidak menyukai agama Alloh Y, kebalikan daripada kaum mu’minin.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا (10
10.
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga
mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum
mereka; Alloh telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang
kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.
Yaitu kaum musyrikin yang mempersekutukan Alloh Y dan orang-orang yang
mendustakan para Rosul-Nya, tidakkah mereka itu berjalan dan
menelusuri bumi sehingga mereka bisa melihat akibat buruk dan
kebinasaan orang-orang kafir sebelum mereka, sedangkan Alloh Y
menyelamatkan kaum mu’minin, tidakkah mereka bisa mengambil pelajaran
dari itu semua?!
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ (11
11.
yang demikian itu karena sesungguhnya Alloh adalah pelindung
orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu
tidak mempunyai Pelindung.
Sebagaimana dalam hadits Baro’ bin ‘Azib t:
إِنَّ لَنَا الْعُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تُجِيبُوا لَهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَقُولُ قَالَ قُولُوا اللَّهُ مَوْلَانَا وَلَا مَوْلَى لَكُمْ
“ (ketika Abu Sufyan berkata) “ sesungguhnya kami punya Uzza dan tidak ada Uzza bagi kalian, maka Rosululloh r berkata : “Tidakkah kalian menjawabnya?” Mereka para sahabat berkata : “Apa yang akan kami katakan wahai Rosululloh?” Beliau menjawab : “Katakanlah : Allohlah penolong kami dan tidak ada penolong bagi kalian.” HR. Bukhori
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)
12.
Sesungguhnya Alloh memasukkan orang-orang mu’min dan beramal saleh ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang
kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.
Demikianlah balasan bagi orang yang beriman, Alloh Y memasukkan mereka
kedalam surga-Nya dengan rahmat-Nya. Sedangkan orang-orang kafir tujuan
mereka hanyalah kesenangan di dunia, makan dan minum seperti makannya
binatang yang kerjanya hanyalah makan dan minum, maka neraka jahannam
balasan bagi mereka.
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ (13)
13.
dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada
(penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah
membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.
Ini merupakan ancaman keras dari Alloh Y untuk penduduk Mekkah yang
telah mendustakan Rosululloh r berikut mengusirnya, para ummat sebelum
mereka yang keadaannya jauh lebih kuat dari mereka seperti kaum ‘Aad
yang memiliki kekuatan luar biasa itu saja dimusnahkan oleh Alloh Y,
maka sangat mudah bagi Alloh Y untuk membinasakan mereka (penduduk
Mekkah) yang keadaannya jauh lebih lemah daripada umat-umat sebelumnya.
Dan jika Alloh Y tidak menurunkan adzab untuk mereka di dunia, maka itu
karena adanya Rosululloh Y yang membawa berkah.
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (14)
14.
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari
Robbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik
perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?
Yaitu : tidaklah sama orang yang berada di atas ilmu, petunjuk dan
keyakinan dalam agama Alloh Y dengan orang yang memandang baik amalan
buruknya, seperti dalam firman Alloh Y:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى
19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
20.
tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah;
penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung.
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (15)
15.
sifat Jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, di
dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai
dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari
madu yang sangat bersih; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam
buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, samakah mereka itu dengan
orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong ususnya?
Demikianlah di antara sifat jannah yang dijanjikan untuk orang yang
bertaqwa, tidaklah sama air di dalam jannah dengan air di dunia,
demikian juga dengan susu dan madunya, demikian pula khamarnya tidaklah
sama dengan khamar di dunia, sesungguhnya khamar di dunia itu memabukkan
dan berbau busuk yang tidak kalah baunya dengan kotoran hewan, adapun
khamar di Jannah maka dia sangat ledzat rasanya dan enak baunya. Dan
tidaklah penduduk Jannah yang demikian itu sifatnya itu sama dengan
penduduk Jahannam dan kekal di dalamnya yang mereka itu diberi minum
dari air mendidih yang akan memutus usus-usus mereka.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (16)
16.
dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga
apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang
telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang
dikatakannya tadi?” mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati
mereka oleh Alloh dan mengikuti hawa nafsu mereka.
Alloh mengkhabarkan tentang kaum munafiqin akan kedunguan dan tidak
fahamnya mereka, yang mana mereka duduk di sisi Rosululloh r dan
mendengarkan ucapannya, namun tidak dapat memahami sedikitpun akan
ucapannya, sehingga jika mereka keluar dari majelis Rosululloh r mereka
bertanya kepada orang-orang yang berilmu dari kalangan sahabat Nabi r
“Apa yang dia katakan tadi” mereka tidak dapat memahami apa yang
dikatakan oleh Rosululloh r tidak pula memperhatikan apa yang beliau
katakan. Mereka itulah yang telah ditutup oleh Alloh Y pintu hati mereka
dan mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17)
17. dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Alloh menambah petunjuk kepada mereka dan mengilhamkan bimbingan kepada mereka.
Sedangkan orang-orang yang mencari hidayah (petunjuk) –yaitu kaum
mu’minin-maka Alloh Y akan memberi taufiq kepada mereka sehingga Alloh Y
memberi petunjuk kepada mereka dan mengokohkan mereka di atasnya bahkan
menambahnya dan memberi bimbingan kepada mereka
فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ (18)
18.
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu)
kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah
datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran
mereka itu apabila kiamat sudah datang?
Kaum kafir hanyalah menunggu hari kiamat yang akan mendatangi mereka
secara tiba-tiba sedangkan mereka lalai darinya, sungguh telah datang
tanda-tanda dekatnya hari kiamat, Alloh Y berfirman :
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ
1.
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
Diutusnya Rosululloh r itu adalah salah satu tanda dekatnya hari
kiamat, sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’d t beliau r berkata :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بِإِصْبَعَيْهِ هَكَذَا بِالْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ بُعِثْتُ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ
“Aku melihat Rosululloh r mengisyaratkan dengan dua jarinya seperti ini yaitu jari tengah dan jari telunjuk (seraya berkata): “Aku dan hari kiamat diutus seperti ini.” HR.Bukhori.
Dan jika hari kiamat itu telah datang, barulah kaum kafir sadar dan
mengaku beriman, namun tiada lagi berguna kesadaran mereka itu, telah
tegak hujjah atas mereka, sebagaimana Alloh Y berfirman :
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى
23.
dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu
ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
Dan Alloh Y berfirman :
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
158. pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu([5]),
tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang
belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam
masa imannya.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)
19.
Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang
berhak disembah selain Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. dan Alloh mengetahui
tempat kamu berusaha (di siang hari/ di dunia) dan tempat kamu tinggal
(di malam hari/ diakherat).
Ini merupakan perintah dari AllohY untuk mengilmui kalimat Laa ilaha
Illalloh, sehingga para ulama’ berdalil dengan ayat ini bahwa di antara
syaratnya adalah ilmu. Kemudian Alloh Y memerintahkan untuk meminta
ampun kepada-Nya atas dosa yang telah dia lakukan, sebagaimana dalam
hadits Abu Musa t bahwa Rosululloh r:
اللهم اغفر لي خطيئتي وجهلي وإسرافي في أمري وما أنت أعلم به مني اللهم اغفر لي جدي وهزلي وخطئي وعمدي وكل ذلك عندي اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر وأنت على كل شيء قدير
“Ya
Alloh ampunilah kesalahanku dan kebodohanku dan berlebih-lebihanku
dalam urusanku dan yang Engkau lebih tahu dengannya dariku, ya Alloh
ampunilah keseriusanku dan gurauku dan kesalahanku (yang tidak sengaja)
dan yang aku sengaja dan semua itu ada padaku, ya Alloh ampunilah yang
aku dahulukan dan aku akhirkan dan yang aku sembunyikan dan yang aku
nampakkan dan yang Engkau lebih tahu drngannya dariku, Engkau
mendahulukan dan Engkau mengakhirkan dan Engkau maha mampu atas segala
sesuatu.” HR. Bukhori Muslim
Dan dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri t bahwa Rosululloh r bersabda :
إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتْ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
“
Sesungguhnya iblis berkata kepada Alloh: “Demi keperkasaan dan
keagunganmu aku akan senantiasa menyimpangkan anak Adam selama
nyawa-nyawa mereka masih ada pada mereka”, Maka Alloh menjawabnya: “Demi
keperkasaan dan keagungan-Ku aku akan senantiasa mengampuni mereka
selama mereka meminta ampun kepadaku.”([6])
وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ (20) طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (21)
20.
dan orang-orang yang beriman berkata: “Mengapa tiada diturunkan suatu
surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan
disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang
ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang
yang pingsan karena takut mati, maka yang lebih utama bagi mereka
adalah.
21.
Ta’at dan mengucapkan perkataan yang baik. Dan apabila telah tetap
perintah perang, dan kemudian jika mereka benar (imannya) terhadap
Alloh, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
Dalam ayat ini Alloh Y menkhabarkan tentang kaum mu’minin yang
berangan-angan untuk diturunkan syariat jihad, dan ketika Alloh Y
mewajibkan dan memerintahkannya, ternyata banyak dari mereka yang mental
dan takut kematian akan menimpa mereka. Selayaknya bagi mereka untuk
tunduk dan taat atas perintah Alloh Y, maka jika mereka mengikhlaskan
niat mereka kepada Alloh Y ketika terjadi peperangan tentulah hal itu
lebih baik bagi mereka.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23)
22. Maka Apakah kiranya jika kamu berpaling kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
23. mereka Itulah orang-orang yang dila’nati Alloh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka
Yaitu : kiranya kamu berpaling dari jihad kamu akan kembali seperti
masa jahiliyyah dengan menumpahkan darah dan memutus hubungan keluarga,
orang- orang seperti ini diancam oleh Alloh Y. Maka ini adalah larangan
dari Alloh Y untuk membuat kerusakan di muka bumi dalam bentuk apa saja,
dan larangan untuk memutus hubungan keluarga sebagaimana Rosululloh r
Bersabda dalam hadits Jubair bin Muth’im t:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Orang yang memutus tali keluarga tidak masuk surga”. HR. Bukhori Muslim
Bahkan Alloh Y memerintahkan untuk menyambung hubungan keluarga yang
memiliki keutamaan besar, sebagaimana dalam hadits Anas t :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang senangnya untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah hubungan keluarganya.” HR. Bukhori Muslim
Dan masih banyak dali-dalil yang memerintahkan untuk menyambung hubungan keluarga dan melarang untuk memutusnya.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)
24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Sehingga hatinya tidak dapat memahami makna ayat alqur’an?!
Diriwayatkan hadits mengkisahkan tentang ayat ini dari Urwah berkata:
تلا رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم يوما( أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ) فقال شاب من أهل اليمن: بل عليها أقفالها، حتى يكون الله عزّ وجلّ يفتحها أو يفرجها، فما زال الشاب في نفس عمر رضي الله عنه حتى ولي فاستعان به
“Di suatu hari Rosululloh r membacakan ayat ( أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ) ,
berkata seorang pemuda dari Yaman : “Bahkan dalam hatinya ada pengunci
sampai Alloh Y membukanya dan membebaskannya”, Lelaki itu selalu
teringat oleh Umar t sampai dia menjadi kholifah, kemudian dia meminta
pertolongan dengannya.([7])
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25)
25.
Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran?
murtad) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah
menghias-hiasi untuk mereka dan menipu mereka.
Orang-orang
yang murtad dari agama Alloh Y, mereka telah mengikuti rayuan syaitan,
syaitanlah yang menghias-hiasi untuk mereka dan menipu mereka sehingga
mereka menganggap baik perbuatan kufur mereka.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (26)
26.
yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu
berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Alloh
(orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kalian dalam beberapa urusan”,
sedang Alloh mengetahui rahasia mereka.
Demikianlah keadaan orang-orang munafiq, menyembunyikan kebatilan dalam
hati mereka dan menampakkan kebaikan, jika bertemu dengan orang-orang
beriman menrekapun mengaku beriman, dan jika mereka bertemu dengan
orang-orang kafir merekapun mengaku bersama mereka, sebagaimana Alloh
Yberfirman :
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
14.
dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka (pemimpin mereka), mereka mengatakan:
“Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.”
Dan Alloh Y mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka, seperti dalam firman Alloh Y :
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ
81.
dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “(Kewajiban Kami hanyalah)
taat”. tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebagian dari
mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari
yang telah mereka katakan tadi. Alloh menulis siasat yang mereka atur di
malam hari itu.
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27)
27. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?
Yaitu ketika malaikat mencabut nyawa mereka, maka malaikat mencabutnya
dengan keras dan paksa dengan memukul wajah dan punggung mereka seperti
dalam firman Alloh Y :
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ
50. kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka.
Itu merupakan akibat dari kekufuran mereka, karena itu Alloh Y berfirman dalam ayat setelahnya:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبطَ أَعْمَالَهُمْ (28)
28.
yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang
menimbulkan kemurkaan Alloh dan karena mereka membenci keridhaan-Nya,
sebab itu Alloh menghapus (pahala) amal-amal mereka.
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29)
29. atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Alloh tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?
Apakah orang-orang munafiq menyangka bahwa Alloh Y tidak akan
membongkar kejelekan yang tersembunyi dalam hati mereka berupa
kedengkian di hadapan kaum mu’minin?! Justru Alloh Y akan membongkarnya
sehingga orang-orang yang berilmu faham akan mereka, dan Alloh Y telah
membongkar kedok mereka dalam surat At-taubah.
وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (30)
30.
dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu
sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya.
dan kamu benar-benar akan Mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan
mereka dan Alloh mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.
Yaitu : Jika Alloh Y menghendaki maka Alloh Y akan menunjukkan
orang-orang munafiq itu kepada Rosululloh r, akan tetapi Alloh Y tidak
melakukan hal itu agar mereka tertutupi dan dihukumi secara dzohir (yang
nampak) sedangkan rahasianya diserahkan kepada Alloh Y, namun Alloh Y
menunjukkan ciri-ciri mereka dari lisan mereka, akan nampak dari lisan
mereka ucapan yang menunjukkan maksud dan isi hati mereka.
Diriwayatkan dalam hadits Abu Mas’ud t bahwa Rosululloh r menyebutkan
secara langsung sekelompok dari kalangan kaum munafiqin :
خطبنا رسول الله صلى الله عليه و سلم خطبة فحمد الله وأثنى عليه ثم قال ان فيكم منافقين فمن سميت فليقم ثم قال قم يا فلان قم يا فلان قم يا فلان حتى سمى ستة وثلاثين رجلا ثم قال ان فيكم أو منكم فاتقوا الله
“Rosululloh r berkhutbah kepada kami dengan suatu khutbah, beliau memuji Alloh Y dan memujanya kemudian berkata “Sesungguhnya pada kalian ada kaum munafiqin, maka barangsiapa yang aku sebutkan namanya maka bangkitlah“, kemudian beliau berkata : “Bangkitlah kamu wahai fulan, bangkitlah kamu wahai fulan, bangkitlah kamu wahai fulan” sampai beliau menyebutkan nama 36 orang, kemudian beliau berkata : “Jika ada pada kalian atau dari kalian maka takutlah kepada Alloh”.([8])
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (31)
31.
dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
Yaitu Alloh Y akan menguji kita dengan perintah dan larangan. Dan firman Alloh Y “agar Kami mengetahui”
bukan maknanya Alloh Y tidak mengetahui sebelum kejadian itu terjadi,
Alloh Y telah mengetahui hal itu semua sebelum terjadi, maka makna ayat
tadi adalah “sampai Alloh Y mengetahui atau melihat kejadiannya([9])”
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (32)
32.
Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari
jalan Alloh serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka,
mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Alloh sedikitpun. Dan Alloh
akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.
Alloh Y mengkhabarkan tentang orang-orang yang murtad dari iman dan
menghalangi manusia dari jalan Alloh Y setelah petunjuk itu jelas bagi
mereka, bahwa mereka itu tidak dapat memudharatkan Alloh Y, bahkan hal
itu hanya merugikan diri sendiri di hari kiamat kelak, Alloh Y tidak
memberi pahala atas amalan mereka yang telah lalu bahkan Alloh Y akan
menghapus semua amal kebaikan mereka yang telah lalu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (33)
33. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rasul dan janganlah kalian membatalkan (pahala) amal-amal kalian.
Setelah Alloh Y menyebutkan keadaan orang-orang yang murtad, Alloh Y
memerintahkan kaum mu’minin agar taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan
jangan membatalkan amalannya dengan perbuatan murtad.
Imam Ibnu katsir menukilkan dari imam Muhammad bin Nasr dalam kitab
“As-Sholah” tentang sebab turunnya ayat ini dari Abul Aliyah beliau
berkata :
كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يرون أنه لا يضر مع (لا إله إلا الله) ذنب، كما لا ينفع مع الشرك عمل، فنزلت: {أَطِيعُوا اللهَ وأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ}، فخافوا أن يبطل الذنب العمل
“Dahulu
para sahabat memandang bahwa dosa tidak dapat memberi mudharat bersama
kalimat La ilaha illalloh sebgaimana amalan itu tidak dapat memberi
manfaat bersama kesyirikan kemudian turunlah ayat
{أَطِيعُوا اللهَ وأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ} maka mereka takut bahwa dosa itu akan membatalkan amalan.([10])
Dan dari Ibnu Umar t:
كنا معشر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم نرى أنه ليس شيء من الحسنات إلا مقبول، حتى نزلت: { أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ } ، فقلنا: ما هذا الذي يبطل أعمالنا؟ فقلنا: الكبائر الموجبات والفواحش، حتى نزلت: { إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ } [ النساء : 48 ]، فلما نزلت كففنا عن القول في ذلك، فكنا نخاف على من أصاب الكبائر والفواحش، ونرجو لمن لم يصيبها
“Kami para sahabat Rosululloh r memandang bahwasannya tidak sedikitpun dari kebaikan itu melainkan diterima sampai turun ayat { أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ } maka
kami berkata: “Apa ini yang membatalkan amalan kita?” Maka kami
katakan: “Dosa-dosa besar yang mengharuskan dan perbuatan-perbuatan
keji,” hingga turun ayat :
{ إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ }
dan
ketika telah turun ayat kamipun menahan diri dari membicarakan hal itu,
dan dulu kami takut atas orang yang melakukan dosa besar dan perbuatan
keji (batal amalannya) dan kami berharap untuk orang tidak melakukannya
(tidak batal amalannya)([11]).
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (34)
34.
Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari
jalan Alloh kemudian mereka mati dalam Keadaan kafir, maka sekali-kali
Alloh tidak akan memberi ampun kepada mereka.
Setelah Alloh Y melarang dari perbuatan murtad dan mengkhabarkan bahwa
Alloh Y akan membatalkan amalan mereka, Alloh Y menyebutkan akibatnya
bahwasannya orang-orang kafir dan yang menghalangi manusia dari jalan
Alloh Y kemudian mati dalam keadaan kafir maka Alloh Y tidak akan
mengampuni dosa mereka, sebagaimana Alloh Y berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
48.
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, Maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (35)
35.
janganlah kalian lemah dan minta damai padahal kalianlah yang di atas
dan Alloh pun bersama kalian dan Dia sekali-kali tidak akan membatalkan
pahala amal-amal kalian.
Alloh Y melarang kaum muslimin untuk melemah dan meminta perdamaian
ketika kaum muslimin di atas kejayaan dan mengalahkan musuh, adapun jika
kaum muslimin masih lemah sedangkan kaum kafir mereka memiliki kekuatan
maka boleh saja meminta perdamaian jika sang pemimpin melihat ada
maslahatnya sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rosululloh r dengan
kaum Quroisy mekkah.
Kemudian Alloh Y memberi kabar gembira bahwa Alloh Y bersama kaum
mu’minin dan tidak akan membatalkan amalan mereka bahkan Alloh Y akan
memenuhu ganjaran pahalanya dan tidak menguranginya sedikitpun.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ (36)
36.
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan
jika kamu beriman dan bertaqwa, Alloh akan memberikan pahala kepada
kalian dan Dia tidak akan meminta harta-harta kalian.
Alloh Y mengkhabarkan akan rendahnya dunia yang dia itu hanyalah
permainan belaka, dan barangsiapa yang bertaqwa maka Alloh Y akan
memberi ganjaran pahalanya, dan Alloh Y tidak akan meminta harta mereka
sedikitpun, karena Alloh Y maha kaya dan tidak butuh sesuatupun dari
hambanya, Alloh Y hanya mewajibkan zakat dan sedekah yang manfaatnya
akan kembali kepada manusia berupa ganjaran pahala yang diberikan Alloh
Yatas amalan itu, bukan kerena Alloh Y membutuhkan harta itu.
إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ (37)
37.
jika Dia meminta harta kepada kalian lalu mendesak kalian (supaya
memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan
kedengkianmu.
Benarlah apa yang dikatakan oleh Qotadah bahwa Alloh Y mengetahui bahwa
mengeluarkan harta itu adalah menampakkan kedengkian.
هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38(
38.
Ingatlah, kalian ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (harta
kalian) pada jalan Alloh. Maka di antara kalian ada yang kikir, dan
siapa yang kikir sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya
sendiri. dan Alloh-lah yang Maha Kaya sedangkan kalianlah orang-orang
yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kalian berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan
seperti kalian ini.
Yaitu: orang-orang yang kikir ketika diseru untuk menafkahkan hartanya
di jalan Alloh Y, mereka itu hanyalah mengurangi pahala dari dirinya dan
akibatnya akan mengenai diri sendiri, Alloh Y maha kaya dari segalanya,
dan semua makhluk butuh kepada Alloh Y. Dan jika kalian berpaling dari
mentaati Alloh Y dan mengikuti syariatnya maka Alloh Y akan mengganti
kaum yang lain yang taat dan tunduk kepada Alloh Y dari selain kalian.
Diriwayatkan dari hadits Abu Huroiroh Y:
أن رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم تلا هذه الآية ﴿وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ﴾ قالوا: يا رسول الله من هؤلاء الذين إن تولَّينا استبدلوا بنا، ثم لا يكونوا أمثالنا، فضرب على فخذ سلمان قال: هَذَا وَقَوْمُهُ، وَلَوْ كانَ الدِّينُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَتنَاولَهُ رِجالٌ مِنَ الفُرْسِ“
“Bahwa Rosululloh membacakan ayat ini ﴿وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ﴾ para sahabat bertanya: “Wahai
Rosululloh siapakah mereka itu yang apabila kami berpaling maka mereka
itu menggantikan kami kemudian mereka tidak seperti kami?” Kemudian Rosululloh memukul pahanya Salman dan berkata : “Ini
(Salman) dan kaumnya, seandainya agama itu di sisi Tsuroyya (nama
bintang) maka para lelaki Faris (Persia) yang akan meraihnya”.([12])
SURAT AL-FATH
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1)
- 1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata
Surat
ini turun kepada Rosululloh r ketika beliau kembali dari Hudaibiyyah
pada bulan Dzul Qo’dah tahun keenam hijriyyah, ketika kaum musyrikin
menghalangi beliau untuk menunaikan umroh ke masjidil harom. Kaum
musyrikin menawarkan perdamaian dan Rosululloh r bersama para sahabat
disuruh kembali (tidak boleh melakukan umroh) di tahun ini, kemudian
boleh melakukan umroh di tahun yang akan datang, kemudian Rosululloh r
menerima tawaran itu dalam keadaan sebagian sahabat tidak menyukai
perdamaian itu, di antaranya Umar bin Khotthob t. Dan dijadikan
perdamaian ini merupakan suatu kemenangan dengan tinjauan maslahatnya
yang besar. Maka yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah
perdamaian Hudaibiyyah bukan kemenangan menaklukkan mekkah, sebagaimana
diriwayatkan dari Ibnu Masud: “Kalian menganggap yang dimaksud dengan
kemenangan adalah kemenangan menaklukkan Mekkah, dan kami menganggapnya
adalah perdamaiaan Hudaibiyyah” demikian juga dikatakan oleh Jabir dan
Al-Baro’.
Imam Bukhori meriwayatkan dari hadits Aslam t beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَسِيرُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَسِيرُ مَعَهُ لَيْلًا فَسَأَلَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَنْ شَيْءٍ فَلَمْ يُجِبْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ سَأَلَهُ فَلَمْ يُجِبْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فَلَمْ يُجِبْهُ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ ثَكِلَتْ أُمُّ عُمَرَ نَزَرْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ كُلَّ ذَلِكَ لَا يُجِيبُكَ قَالَ عُمَرُ فَحَرَّكْتُ بَعِيرِي ثُمَّ تَقَدَّمْتُ أَمَامَ النَّاسِ وَخَشِيتُ أَنْ يُنْزَلَ فِيَّ قُرْآنٌ فَمَا نَشِبْتُ أَنْ سَمِعْتُ صَارِخًا يَصْرُخُ بِي فَقُلْتُ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ يَكُونَ نَزَلَ فِيَّ قُرْآنٌ فَجِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ ثُمَّ قَرَأَ ﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا﴾
“Bahwasanya
Rosululloh r berjalan di sebagian safarnya dan Umar bin Khotthob t
berjalan bersamanya disuatu malam, kemudian Umar t menanyakan sesuatu
kepada beliau dan beliau tidak menjawabnya, kemudian Umar t
menanyakannya lagi beliau tidak menjawabnya, kemudian Umar t
menanyakannya lagi beliaupun tidak menjawabnya, lalu Umar t berkata pada
dirinya sendiri: “Celakalah kamu Umar, kamu mendesak Rosululloh r
sebanyak tiga kali, semua itu Rosululloh r tidak memenuhinya.” Umar
berkata: ”Aku gerakkan tungganganku kemudian aku maju di depan manusia
karena khawatir akan diturunkan ayat padaku, tidak lama kemudian aku
mendengar seseorang meneriaki aku, maka aku berkata: “Aku telah takut
akan turunnya ayat Alqur’an padaku maka aku datangi Rosululloh r dan aku
mengucapkan salam kepadanya, kemudian beliau berkata: “Telah diturunkan kepadaku malam ini suatu surat yang lebih aku sukai daripada terbitnya matahari“, kemudian beliau membaca :
﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا﴾
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)
- 2. supaya Alloh memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan membimbing kamu kepada jalan yang lurus,
Ini
merupakan kekhususan Rosululloh r semua dosanya diampuni baik yang
telah lalu ataupun yang akan datang, tidak seorangpun dari dari selain
beliau yang mendapatkan keutamaan ini. Rosululloh r adalah makhluk yang
paling mulia dari makhluk-makhluk Alloh Y, tidak ada seorangpun yang
lebih mulia dari beliau, dan beliau adalah makhluk yang paling taat
kepada Alloh Y, di antara wujud ketaatannya adalah beliau menerima
tawaran perdamaian Hudaibiyyah yang itu tegak dengan perintah Alloh Y.
Serta Alloh Y menyempurnakan nikmatnya kepada Rosululloh Y di dunia dan
akhiratnya serta membimbingnya kepada jalan yang lurus berupa syariat
yang telah disyariatkan Alloh Y.
وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3)
3. dan supaya Alloh menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).
Yang demikian itu karena Rosululloh r tunduk dan taat kepada perintah
Alloh Y, dengan sebab itu Alloh Y mengangkat derajatnya dan menolongnya
dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh
t:
وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله
“Tidaklah Alloh Y menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaafnya melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang tawadhu’ karena Alloh Y melainkan Alloh Y akan mengangkat derajtnya.” HR. Muslim
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4)
4.
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). dan kepunyaan Alloh-lah tentara langit dan bumi dan adalah
Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
Yaitu menurunkan ketenangan di hati para sahabat pada hari perdamaian
Hudaibiyyah, yang mana mereka memenuhi dan tunduk kepada perintah Alloh
dan RosulNya. Dan ketika hati mereka tenang dan tentram maka keimanan
merekapun bertambah dari pada sebelumnya([13]).
لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (5)
5.
supaya Dia memasukkan orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya dan supaya Dia menghapusi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang
demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Alloh,
Demikianlah ganjaran untuk kaum mu’minin setelah Alloh Y menyebutkan
ganjaran baik untuk Rosululloh r bahwa beliau diampuni dosanya yang
telah lalu dan yang akan datang, sebagaimana dalam hadits Anas t:
نزل على النبي صلى الله عليه و سلم ﴿ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر﴾ مرجعنا من الحديبية فقال النبي صلى الله عليه و سلم: لقد أنزلت على آية أحب إلى مما على الأرض ثم قرأها عليهم النبي صلى الله عليه و سلم فقالوا هنيئا مريئا يا رسول الله لقد بين الله عز و جل لك ماذا يفعل بك فماذا يفعل بنا فنزلت عليهم ﴿ليدخل المؤمنين والمؤمنات جنات﴾ حتى بلغ ﴿فوزا عظيما﴾
“Turun kepada Rosululloh r ﴿ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر﴾waktu kami kembali dari Hudaibiyyah, maka Rosululloh r berkata: “Telah diturunkan kepadaku ayat yang lebih aku sukai dari pada yang ada di muka bumi”
kemudian beliau membacakannya pada mereka, maka merekapun berkata :
alangkah senang dan baik wahai Rosululloh sungguh Alloh Y telah
menjelaskan padamu apa yang akan dilakukan Alloh Y denganmu, maka apa
yang akan dilakukan Alloh Y kepada kami?” maka turunlah ayat untuk
mereka ﴿ليدخل المؤمنين والمؤمنات جنات﴾ sampai ﴿فوزا عظيما﴾ ([14])
Ganjaran ini merupakan keberuntungan yang besar bagi kaum mu’minin, seperti firman Alloh Y:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
185.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka
sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (6)
6.
dan supaya Dia mengazab orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan
orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu
berprasangka buruk terhadap Alloh Y. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh Y
memurkai dan melaknat mereka serta menyediakan bagi mereka neraka
Jahannam. dan (neraka Jahannam) Itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Mereka berprasangka buruk terhadap hukum Alloh Y dan mengira bahwa
Rosululloh r dan para sahabatnya akan musnah dan binasa, maka Alloh Y
murka dan melaknat mereka yaitu menjauhkan mereka dari rahmatnya.
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (7)
7. dan kepunyaan Alloh-lah tentara langit dan bumi dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ini merupakan bukti kekuatan Alloh Y, yang dimaksud dengan tentara
langit dan bumi adalah para malaikatnya ataupun angin dan binatang.
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8)
8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi dan pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
Yaitu Rosululloh r diutus sebagai saksi atas para makhluk dan pemberi
kabar gembira buat kaum mu’minin dan pemberi peringatan untuk
orang-orang kafir.
لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (9)
9.
supaya kamu sekalian beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya,
mengagungkanNya, memuliakannya-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu
pagi dan petang.
([15])
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (10)
10.
bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Alloh. Tangan Alloh di atas tangan mereka([16]),
Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar
janji itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa menepati
janjinya kepada Alloh Maka Alloh akan memberinya pahala yang besar.
Ayat ini berkaitan dengan bai’at yang dikenal dengan bai’at ridhwan
yaitu pada bulan Zulqo’dah tahun keenam Hijriyyah Rosululloh Y beserta
para sahabat hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan ‘umrah dan
melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai
di Hudaibiyah([17])
beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah
untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kaum muslimin. mereka
menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman
ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman
telah dibunuh. Karena itu Nabi r menganjurkan agar kaum muslimin
melakukan bai’ah (janji setia) kepada beliau. merekapun mengadakan janji
setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi
sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Alloh Y
sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut
Bai’atur Ridwan. Bai’at ini dilakukan di bawah pohon Samur di
Hudaibiyyah. Dan Bai’atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin,
sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk Mengadakan
Perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan
Shulhul Hudaibiyah.
Sesungguhnya bai’at ini memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana dalam hadits Jabir :
لا يدخل النار أحد ممن بايع تحت الشجرة
“ Tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut berbai’at di bawah pohon itu (bai’at ridhwan)”([18]).
Karena itu Alloh Y memuji mereka dalam ayat ini.
سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (11)
11.
orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan
mengatakan: “Harta dan keluarga Kami telah merintangi kami, Maka
mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa
yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan)
yang dapat menghalang-halangi kehendak Alloh jika Dia menghendaki
kemudharatan bagi kalian atau jika Dia menghendaki manfaat bagi kalian.
Sebenarnya Alloh Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Alloh Y mengkhabarkan tentang kaum yang tidak turut ke Hudaibiyyah, dan
mereka meminta udzur kepada Rosululloh r dengan alasan bahwa mereka
terhalangi dengan keluarga dan harta mereka, kemudian mereka meminta
beliau agar memohonkan ampun untuk mereka. Dan ini hanyalah kedustaan
mereka yang dilontarkan lewat lisan mereka, padahal dalam hati mereka
tidaklah demikian. Karena itu Alloh Y mencela mereka, siapakah yang bisa
menghalangi kehendak Alloh Y jika Alloh Y menginginkan kemudharatan
bagi mereka ataupun manfaat, apakah jika mereka turut bersama Rosululloh
r berarti mereka akan mengalami musibah, atau jika mereka tidak turut
serta dengan beliau berarti mereka akan mendapat keselamatan?! Tidaklah
demikian, di manapun mereka berada maka jika Alloh Y berkehendak akan
keselamatan bagi mereka, maka mereka pasti selamat, dan jika
berkehendak kebinasaan bagi mereka, pasti mereka akan binasa.
بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (12)
12.
tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mu’min tidak
sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan
syaitan telah menjadikan kalian memandang baik dalam hati kalian
persangkaan itu, dan kalian telah menyangka dengan sangkaan yang buruk
dan kalian menjadi kaum yang binasa.
Sesungguhnya
tidak ikut sertanya mereka bersama Rosululloh r dalam berperang bukan
berdasarkan udzur atau jenis ketertinggalan orang yang bermaksiat, akan
tetapi jenis ketertinggalan orang yang punya sifat nifaq yang ada dalam
hati mereka, sehingga mereka mengira bahwa Rosululloh r dan para sahabat
mereka akan terbunuh dan binasa tidak akan kembali ke keluarga mereka.
Ini adalah prasangka buruk mereka yang telah mereka anggap baik akibat
rayuan syetan dan bujukannya, maka mereka itu adalah kaum yang binasa.
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا (13)
13.
dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya Maka
Sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang
bernyala-nyala.
Barangsiapa yang tidak mengikhlaskan amalannya hanya kepada Alloh Y
secara lahir dan batin maka Alloh Y akan mengadzabnya di dalam neraka
Jahannam, walaupun dia menampakkan yang baik di hadapan manusia,
sedangkan hatinya menyembunyikan kekufuran.
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (14)
14.
dan hanya kepunyaan Alloh-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan
ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya Alloh Y hanya mengadzab orang-orang yang berhak untuk
diadzab, Alloh Y tidak akan mendzolimi seorangpun, dan tidak akan
mengadzab seseorang jika tidak berhak mendapatkannya, bahkan Alloh Y
mengampuni dosa seseorang selama dosa itu bukan dosa syirik bagi orang
yang Alloh Y kehendaki, sebagaimana Alloh Y berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
48.
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.
Dan sesungguhnya Alloh Y maha pengampun bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadanya.
سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا (15)
15.
orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu
berangkat untuk mengambil barang rampasan: “Biarkanlah Kami, niscaya
Kami mengikuti kamu”; mereka hendak merobah perkataan Alloh. Katakanlah:
“Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Alloh telah
mengatakan sebelumnya”; mereka akan mengatakan: “Sebenarnya kamu dengki
kepada kami”. bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.
Dalam ayat ini Alloh mengkhabarkan tentang keadaaan orang-orang yang
tidak ikut serta bersama Rosululloh r dalam peperangan Hudaibiyyah,
ketika Rosululloh r bersama para sahabat berangkat dalam menaklukkan
Khoibar. Setelah kaum mu’minin berhasil dalam menaklukkan Khoibar,
tiba-tiba mereka (yang tidak ikut perang) meminta agar mereka diizinkan
untuk pergi mengambil bagian dari ghonimah (harta rampasan perang),
sedangkan mereka tidak mau ikut serta dalam peperangan. Maka Alloh Y
memerintahkan kepada Rosululloh r agar tidak mengizinkan mereka ikut
andil dalam ghonimah tersebut sebagai hukuman atas dosa yang telah
mereka perbuat. Sesungguhnya Alloh Y telah menjanjikan kaum mu’minin
yang berangkat berperang menaklukkan Khoibar, mereka akan mendapatkan
ghonimah yang hanya dibagikan untuk mereka saja, dan tidak diberikan
kepada orang-orang yang tidak mau ikut perang. Dan tidaklah terjadi
melainkan sebagaimana yang telah dijanjikan Alloh . Maka inilah makna
firman Alloh Y “Mereka hendak merobah perkataan Alloh”
yaitu hendak merobah janji Alloh Y yang telah dijanjikan kepada kaum
mu’minin yang turut serta dalam peperangan Hudaibiyyah dalam menaklukkan
Khoibar, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid dan Qotadah dan
Juwaibir dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Maka mereka dilarang
untuk ikut keluar bersama kaum mu’minin dalam pembagian ghonimah, karena
Alloh Y telah menjanjikan ghonimah itu hanya untuk kaum mu’minin dari
sebelumnya, sehingga merekapun mengatakan “Sebenarnya kalian dengki kepada kami”, padahal tidaklah demikian, bahkan mereka itulah yang tidak dapat memahami.
قُلْ لِلْمُخَلَّفِينَ مِنَ الْأَعْرَابِ سَتُدْعَوْنَ إِلَى قَوْمٍ أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ تُقَاتِلُونَهُمْ أَوْ يُسْلِمُونَ فَإِنْ تُطِيعُوا يُؤْتِكُمُ اللَّهُ أَجْرًا حَسَنًا وَإِنْ تَتَوَلَّوْا كَمَا تَوَلَّيْتُمْ مِنْ قَبْلُ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (16)
16.
Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: “Kalian akan
diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kalian
akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika
kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Alloh akan memberikan kepada kalian
pahala yang baik dan jika kalian berpaling sebagaimana kalian telah
berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kalian dengan azab yang
pedih”.
Mereka para badwi yang tidak ikut peperangan Hudaibiyyah akan diajak
untuk memerangi suatu kaum yang memiliki kekuatan besar. Ahli tafsir
berselisih tentang siapakah kaum tersebut. Maka Alloh Y mensyariatkan
jihad dan memerangi mereka sampai mereka terkalahkan atau mereka
menyerahkan diri dan kemudian masuk islam dengan keinginan mereka
sendiri. Jika para badwi tersebut mau mentaati perintah Alloh Y tersebut
maka Alloh Y akan memberi mereka ganjaran yang besar, akan tetapi jika
mereka berpaling sebagaimana dulu mereka berpaling tidak ikut serta
dalam peperangan maka Alloh akan mengazab mereka dengan azab yang
pedih.
لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَنْ يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا أَلِيمًا (17)
17.
tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan
atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). dan Barangsiapa
yang taat kepada Alloh dan Rasul-Nya; niscaya Alloh akan memasukkannya
ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa
yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.
Dalam
ayat ini Alloh Y menyebutkan tentang beberapa udzur yeng membolehkan
mereka untuk tidak ikut serta dalam peperangan, seperti buta dan
pincang, dan ini adalah udzur yang terus berlaku padanya, maka kewajiban
jihad gugur darinya selama sifat buta dan pincang tersebut ada pada
dirinya. Dan juga seperti sakit maka ini termasuk udzur baginya untuk
tidak ikut serta dalam peperangan selama dia sakit, namun jika Alloh Y
telah memberikan kesembuhan padanya maka kewajiban jihad itu kembali
padanya. Maka barangsiapa yang mentaati Alloh dan RosulNya dalam seruan
jihad maka Alloh Y akan memasukkannya kedalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, dan barang siapa yang berpaling dari seruan
jihad maka Alloh Y akan mengazabnya dengan adzab yang pedih, di dunia
diazab dengan kehinaan dan di Akhirat diazab dengan api
neraka.
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18)
18.
Sesungguhnya Alloh telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Alloh mengetahui apa
yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
Alloh Y mengkhabarkan tentang keridhoannya terhadap kaum mu’minin yang
membai’at Rosululloh r dalam bai’at ridhwan di bawah pohon Samuroh di
Hudibiyyah, dan Alloh Y mengetahui apa yang ada dalam hati mereka dari
sifat kejujuran dan menunaikan janji dan juga ketaatan mereka, maka
Alloh Y menurunkan ketenangan kepada mereka dan memberi kemenangan yang
berawal dari perdamaian Hudaibiyyah hingga membuahkan kemenangan yang
besar dalam penaklukkan Khoibar kemudian Mekkah dan negeri-negeri yang
lain, dan banyaknya kebaikan yang mereka dapatkan berupa keperkasaan,
kemenangan, derajat yang tinggi di dunia dan akhirat, dan juga harta
ghonimah yang telah dijanjikan Alloh Y, karena itu Alloh Y mengatakan:
وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (19)
19. serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (20)
20.
Alloh menjanjikan kepada kalian harta rampasan yang banyak yang dapat
kalian ambil, maka disegerakan-Nya ini untuk kalian dan Dia menahan
tangan manusia dari (membinasakan) kalian (agar kalian mensyukuri-Nya)
dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mu’min dan agar Dia
menunjuki kalian kepada jalan yang lurus.
Yang dimaksud dengan disegerakan untuk mereka hal ini adalah ghonimah
dalam penaklukkan Khoibar sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid. Dan
dalam peperangan ini Alloh Y menjaga kaum mu’minin dari keburukan yang
ditujukan oleh para musuh kepada kaum mu’minin dalam peperangan
tersebut, dan Alloh Y juga menjaga keluarga dan isteri yang mereka
tinggal dari keburukan, agar hal itu dijadikan sebagai pelajaran bagi
mereka, sesungguhnya Alloh Y telah menjaga dan menolong mereka dari para
musuh padahal jumlah mereka sangatlah sedikit dibanding dengan jumlah
musuh, sesungguhnya Alloh Y maha mengetahui akan akibat baiknya suatu
perkara dan bahwasannya kebaikan itu adalah apa yang telah dipilih Alloh
Y untuk kaum mu’minin walaupun kaum mu’minin tidak menyukai yang tampak
bagi mereka dari perkara itu, seperti dalam perdamaian Hudaibiyyah,
sebagian kaum mu’minin tidak menyukai perdamaian itu karena secara
tampak bagi mereka itu adalah kerendahan bagi kaum mu’minin, namun Alloh
Y mengetahui akibatnya suatu perkara bahwa perdamaian ini akan membawa
kebaikan yang sangat banyak bagi mereka. Dan Alloh membimbing mereka
kejalan yang lurus dengan sebab tunduknya mereka terhadap perintahNya
dan mentaatiNya dan patuh terhadap Rosululloh r.
وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (21)
21.
dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas
negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Alloh
telah menentukan-Nya. dan adalah Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaitu Alloh Y menjanjikan kepada kaum mu’minin akan ghonimah dan
kemenangan-kemenangan yang lain atas negeri-negeri yang belum dapat
mereka taklukkan, maka sungguh Alloh Y telah memudahkan hal itu bagi
mereka dan telah menentukannya.
Ahli tafsir berselisih tentang ghonimah dan kemenangan-kemenangan yang
dimaksud dalam ayat ini, ada yang mengatakan dia adalah kemenangan
dalam penaklukkan Khoibar, dan ada yang mengatakan dalam penaklukkan
Mekkah, ada yang mengatakan penaklukkan Persia dan Rum dan ada yang
mengatakan dia adalah semua kemenangan dan ghonimah.
وَلَوْ قَاتَلَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوَلَّوُا الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (22)
22.
dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kalian pastilah mereka
berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada
memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong.
Ini merupakan kabar gembira untuk kaum mu’minin, bahwa Alloh Y akan
menolong mereka, dan kaum musyrikin pasti akan melarikan diri membawa
kekalahan, tidak mendapat pelindung tidak pula penolong karena mereka
memerangi Alloh dan Rosul-Nya dan kaum mu’minin.
سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا (23)
23.
sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Yang demikian itu merupakan sunnatulloh dan kebiasaan-Nya terhadap
makhluknya, Alloh Y akan memenangkan iman dan mengalahkan kekufuran,
mengangkat kebenaran dan menghapus kebatilan, sebagaimana dalam perang
Badar, Alloh memenangkan kaum mu’minin dan menolong mereka padahal
jumlah dan persiapan mereka sangatlah sedikit.
وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (24)
24.
dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kalian dan
(menahan) tangan kalian dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah
sesudah Alloh memenangkan kalian terhadap mereka, dan adalah Alloh Maha
melihat apa yang kalian kerjakan.
Ini
merupakan karunia Alloh kepada kaum mu’minin, Alloh telah menahan
kaum musyrikin untuk membinasakan kaum mu’minin, demikian pula
sebaliknya, Alloh telah menahan kaum mu’minin untuk memerangi kaum
musyrikin sehingga tidak terjadi peperangan dimasjidil harom, maka Alloh
telah menjaga keduanya untuk saling berperang dan mewujudkan
perdamaian yang membawa kebaikan yang sangat besar untuk kaum mu’minin.
هُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوفًا أَنْ يَبْلُغَ مَحِلَّهُ وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (25)
25.
merekalah orang-orang yang kafir dan yang menghalangi kalian dari
(masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat
(penyembelihan)nya. dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan
perempuan-perempuan yang mu’minah yang tiada kalian ketahui, bahwa
kalian akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan
tanpa pengetahuanmu (tentulah Alloh tidak akan menahan tanganmu dari
membinasakan mereka). supaya Alloh memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya
ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah
Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab
yang pedih.
Alloh
mengkhabarkan tentang kaum musyrikin dari kaum Quraiys bahwa merka
itulah yang telah menghalangi kaum mu’minin untuk memasuki masjidil
harom (untuk melakukan haji) dan menghalangi hewan korban mereka untuk
sampai ketempat penyembeihannya, dan ini merupakan kekejian mereka
terhadap kaum mu’minin. Kalaulah bukan karena adanya sebagian orang
beriman di tengah-tengah kaum musyrikin dalam keadaan mereka
menyembunyikan imannya karena takut kaum musyrikin akan membinasakan
mereka, maka tentu Alloh akan menguasakan kaum mu’minin untuk
membinasakan kaum musyrikin dengan memerangi mereka. Akan tetapi Alloh
menahan kaum mu’minin dari peperangan karena sebagian orang-orang
beriman yang menyembunyikan imannya ada di tengah-tengah kaum musyrikin
yang tidak diketahui oleh kaum mu’minin, sehingga bisa jadi sebagian
orang-orang yang beriman itu akan terbunuh di tangan kaum mu’minin
sendiri sehinga mereka akan terjerumus dalam perbuatan dosa, maka Alloh
mengakhirkan kebinasanan kaum musyrikin demi menyelamatkan sebagian
orang yang beriman yang berada di tengah-tengah mereka agar mereka
kembali kepada islam. Seandainya kaum musyrikin itu terpisah dari
sebagian orang beriman yang ada di tengah-tengah mereka, niscaya Alloh
akan menguasakan kaum mu’minin untuk memerangi mereka.
Diriwayatkan dari hadits Abdulloh bin Mughoffal t bahwa beliau berkata :
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: فِي الْقُرْآنِ، وَكَانَ يَقَعُ مِنْ أَغْصَانِ تِلْكَ الشَّجَرَةِ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَسُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «اكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ» . فَأَخَذَ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بِيَدِهِ، فَقَالَ: مَا نَعْرِفُ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اكْتُبْ فِي قَضِيَّتِنَا مَا نَعْرِفُ، قَالَ: «اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ» . فَكَتَبَ: «هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ مَكَّةَ» . فَأَمْسَكَ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بِيَدِهِ، وَقَالَ: لَقَدْ ظَلَمْنَاكَ إِنْ كُنْتَ رَسُولَهُ، اكْتُبْ فِي قَضِيَّتِنَا مَا نَعْرِفُ. فَقَالَ: «اكْتُبْ هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ» ، فَكَتَبَ. فَبَيْنَا نَحْنُ كَذَلِكَ إِذْ خَرَجَ عَلَيْنَا ثَلَاثُونَ شَابًّا عَلَيْهِمُ السِّلَاحُ، فَثَارُوا فِي وُجُوهِنَا، فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَبْصَارِهِمْ [ص:355]، فَقَدِمْنَا إِلَيْهِمْ فَأَخَذْنَاهُمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ جِئْتُمْ فِي عَهْدِ أَحَدٍ، أَوْ هَلْ جَعَلَ لَكُمْ أَحَدٌ أَمَانًا؟» فَقَالُوا: لَا، فَخَلَّى سَبِيلَهُمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا} [الفتح: 24]
” Kami
dahulu bersama Rosululloh r di Hudaibiyyah di bawah pohon yang
dikatakan oleh Alloh dalam Al-Qur’an. Dan jatuh dari ranting pohon itu
di atas punggung Rosululloh r sedangkan Ali bin Abi Tholib dan Suhail
bin Amr berada di hadapan beliau, maka beliau r berkata kepada Ali t: “Tulislah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,” maka Suhail bin Amr mengambil tangannya dan mengatakan: “Kami tidak mengetahui الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, tulislah dalam urusan kami apa yang kami ketahui”. Maka Rosululloh r berkata: “Tulislah “« بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ» maka Ali t menulis: “Ini adalah perdamaian Rosululloh r untuk penduduk Mekkah”, lalu Suhail bin Amr menahan tangannya dan mengatakan: “Maka sungguh kami telah menzolimi kamu jika kamu adalah Rosul (utusan) Alloh, tulislah dalam urusan kami apa yang kami ketahui”, maka Rosululloh r mengatakan: “Tulislah ini adalah perdamaian Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muttholib dan aku adalah utusan Alloh”,
maka Ali pun menulisnya. Ketika kami dalam keadaaan itu, tiba-tiba
keluar 30 pemuda membawa senjata, maka mereka berhamburan di hadapan
kami, lalu Rosululloh r mendoakan jelek atas mereka, maka Alloh r
menghilangkan pandangan mereka, maka kami datangi mereka dan kami
tangkap mereka, lalu Rosululloh r berkata: “Apakah kalian datang dalam perjanjian seseorang, ataukah ada seseorang yang memberi keamanan untuk kalian?” Mereka menjawab: “Tidak,” lalu Rosululloh melepaskan mereka, maka Alloh menurunkan ayat
{وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا} ([19])
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)
26.
ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan
(yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Alloh menurunkan ketenangan kepada
Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Alloh mewajibkan kepada
mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu
dan patut memilikinya. Dan adalah Alloh Maha mengetahui segala sesuatu.
Yaitu ketika mereka menolak untuk ditulis « بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ» dan
«هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ مَكَّةَ»
karena kesombongan yang tertanam dalam hati mereka. Dan yang dimaksud
dengan kalimat taqwa dalam ayat tadi adalah kalimat LAA ILAHA ILLALLOH.
Dan tafsir ini dinukilkan dari Ali bin Abi Tholib([20]), dan Ibnu Umar([21]), Ibnu Abbas t([22]), dan Atho’ bin Abi Robah, Miswar([23]), Sa’id bin Abi Jubair, Atho’ Al-Khurosani([24]), Qotadah dan Amr bin Maimun([25]), dan Ikrimah([26]) dan Mujahid([27]).
Diriwayatkan dari Ubai bin Ka’b t bahwa dia mendengar Rosululloh r berkata :
{وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى} [الفتح: 26] قَالَ: «لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
“(firman Alloh) Alloh mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa, beliau mengatakan (yaitu) LAA ILAAHA ILLALLOH”.([28])
لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27)
27.
Sesungguhnya Alloh akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan
memasuki Masjidil Haram, insya Alloh dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka
Alloh mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum
itu kemenangan yang dekat.
Sebelum
terjadinya perdamaian Hudaibiyyah, Rosululloh r bermimpi bahwa beliau
memasuki Mekkah dan melakukan tawaf di Ka’bah, maka beliaupun
mengkhabarkan mimpinya itu kepada para sahabatnya dan ketika itu beliau
di Madinah. Kemudian ketika mereka berangkat ke Mekkah di tahun
Hudaibiyyah([29]),
sahabat tidak ragu lagi bahwa mimpi Rosululloh r tersebut akan terbukti
di tahun ini, namun yang terjadi mereka tidak dapat memasuki Mekkah di
tahun ini hingga terjadi perdamaian Hudaibiyyah, dan mereka harus
kembali ke Madinah namun mereka akan memasuki Mekkah di tahun yang akan
datang. Maka terjadilah sedikit kegoncangan di hati sebagian sahabat
sampai-sampai Umar t berkata kepada Rosululloh r ” Bukankah Engkau telah
mengkhabarkan bahwa kita akan mendatangi Ka’bah dan melakukan tawaf
padanya? Beliau menjawab “Benar, tapi apakah aku mengkhabarkan kepadamu bahwa kita akan memasukinya di tahun ini?” Umar t menjawab “tidak”, maka beliau berkata “Sesungguhnya engkau akan memasukinya dan melakukan tawaf padanya”.
Kemudian setelah kembalinya Nabi r ke Madinah di tahun Hudaibiyyah
tersebut yang terjadi di bulan Dzul Qo’dah tahun keenam, beliaupun
menetap di Madinah di bulan Dzul Hijjah hingga Muharram. Kemudian di
bulan Sofar beliau keluar ke Khoibar dan Alloh Y memenangkannya dalam
menaklukkan Khoibar, kemudian beliau kembali ke Madinah. Kemudian pada
tahun ketujuh di bulan Dzul Qo’dah keluarlah beliau dan para sahabat
yang ikut dalam perdamaian Hudaibiyyah menuju Mekkah untuk melakukan
umroh yang dikenal dengan Umrotul qodho’, beliau melakukan ihrom dari
Dzul Hulaifah dan membawa hewan sembelihan. Maka Rosululloh r berhasil
memasuki kota Mekkah dan para pemuka Quraisy keluar dari Mekkah supaya
tidak menyaksikan Rosululloh r dan para sahabatnya karena rasa dengki
yang ada dalam hati mereka, adapun selain mereka dari penduduk Mekkah
kaum lelaki, wanita dan anak-anak mereka duduk di jalan dan
dirumah-rumah mereka menyaksikan Rosululloh r dan para sahabatnya
mengucapkan kalimat talbiyyah.
Maka umrotul qodho’ inilah bukti dan kenyataan dari mimpi Rosululloh r
yang dikabarkan oleh Alloh Y dalam ayat ini, mereka dapat memasuki kota
Mekkah dalam keadaan aman dan setelah memasukinya mereka tidak merasa
takut dari siapapun, sebagian mereka mencukur rambutnya dan sebagian
yang lain menguntingnya yang disebut dengan taqshir. Maka Alloh Y
mengetahui hikmah dan maslahatnya ketika mereka tidak dapat memasuki
Mekkah di tahun keenam dan kemudian memasukinya di tahun ketujuh yang
mana hikmah ini tidak diketahui oleh mereka([30]). Dan sebelum itu Alloh Y telah memberikan kemenangan yang dekat yaitu perdamaian Hudaibiyyah.
Kemudian Alloh Y memberi kabar gembira kepada kaum mu’minin bahwa Alloh
Y akan menolong RosulNya maka Alloh Y berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (28)
28.
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Alloh
sebagai saksi.
Rosululloh r diutus oleh Alloh Y dengan membawa petunjuk dan agama yang
hak yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal soleh, karena syariat ini
mengandung dua perkara yaitu ilmu dan amal, hal ini untuk memenangkan
atas semua agama yang ada di muka bumi ini, baik dari kalangan arab
ataupun yang bukan arab, maka cukuplah Alloh Y sebagai saksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan-Nya dan Alloh Y adalah penolongnya.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)
29.
Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dengan
Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Alloh
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya,
lalu tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan
tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir dengan mereka. Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang
besar.
Dalam ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa Muhammad r itu betul-betul
utusan Alloh Y tanpa ada keraguan lagi, kemudian Alloh Y mengkhabarkan
beberapa sifat para sahabat Nabi r, di antara sifat mereka yang pertama
adalah mereka bersifat keras terhadap orang-orang kafir dan mereka
sangat berkasih sayang terhadap kaum mu’minin, sebagaimana Alloh Y
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
54.
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad
dari agamanya, Maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir. {QS: Al-Maidah : 54}
Dan Rosululloh r bersabda dalam hadits Nu’man bin Basyir t:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan
kaum mu’minin dalam saling cinta, saling sayang dan kelemahlembutan
mereka seperti satu jasad, jika mengeluh darinya satu anggota badan maka
akan saling menyerulah untuknya semua jasadnya karena begadang dan
demam”. Bukhori Muslim.
Sifat
yang kedua : mereka ruku’ dan sujud mencari keridhoan Alloh Y, maknanya
mereka banyak melakukan solat dan amalan soleh, hal itu dilakukan oleh
mereka demi mendapatkan apa yang ada di sisi Alloh Y berupa surga, bukan
karena ingin pujian ataupun kenikmatan dunia, hal ini menunjukkan akan
keikhlasan mereka dalam amalan.
Sifat yang ketiga: tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud,
yaitu tampak di wajah mereka sifat yang baik, khusyu’ dan tawadhu’,
karena solat itu membuat wajah menjadi bagus, sebagaimana yang dikatakan
oleh As-Suddi.
Sifat
yang keempat : mereka melindungi, membantu dan menolong Rosululloh r
yang dipermisalkan oleh Alloh Y dengan tunas pohon yang menguatkan
pokoknya hingga tumbuh menjadi besar, hal itu untuk menjengkelkan
orang-orang kafir([31]).
Sahabat memiliki banyak kemuliaan yang tidak dimiliki oleh selain
mereka, karena itu Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah
kalian mencela para sahabatku, demi dzat yang jiwaku berada di
tanganNya seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan semisal
gunung Uhud berupa emas, maka dia tidak akan bisa mencapai satu mudnya
salah seorang dari mereka tidak pula setengahnya”. Bukhori Muslim.
SURAT AL-HUJUROT
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1)
- Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Allloh
Y mengajarkan kepada kaum mu’minin adab yang baik dalam bergaul
terhadap Rosululloh r agar memuliakan beliau, menghormati dan
mengagungkannya. Makna ayat: janganlah mendahului Rosululloh r dalam
segala perkara, bahkan kamu harus mengikut kepada Rosululloh r dalam
segala urusan, baik dalam menetapkan keputusan ataupun yang lainnya, dan
takutlah kamu kepada Alloh Y dalam hal yang telah diperintahkan-Nya
kepadamu, sesungguhnya Alloh Y maha mendengar terhadap semua
perkataanmu, dan maha mengetahui atas niatmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2)
2.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian
melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan
suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap
sebagian yang lain, supaya tidak terhapus amalan kalian, sedangkan
kalian tidak menyadari.
Ini
merupakan adab berikutnya yang diajarkan Alloh Y terhadap kaum
mu’minin, agar mereka tidak mengangkat suaranya di hadapan Rosululloh r
melebihi dari suara beliau, begitu pula mereka dilarang untuk
mengeraskan suara ketika berbicara kepada Rosululloh r seperti dia
berbicara dengan musuhnya, bahkan mereka harus berbicara dengan beliau
dengan penuh hormat dan ketenangan. Yang demikian itu dilarang oleh
Alloh Y karena ditakutkan akan meyebabkan beliau marah, maka Allohpun
akan marah karena marahnya beliau, sehingga Alloh Y akan menghapus
amalan orang yang telah membuat Rosululloh r marah sedangakan orang itu
tidak menyadari. Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya
seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang meridhokan Alloh
tanpa dia peduli/menyadari dengan kelimat itu sedangkan Alloh Y
mengangkat derajatnya dengan sebab kalimat itu, dan sesungguhnya
seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang yang membuat Alloh Y murka tanpa dia peduli/menyadari dengan kalimat itu sedangkan dia jatuh dalam neraka dengan sebab kalimat itu.” HR. Bukhori
إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3)
3.
Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka
Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk
bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ini merupakan anjuran dan bimbingan dari Alloh Y untuk merendahkan
suara di hadapan Rosululloh r, dan orang-orang yang merendahkan suaranya
di hadapan Rosululloh r mereka itulah yang diuji hatinya untuk bertaqwa
yaitu Alloh Y menjadikan hatinya berhak menjadi pemilik ketaqwaan, dan
Alloh Y akan memberi ampunan dan pahala yang besar bagi mereka.
إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4)
4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
Ini merupakan celaan bagi orang-orang yang memanggil Rosululloh r dari
balik rumahnya sebagaimana yang dilakukan oleh para badwi, Alloh Y
katakan mereka itu tidak mengerti.
وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
5.
dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka
Sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Alloh Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Setelah Alloh Y mencela mereka, Alloh Y membimbing mereka akan adab
yang baik dalam hal memanggil Rosululloh r yaitu dengan mereka
bersabar sampai Rosululloh r keluar menemui mereka, sekiranya mereka
melakukan hal itu maka itu adalah kebaikan bagi mereka di dunia dan
akhirat. Kemudian Alloh Y menganjurkan mereka agar bertaubat karena
Alloh Y maha pengampun lagi maha penyayang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)
6.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ini
merupakan perintah dari Alloh Y agar meneliti berita yang dibawa oleh
orang yang fasik, agar tidak memutusakan hukum berdasarkan ucapannya
sehingga dia menjadi keliru ataupun pendusta karena berita tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada([32]).
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7)
7.
dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauanmu dalam kebanyakan urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, akan tetapi Alloh menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
Ketahuilah
bahwa di tengah-tengah kalian ada Rosululloh r, maka agungkanlah
beliau, dan seganlah dan beradablah terhadapnya dan tunduklah terhadap
perintahnya, sesungguhnya beliau lebih mengerti tentang maslahat kalian
daripada kalian, pandangan beliau untuk kalian itu lebih sempurna dari
pada pandangan kalian terhadap diri kalian sendiri, seandainya beliau
menuruti kalian dalam semua pilihan kalian maka hal itu akan menimbulkan
kesulitan dan kesusahan bagi kalian. Akan tetapi Alloh Y menjadikan
kalian itu cinta kepada keimanan dan menjadikannya indah di hati-hati
kalian, dan menjadikan kalian itu benci terhadap kekufuran, kefasikan
(dosa-dosa besar) dan seluruh kemaksiatan, dan mereka yang tersifati
dengan sifat-sifat ini mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
8. sebagai karunia dan nikmat dari Alloh. dan Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Pemberian
yang telah dianugerahkan kepada kalian ini merupakan karunia dan nikmat
Alloh Y kepada kalian, dan Alloh Y maha mengetahui terhadap orang yang
berhak mendapatkan petunjuk dan maha bijaksana dalam semua ucapan,
perbuatan, syariat dan taqdirnya.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9)
9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang([33])
hendaklah kalian damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu
bertindak lalim terhadap yang lain, hendaklah yang bertindak lalim itu
kalian perangi sampai surut kembali pada perintah Alloh. kalau mereka
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah
kalian berlaku adil; Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang
berlaku adil.
Alloh Y memerintahkan agar mendamaikan antara kaum mu’minin yang
bertikai dan berperang, dan jika satu pihak masih bertindak lalim
terhadap pihak yang lain maka perangilah pihak yang lalim itu sampai
mereka kembali kepada perintah Alloh dan Rosul-Nya, tunduk terhadap
kebenaran dan mentaatinya, dan jika pihak itu mau kembali dan tunduk
kepada kebenaran maka damaikanlah antara dua pihak itu dengan cara yang
adil karena sesungguhnya Alloh Y mencintai orang-orang yang berlaku
adil.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)
10.
orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudara kalian itu dan takutlah
terhadap Alloh, supaya kalian mendapat rahmat.
Sesungguhnya kaum mu’minin itu adalah saudara seagama, sebagaimana Rosululloh r bersabda dalam hadits Ibnu Umar t :
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
“Seorang
muslim adalah saudara seorang muslim, maka tidak boleh mendzoliminya
dan tidak pula membiarkannya (bersama orang yang menyakitinya).” HR. Bukhori Muslim.
Maka damaikanlah antara mereka yang saling berperang itu karena mereka
saling bersaudara, dan takutlah kalian kepada Alloh Y dalam segala
urusan kalian supaya kalian mendapat rahmat, ini merupakan pernyataan
dari Alloh Y bagi orang yang bertaqwa bahwa mereka akan mendapat rahmat
Alloh Y.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11)
11.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kaum laki-laki merendahkan kaum
laki-laki yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula kaum wanita merendahkan kaum wanita lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan Janganlah suka mencela
antara sesama kalian dan jangan memanggil dengan gelar-gelar buruk.
Seburuk-buruk sifat adalah kefasikan sesudah iman. Dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Alloh Y melarang kaum mu’minin lelaki dan wanita untuk meremehkan dan
mengejek orang lain, karena bisa jadi yang diremehkan itu lebih baik
daripada yang meremehkan, dan Alloh Y juga melarang untuk mencela orang
lain dan juga memanggil seorang mu’min dengan gelar([34]),
karena itu merupakan seburuk-buruk panggilan, itulah yang dimaksud
dengan kalimat fasik dalam ayat tadi, yaitu saling memanggil dengan
gelar, dan barangsiapa yang tidak bertobat dari perbuatan ini maka dia
termasuk dari orang yang dzolim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)
12.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.
Dalam ayat ini Alloh Y melarang 3 perkara:
Yang
pertama : melarang dari prasangka buruk terhadap seorang mu’min,
sebagaimna Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا،
“Hati-hatilah
kalian dari persangkaan, sesungguhnya persangkaan itu adalah
sedusta-dustanya berita, dan janganlah mncari-cari keburukan orang lain
dan janganlah mencari-cari informasi (tentang orang lain), dan janganlah
saling membenci, dan menjadilah kalian bersaudara.” HR. Bukhori Muslim.
Yang kedua : mencari-cari keburukan orang lain, sebgaimana dalam hadits Abu Huroiroh t yang telah lalu.
Yang
ketiga : Ghibah, yaitu menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana
Rosululloh r telah mentafsirkannya dalam hadits Abu Huroiroh t :
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ «قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
“Dikatakan : wahai Rosululloh apakah ghibah itu? Beliau menjawab : “Kamu menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Dikatakan lagi: “Bagaimana menurutmu jika pada saudaraku itu betul-betul ada yang aku katakan?” Beliau menjawab : “Jika
padanya betul-betul ada apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah
menghibahi dia, dan jika tidak ada padanya maka kamu telah membuat
kebohongan atasnya”. HR. Abu Dawud.
Kemudian Alloh Y memisalkan perkara ghibah ini dengan memakan daging
seorang muslim yang sudah mati, yaitu sebagaimana tabiat kalian tidak
suka untuk memakan daging seorang muslim yang sudah mati maka
demikianlah hendaknya kalian tidak suka untuk menghibah seorang muslim,
karena akibat dan hukuman ghibah itu lebih menyakitkan dari pada hukuman
memakan daging seorang muslim yang sudah mati, karena kehormatan
seorang muslim itu haram untuk dirusak, sebagaimana Rosululloh r
bersabda dalam hadits Abu Huroiroh r :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Setiap muslim atas muslim yang lain haram, yaitu darahnya, hartanya dan kehormatannya”. HR Muslim
Dan takutlah kalian kepada Alloh Y atas semua perintah dan larangannya,
sesungguhnya Alloh Y maha penerima taubat orang yang bertobat
kepada-Nya([35]) dan maha penyayang bagi orang yang mau kembali kepada-Nya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
13.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh ialah orang yang
paling taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.
Dalam
ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa manusia itu diciptakan dari satu
jiwa, kemudian menciptakan pasangannya dari jiwa tersebut, yaitu Adam
dan Hawa, kemudian menjadikan manusia itu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Karena itu janganlah berbuat
ghibah karena sesungguhnya manusia itu diciptakan dari satu jiwa yang
memiliki kedudukan yang sama karena semua asalnya dari tanah. Yang
membedakan antara mereka hanyalah ketaqwaan, karena itu Alloh Y
mengatakan: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh Y ialah orang yang paling taqwa di antara kalian”
yaitu kemuliaan di sisi Aloh Y hanyalah diukur dengan ketaqwaan
seseorang, bukan karena bagus dan mulianya keturunan. Rosululoh r
bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Alloh Y tidak melihat kepada bentuk dan harta kalian, akan tetapi melihat kepada hati dan amalan kalian”. HR. Muslim.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)
14.
orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah:
“Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah islam, karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Alloh dan
Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;
Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam
ayat ini Alloh Y mengingkari orang-orang badwi yang baru masuk islam
kemudian mengaku-ngaku bahwa dirinya telah mencapai derajat iman padahal
keimanan mereka belumlah kokoh dalam hati mereka. Maka ayat ini
menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus dan lebih tinggi derajatnya dari
pada islam, maknanya setiap orang yang beriman (mu’min) pasti dia itu
muslim, tapi tidak setiap muslim dia itu mu’min dengan iman yang
sempurna. Dan ini merupakan keyakinan ahlu sunnah, menunjukkan atas hal
itu hadits Jibril ketika menanya Rosululloh r tentang islam kemudian
tentang iman kemudian tentang ihsan, maka hal itu menunjukkan bahwa Iman
itu lebih khusus daripada islam, dan ihsan itu lebih khusus daripada
iman. Dan Hadits Sa’d bin Abi Waqqosh t :
قَسَمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَعْطِ فُلَانًا فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْ مُسْلِمٌ» أَقُولُهَا ثَلَاثًا، وَيُرَدِّدُهَا عَلَيَّ ثَلَاثًا «أَوْ مُسْلِمٌ»
“Rosululloh
r membagikan suatu bagian, maka aku berkata : “Wahai Rosululloh berilah
si fulan sesungguhnya dia itu mu’min,” Maka Rosululloh r menjawab: “Ataukah muslim?”, aku mengulangi ucapanku itu sebanyak tiga kali dan Rosululloh r mengulanginya untukku: “Ataukah muslim?” sebanyak tiga kali. HR Bukhori Muslim.
Maka hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus
daripada islam, karena Rosululloh r membedakan antara iman dengan islam.
Dan orang-orang badwi yang disebutkan dalam ayat tadi mereka adalah
termasuk dari kaum muslimin bukan dari kaum munafiqin, hanya saja Alloh Y
memberikan adab kepada mereka agar tidak mengaku-ngaku memiliki iman
yang hakiki sementara mereka belum sampai derajat itu, dan ini adalah
makna ucapan Ibnu Abbas, Ibrohim An-Nakho’i dan Qotadah, dan pendapat
ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)
15.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Alloh. mereka Itulah orang-orang yang benar.
Yaitu
orang yang beriman dengan iman yang sempurna mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka tidak ragu dengan hal
itu bahkan mereka kokoh dalam satu keadaan yaitu benar-benar percaya
dan membenarkan, dan mereka adalah orang-orang yang mencurahkan harta
dan jiwa mereka di jalan Alloh Y, maka mereka itulah orang-orang yang
jujur dan benar dalam ucapan mereka jika mereka berkata bahwa “Kami
adalah orang beriman,” bukan seperti orang-orang badwi tadi.
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16)
16.
Katakanlah: “Apakah kalian akan memberitahukan kepada Alloh tentang
agama kalian, padahal Alloh mengetahui apa yang di langit dan apa yang
di bumi dan Alloh Maha mengetahui segala sesuatu?”
Yaitu : apakah kalian memberitahukan kepada Alloh Y akan apa yang
tersembunyi dalam hati kalian? Sedangkan Alloh Y tidak ada yang samar
baginya sedikitpun yang ada di bumi dan di langit dari benda kecil
ataupun yang besar karena Alloh Y maha mengetahui segala sesuatu.
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17)
17.
mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka.
Katakanlah: “Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku
dengan keislaman kalian, sebenarnya Alloh, Dialah yang melimpahkan
nikmat kepada kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan jika kalian
adalah orang-orang yang benar.”
Yaitu orang-orang badwi merasa telah memberi nikmat kepada Rosululloh r
dengan keislaman dan pertolongan mereka terhadap Rosululloh r, maka
Alloh Y membantah mereka bahwa mereka jangalah merasa telah memberi
nikmat kepada Rosululloh r dengan keislaman mereka, bahkan Allohlah yang
telah memberi nikmat kepada mereka dengan menunjuki mereka kepada
keimanan.
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
18. Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Alloh Maha melihat apa yang kalian kerjakan.
SURAT QOOF
بسم الله الرحمن الرحيم
ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ (1)
1. Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia.
Alloh Y bersumpah dengan Al-Qur’an yang mulia dan agung, yang
diturunkan dari sisi Alloh Y, yang tidak mengandung kebatilan
sedikitpun.
بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2)
2.
(mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang
kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka
sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir :”Ini adalah suatu yang amat
ajaib”.
Yaitu orang-orang kafir merasa aneh akan diutusnya seorang Rosul dari
kalangan manusia sebagai pemberi peringatan kepada mereka.
أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3)
3.
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali
lagi) ?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.
Orang-orang kafir merasa aneh juga akan terjadinya hari kebangkitan
sehingga mereka mengatakan: “Kalau kita mati dan tubuh sudah hancur dan
kita sudah menjadi tanah, apakah mungkin kita akan dibangkitkan kembali,
maka tidak mungkin kebangkitan itu akan terjadi.”
قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْأَرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4)
4.
Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari
(tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara
(mencatat).
Yaitu : Sungguh Alloh Y telah mengetahui bahwa bumi telah menghancurkan
tubuh mereka dan ke manakah dan menjadi apakah tubuh yang hancur itu,
sesungguhnya di sisi Alloh Y ada kitab yang mencatat hal itu semua
بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ (5)
5.
sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu
datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.
Demikianlah keadaan orang yang keluar dari jalur kebenaran, maka
bagaimanapun mereka bicara ucapan mereka itu akan batil.
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ (6)
6.
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Alloh Y mengkhabarkan kepada hamba akan sempurnanya kemampuan Alloh Y,
sebagai perhatian untuk mereka bahwa penciptaan langit yang besar dengan
bentuk yang sangat kokoh yang telah dihiasi dengan bintang-bintang itu
lebih agung dan menakjubkan, maka kenapa mereka harus merasa heran dan
menganggap tidak mungkin akan terjadinya hari kebangkitan, padahal itu
lebih mudah di sisi Alloh Y.
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (7)
7.
dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung
yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata,
Begitu juga dengan penciptaan bumi dalam bentuk terhampar dan luas,
kemudian diletakkan gunung-gunung agar bumi itu tidak goncang, dan
ditumbuhkan padanya segala jenis tumbuhan yang indah dipandang mata.
تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ (8)
8. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Alloh).
Dengan meyaksikan penciptaan langit dan bumi dan yang ada di antara
keduanya dari tanda-tanda kebesaran Alloh Y, itu merupakan bukti dan
peringatan bagi hamba yang tunduk, takut dan kembali kepada Alloh Y.
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ (9)
9.
dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun dan biji-biji tanaman yang diketam,
وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (10)
10. dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun,
رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ (11)
11.
untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan
air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.
Alloh Y memisalkan hari kebangkitan itu dengan tanah yang tandus yang
tidak dapat menumbuhkan tanaman, kemudian ketika air hujan turun
membasahi tanah tersebut, maka tanah itu menjadi subur kembali dan
menumbuhkan tanaman-tanaman yang indah dipandang mata. Ini menunjukkan
bahwa Alloh Y mampu membangkitkan setelah kematian, tanah yang tandus
saja dapat disuburkan kembali oleh Alloh Y, maka makhluk yang sudah
hancurpun dapat dihidupkan kembali oleh Alloh Y karena hal itu lebih
mudah di sisi Alloh Y.
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ (12)
12. sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Ross dan Tsamud,
Alloh Y mengancam kaum kafir Quroisy yang telah mendustakan Rosululloh
r, dengan menyebutkan bagaimana akibat yang dialami oleh para kaum
sebelum mereka ketika mereka mendustakan nabi Alloh Y. Alloh Y hancurkan
mereka dengan menurunkan azab yang pedih kepada mereka. Seperti kaumnya
Nuh r yang telah ditenggelamkan Alloh Y dalam banjir yang sangat besar,
demikian juga Alloh Y hancurkan penduduk negeri Ross, demikian pula
dengan kaum Tsamud yang telah ditimpa bencana gempa bumi.
وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ (13)
13. dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth,
Demikian juga dengan kaum ‘Aad yang telah dihancurkan Alloh Y dengan
angin topan, begitu pula dengan kaum Luth kaum Sodom yang telah
dihancurkan Alloh Y dengan hujan batu.
وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ (14)
14.
dan penduduk Aikah serta kaum Tubba’ semuanya telah mendustakan Rasul-
Rasul Maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah
diancamkan.
Begitu juga yang dialami oleh penduduk Al-Aikah yaitu kaumnya Syu’aib
r, Alloh Y hancurkan mereka dengan gempa bumi, dan kaum Tubba’ yaitu
kaum Saba’ di negeri Yaman yang telah dihancurkan Alloh Y dengan banjir
besar akibat runtuhnya bendungan Ma’rib. Semua kaum ini telah
mendustakan Rosul Alloh Y, dan barangsiapa mendustakan seorang Rosul
maka dia telah mendustakan semua Rosul. Maka mereka berhak mendapatkan
azab yang telah diancamkan Alloh Y kepada mereka. Maka berhati-hatilah
orang-orang yang mendustakan Rosul akan menimpa mereka azab yang pedih
sebagaimana telah menimpa para ummat sebelum mereka,
أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ (15)
15.
Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya
mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.
Apakah penciptaan pertama itu membuat kami lemah sehingga mereka ragu
bisa dibangkitkan kembali di hari kebangkitan?! Kalau penciptaan pertama
saja tidak melemahkan kami maka membangkitkan makhluk itu lebih mudah
bagi kami.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
16.
dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh jiwanya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya,
Alloh Y mengkhabarkan bahwa Alloh Y itu sang pencipta dan mengetahui
segala sesuatu, sampai bisikan hati manusiapun baik dan buruknya Alloh Y
mengetahuinya. Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَمَّا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ، أَوْ تَكَلَّمْ بِهِ
“Sesungguhnya Alloh Y memaafkan ummatku dari apa yang dibisikkan oleh jiwanya, selama tidak mengamalkannya atau mengucapkannya”. HR. Bukhori Muslim.
Dan makna firman Alloh Y: “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”
yang dimaksud dengan kalimat kami adalah malaikat-Nya, maka maknanya
adalah: malaikat Alloh Y lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
dengan izin Alloh Y, bukan maknanya Alloh Y menyatu atau menempati dalam
diri makhluknya, sesungguhnya Alloh Y tidak menyatu atau menempat di
makhluknya, ayat ini seperti firman Alloh Y yang tercantum dalam surat
Al-Waqi’ah ayat 85:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
“dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat”
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17)
17.
(yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri([36]).
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
Tidak seorangpun mengucapkan suatu ucapan melainkan ada malaikat yang
mengawasinya dengan mencatat ucapannya, baik ataupun buruknya. Dikatakan
oleh ulama': malaikat yang di sebelah kanan mencatat amal baiknya
sedangkan yang di sebelah kiri mencatat amal buruknya.
Ulama’ berselisih yang apakah yang dicatat itu semua ucapan, ataukah
hanya ucapan yang memiliki balasan baik ataupun buruk? Yang dipilih oleh
Ibnu Katsir adalah yang pertama, yaitu semua ucapan berdasarkan
keumuman ayat tadi.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19)
19. dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
Sekerat maut yang selalu kamu hindari benar-benar datang menjemputmu.
Ayat ini menunjukkan bahwa maut itu diringi dengan sekarat, sebagaimana
Rosululloh r bersabda dalam hadits Aisyah t :
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
” LAA ILAHA ILLALLOH sesungguhnya maut itu memiliki sekarat”. HR. Bukhori
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20)
20. dan ditiuplah sangkakala([37]). Itulah hari terlaksananya ancaman.
وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21)
21. dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang Malaikat penggiring dan seorang Malaikat penyaksi.
Yaitu malaikat yang menggiringnya kepadang mahsyar dan malaikat yang memberi persaksian atas amalannya.
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)
22.
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada
hari itu amat tajam.
Yaitu setiap jiwa itu lalai dari hari kebangkitan ini, maka ketika
mereka telah menyaksikan hari kiamat itu, barulah mereka sadar dan
penglihatan merekapun melihatnya dengan pandangan tajam dan kuat, karena
setiap orang di hari itu akan jelas baginya perkara ini, sampai orang
kafirpun mustaqim ketika itu, namun istiqomah mereka tidak lagi memberi
manfaat kepada mereka.
وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ (23)
23. dan yang menyertai dia berkata : “Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku”.
Yaitu malaikat yang diberi tugas untuk mencatat amalan manusia akan
memberikan persaksian, catatan amalan itu akan dihadirkan tanpa ada
tambahan dan pengurangan.
أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ (24)
24. Alloh berfirman : “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan menentang,
Maka ketika manusia sudah dibangkitkan diakherat, maka tegaklah hari
perhitungan, dan Alloh Y menetapkan hukum kepada makhluk sesuai dengan
keadilannya, maka hukuman bagi orang yang kafir yang mendustakan dan
menentang kebenaran adalah neraka Jahannam. Dan yang diperintah oleh
Alloh Y untuk melemparkan orang-orang kafir kedalam neraka Jahannam
dalam ayat ini adalah dua malaikat yaitu setelah malaikat menyeretnya ke
lapangan perhitungan dan malaikat yang menjadi saksi telah memberikan
persaksian atas amalan dan ingkarnya, maka Alloh Y perintah kedua
malaikat itu untuk melemparkan orang kafir tersebut kedalam Jahannam.
مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ (25)
25. yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,
Orang kafir tersebut tidak menunaikan hak-hak yang wajib dia tunaikan,
melampaui batas dalam mengeluarkan hartanya dan ragu-ragu dalam
urusannya.
الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ (26)
26. yang menyembah sembahan yang lain beserta Alloh, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat keras”.
Dan orang kafir tersebut mempersekutukan Alloh Y dengan yang yang lain,
maka hukuman bagi orang tersebut adalah siksa yang pedih.
قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (27)
27.
Qorin (yang menyertai) dia berkata (pula): “Ya Tuhan Kami, aku tidak
menyesatkannya tetapi Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”.
Qorinnya adalah syetan([38]),
maka ketika telah terjadi hari perhitungan, syetan itu ingin berlepas
diri dari perbuatannya menyesatkan manusia, maka diapun berkata bahwa
dia tidak menyesatkan orang kafir itu, akan tetapi dia sendiri yang
menyesatkan dirinya dan menerima kebathilan dan menentang kebenaran.
Seperti dalam firman Alloh Y :
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
22.
dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
“Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar,
dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan
(sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruan kalian, oleh
sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian
sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalianpun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Alloh) sejak dahulu”.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. QS. Ibrohim : 22.
قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ (28)
28.
Alloh berfirman : “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, Padahal
sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepada kalian”.
Di hari kiamat nanti, manusia akan bertengkar dengan qorinnya (syetan
yang menyesatkannya) di hadapan Alloh Y, manusia mengatakan bahwa
qorinnya itulah yang telah menyesatkannya, maka qorinnyapun berlepas
diri dan mengatakan: “Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi
Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”. Maka Alloh Y berkata
kepada mereka: “Janganlah kalian bertengkar di hadapan-Ku, padahal
sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepada kalian” Yaitu
memberi peringatan melalui lisan para Rosul, dan telah menurunkan kitab
dan telah menegakkan hujjah, maka tidak ada lagi udzur bagi mereka.
مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (29)
29. keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku
Yaitu Alloh Y tidak menganiaya hamba-Nya dengan mengazabnya karena dosa
orang lain, tetapi Alloh Y mengazabnya dengan sebab dosanya sendiri
setelah ditegakkan hujjah atasnya.
يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ (30)
30.
(dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada
Jahannam : “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab : “Masih ada
tambahan?”
Maka di hari kiamat nanti Alloh Y akan berbicara dengan Jahannam dan Alloh Y bertanya kepadanya: “Apakah kamu sudah penuh?”,
karena Alloh Y menjanjikan akan memenuhi Jahannam dengan jin dan
manusia, maka Jahannam pun menjawab ” Apakah masih ada tambahan?”, maka
Alloh Y meletakkan telapak kakinya ke dalam Jahannam, barulah Jahannam
mengatakan “cukup”, sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t bahwa
Rosululloh t bersabda :
يُقَالُ لِجَهَنَّمَ: هَلِ امْتَلَأْتِ، وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ، فَيَضَعُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدَمَهُ عَلَيْهَا، فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ “
“Dikatakan kepada Jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Jahannam menjawab: “Apakah ada tambahan?” Maka Alloh Y meletakkan telapak kaki-Nya ke dalamnya, maka Jahannam berkata: “Cukup, cukup”([39]). HR Bukhori. Dan diriwayatkan juga dari hadits Anas t,
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31)
31. dan didekatkanlah syurga itu kepada orang-orang yang bertaqwa, tiada jauh.
Pada hari kiamat syurga akan didekatkan kepada orang-orang yang bertaqwa, dan firman Alloh Y “Tiada jauh” yaitu perkara itu bukan sesuatu yang jauh kemungkinannya terjadi, karena hal itu pasti terjadi.
هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32)
32.
Inilah yang dijanjikan kepada kalian, (yaitu) kepada setiap hamba yang
selalu kembali (kepada Alloh) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya)
مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33)
33.
(yaitu) orang yang takut kepada Ar-Rohman (Alloh yang Maha Pemurah)
sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat,
Yaitu orang yang tetap takut kepada Alloh Y walaupun dalam keadaan yang
tersembunyi yang tidak ada yang melihatnya kecuali Alloh Y, dan bertemu
dengan Alloh Y di hari kiamat dengan hati selamat dan tunduk kepadanya.
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34)
34. masukilah syurga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan.
Masukilah syurga itu dengan aman dari azab Alloh Y, dan malaikat
bersalam kepadanya, itulah hari kekekalan, mereka kekal di dalam syurga
tidak akan keluar darinya dan tidak pula mati selama-lamanya.
لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)
35. mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.
Yaitu apa saja yang diinginkan oleh mereka di dalam syurga, mereka akan mendapatkannya. Dan Firman Alloh Y “Dan pada sisi Kami ada tambahannya”, yang dimaksud dengan tambahan adalah penduduk syurga akan melihat Alloh Y. Sebagaimana dalam hadits Shuhaib t:
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ
“Apabila penduduk syurga telah masuk syurga, Alloh Y
bertanya : “Apakah kalian ingin sesuatu aku tambahkan untuk kalian?”
Maka mereka menjawab : “Bukankah Engkau telah telah memutihkan wajah
kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan
menyelamatkan kami dari neraka?” Maka Alloh Y menyingkap penutupnya, maka mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka sukai daripada melihat Robb mereka([40]).” HR. Muslim.
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ (36)
36.
dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka
yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka
mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa
negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?
Para
ummat sebelum mereka ini telah banyak dibinasakan oleh Alloh Y karena
mereka mendustakan para Rosul, padahal para ummat itu lebih kuat dan
telah menjelajahi dan memakmurkan bumi, namun ketika datang azab Alloh Y
apakah kekuatan yang mereka miliki itu dapat menyelamatkan mereka dari
azabNya?! Maka kalian juga para pendusta Rosul r, kalian juga tidak akan
dapat lari dan menyelamatkan dari azab Alloh Y.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37)
37.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.
Sesungguhnya hal itu menjadi pelajaran bagi orang yang berakal dan dan
menggunakan pendengarannya untuk mendengarkan peringatan sehingga dia
memahaminya.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ (38)
38.
dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.
Alloh Y telah menciptakan langit dan bumi dan yang ada antara keduanya
dalam enam hari, yaitu hari ahad sampai hari jum’at sebagaimana dalam
hadits. Maka berkatalah orang-orang yahudi bahwa Alloh Y istirahat di
hari sabtu karena lelah setelah menciptakan keduanya dalam enam hari,
dan mereka menamai hari sabtu itu dengan hari beristirahat, maka Alloh Y
bantah kedustaan mereka ini dengan ucapannya “Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan”.
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ (39)
39.
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah
dengan memuji Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).
Yaitu bersabarlah terhadap perkataan orang-orang yang mendustakan. Dan
yang dimaksud dengan tasbih sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya
matahari adalah solat di dua waktu ini, Yaitu solat subuh dan solat
asar. Berdasarkan hadits Jarir bin Abdillah t bahwa Rosululloh r
bersabda :
«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا لاَ تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، فَافْعَلُوا»، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الغُرُوبِ﴾
“Sesungguhnya
kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat (bulan
purnama) ini kalian tidak berdesak-desakan untuk melihatnya, dan jika
kalian mampu untuk tidak dikalahkan (lalaikan) dari solat sebelum terbit
matahari dan sebelum tenggelamnya maka lakukanlah, kemudian beliau
membaca ayat ini ( yang artinya) ” dan bertasbihlah dengan memuji Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam”. HR Bukhori Muslim
وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ (40)
40. dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.
Yaitu solat tahajjudlah kamu di malam hari sebagaimana dalam firman Alloh Y :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
79.
dan pada sebahagian malam hari solat tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Robb-mu mengangkat kamu ke tempat
yang Terpuji. QS. Al-Isro’ : 79.
Dan bertasbihlah (dzikir) kamu setelah solat, seperti dalam hadits Abu Huroiroh t Rosululloh r bersabda :
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا
تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟
وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا
صَنَعْتُمْ» قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولُ اللهِ قَالَ: «تُسَبِّحُونَ،
وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ مَرَّةً»
“Maukah
kalian aku ajari sesuatu yang dengannya itu kalian bisa mendapati
(mengejar) orang yang telah mendahului kalian dan dengannya itu kalian
mendahului orang yang setelah kalian, dan tidak seorangpun lebih baik
dari kalian kecuali yang melakukan seperti yang kalian lakukan?“, Mereka menjawab “tentu saja wahai Rosululloh”, maka Rosululloh r berkata: “Kalian bertasbih dan bertakbir, dan bertahmid selesai solat sebanyak 33 kali”. HR. Muslim
وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ (41)
41. dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.
يَوْمَ يَسْمَعُونَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُرُوجِ (42)
42. (yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya Itulah hari ke luar (dari kubur).
Yaitu pada hari ketika mereka mendengar tiupan sangkakala yang kedua dan itulah hari kebangkitan
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَإِلَيْنَا الْمَصِيرُ (43)
43. Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk).
Allohlah yang menciptakan makhluk dari permulaan kemudian akan
menghidupkannya kembali dan itu mudah bagi-Nya, dan semua makhluk akan
kembali kepadanya dan dibalas sesuai dengan amalannya, jika amal baik
maka balasannya baik pula, dan jika amal buruk maka balasannya buruk
pula.
يَوْمَ تَشَقَّقُ الْأَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًا ذَلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيرٌ (44)
44.
(yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka
ke luar) dengan cepat. yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah
bagi kami.
Yaitu Alloh Y akan menurunkan hujan dari langit, kemudian dengan hujan
itu jasad para makhluk akan tumbuh di dalam kubur seperti tumbuhnya
benih tanaman ditanah, dan ketika jasad-jasad itu telah tumbuh dengan
sempurna, maka Alloh Y perintahkan Isrofil untuk meniup sangkakala yang
kedua, dan setiap roh kembali kejasadnya dan bumi terbelah menmpakkan
mereka, maka merekapun keluar dengan cepat menuju ke tempat perhitungan,
menunaikan perintah Alloh Y. Dan yang paling pertama diperlihatkan oleh
bumi adalah Rosululloh r, sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id Al-khudri t
Rosululloh r bersabda :
فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ
” Maka akulah yang pertama diperlihatkan oleh bumi”. HR. Bukhori
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ (45)
45.
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-
kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah
dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
Kami
mengetahui perkataan kaum musyrikin dalam mendustakanmu, dan kamu
sekali-kali tidak bisa memaksa mereka untuk mendapat petunjuk, maka
sampaikanlah risalah Robbmu, sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran
hanyalah yang takut kepada Alloh Y dan ancamannya dan mengharapkan
janjinya.
Selesailah tafsir ringkas dari juz 26 ini dengan pertolongan Alloh ta’ala semata.
([1]) Ayat ini merupakan salah
satu dalil yang menunjukkan bahwa Alloh itu di atas langit, karena
lafadz turun menunjukkan dari atas. Selain itu ayat ini juga menunjukkan
tauhid asma’ wasifat (nama dan sifat-sifat Alloh ), kerena Alloh telah
menamai diri-Nya dengan Al-Aziz yang mengandung sifat keperkasaan, dan
Al-Hakim yang mengandung sifat hikmah dalam ucapan dan perbuatan.
([2])ulama’ berselisih tentang
bilangan ulul azmi ini, dan pendapat yang masyhur ulul azmi itu hanya
lima Rosul yaitu Nuh r, Ibrohimr, Musar, Isar, Muhammad r. Adapun
pendapat syekh Muhammad bin Hizam, maka semua Rosul adalah ulul azmi
kecuali Adam r karena Alloh berfirman:
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
115. dan Sesungguhnya telah
Kami perintahkan kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu),
dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
Dan pendapat ini kuat menurut kami karena semua Rosul itu memiliki keteguhan hati dalam ujian.
([3]) Diriwayatkan imam
Tirmidzi no 1663, dari jalan Baqiyyah bin Walid dari Buhair bin Sa’d
dari Kholid bin Ma’dan dari Miqdam bin Ma’dikarib. Baqiyyah Mudallis
tadlis syuyukh, dan jika dia meriwayatkan dari rowi tsiqoh yang ma’ruf
dan dia tidak berbuat tadlis maka haditsnya dihukumi jayyid (bagus) dan
itu jika dia meriwayatkan dari penduduk Syam seperti Buhairoh dan
Muhammad bin Ziyad dan yang lainnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Ibnu Rojab dalam Ilal. Dan dalam sanad ini dia meriwayatkan dari
Buhairoh (penduduk Syam) namun dia memakai lafadz ‘an yang menunjukan
dia berbuat tadlis, namun dia tidak bersendirian dalam riwayatnya, dia
diikuti (mutaba’ah) oleh Ismail bin Ayyasy dari Buhairoh. Sebagaimana
dalam Sunan Ibnu Majah dan Musnad Ahmad.
Ismail bin Ayyasy riwayatnya
sohih jika dia meriwayatkan dari penduduk Syam, jika dari selain
penduduk Syam maka riwayatnya lemah, dan dalam sanad ini dia
meriwayatkan dari penduduk Syam yaitu Buhairoh, maka riwayatnya sohih.
Kesimpulannya sanad hadits ini sohih,
akan tetapi terjadi ittirob (kegoncangan /perbedaan lafadz) dalam matan
hadits yang timbul dari Ismail bin Ayyasy, sehingga sebagian ulama’
melemahkan hadits ini,adapun Imam Albani maka beliau telah menjelaskan
bahwa hadits ini selamat dari ittirob sebagaimana dalam kitabnya
“As-Sohihah” no. 3213.
Dan sebatas pengetahuan kami
ittirob disini masih ringan karena hanya tambahan keutamaan yang
tercantum dalam hadits sehingga berbeda bilangan, sehingga riwayat
Ismail bin Ayyasy masih terkuatkan dengan riwayat Baqiyyah, lebih-lebih
Imam Albani menjelaskan bahwa hadits ini selamat dari ittirob, sehingga
kami lebih condong dengan pendapat yang mensohihkan hadits ini, walaupun
hati masih sedikit ragu karena adanya lafadz dinikahkan dengan 72
bidadari surga, sementara dalam hadits-hadits yang sohih tidak
menyebutkan bilangan ini, Allohu a’lam. Lihat tahqiq Musnad Ahmad.
([4]) Diriwayatkan oleh imam
Ahmad dalam Musnadnya no. 17783 dan semua rowinya tsiqoh kecuali
Abdurrohman bin Tsabit bin tsauban ulama’ berselisih tentangnya, ada
yang menstiqohkan dan ada yang mendhoifkan, dan yang dzohir bagi kami
dia tidak turun dari hasanul hadits namun terjadi beberapa kekeliruan
dalam periwayatannya sehingga dia menyelisihi para rowi yang tsiqoh,
karena itu alhafidz mengatakan dia itu soduq yukhti’, dan Abdurrohman
ini memiliki beberapa hadits yang diingkari yang dia riwayatkan lewat
jalan ayahnya dari Makhul, dan hadits ini dia riwayatkan lewat jalan
ini, sedangkan dia tidak punya mutabi’ (yang menguatkannya dalam
periwayatan ini) maka tafarrudnya (kesendiriannya dalam riwayat) tidak
dapat diterima, maka jalan ini dhoif, namun hadits terangkat menjadi
hasan dengan hadits Miuqdam tadi. Allohu a’lam.
([5]) Yaitu ketika matahari terbit dari barat
([6]) Hadits ini diriwayatkan dari dua jalan:
Jalan pertama dari Ibnu
Lahi’ah dari Darroj dari Abul Haitsam dari Abu Sa’id Al-Khudri,
diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya no 11743, jalan ini punya
dua penyakit, yang pertama Ibnu Lahi’ah dho’if, namun dia diikuti oleh
Amr bin Harits dari Darroj sebagaimana dalam riwayat Hakim dalam
Mustadroknya no 7672. Penyakit yang kedua adalah Darroj karena
periwayatannya dari Abul Haitsam dari Abu Sa’id dho’if sebgaimana dalam
Tahdzib.
Jalan kedua :dari Laits bin
Sa’ad dari Yazid bin Al-Had dari Amr dari Abu Sa’id. Jalan ini semua
rowinya tsiqoh, akan tetapi jalan ini terputus (mungqoti’) karena Amr –
dia adalah bin Abu Amr sebagaimana dalam Mu’jam Ausath dan Hilyah- tidak
punya riwayat dari sahabat kecuali dari Anas, sebagaimana dijelaskan
oleh Imam Albani dalam Sohihah.
Imam Albani
memandang bahwa dengan dua jalan ini hadits terangkat menjadi hasan.
Namun yang zhohir bagi kami hadits tidak terangkat menjadi hasan karena
kami memilih pendapat bahwa mungqoti’ tidak dapat dijadikan penguat,
sedangkan Imam Albani berpendapat bahwa mungqoti’ dapat dijadikan
penguat, Allohu A’lam. Namun Hadits ini memiliki penguat secara makna
dari Al-Qur’an tentang kisah iblis yang berjanji akan menyesatkan
manusia seperti dalam surat Al-An’am ayat 16-17 dan Al-Hijr ayat 39, dan
hadits Abu Huroiroh (hadits Qudsi):
أذنب عبد ذنبا فقال اللهم اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى أذنب عبدي ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد فأذنب فقال أي رب اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى عبدي أذنب ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد فأذنب فقال أي رب اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى أذنب عبدي ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب اعمل ما شئت فقد غفرت لك
“ Seorang hamba berbuat
dosa kemudian berkata “ ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “
hambaku telah berbuat dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang
mengampuni dosa dan membalas dosa”, kemudian dia kembali berbuat dosa
dan berkata “ ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “ hambaku
telah berbuat dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang mengampuni
dosa dan membalas dosa”, kemudian dia kembali berbuat dosa dan berkata “
ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “ hambaku telah berbuat
dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang mengampuni dosa dan
membalas dosa, maka berbuatlah sekehendakmu sesungguhnya Aku telah
mengampunimu”. HR. Bukhori Muslim dan ini lafadz Muslim.
Maka tidak diingkari bagi yang menghasankan hadits tadi, Allohu A’lam.
([7]) Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dalam tafsirnya dari jalan Hisyam dari Urwah dari Rosululloh r.
Urwah tidak mendapati Rosululloh r, dengan demikian maka haditsnya
mursal.
Hadits ini memiliki syahid
(penguat) dari haditsnya Sahl bin Sa’d t, disebutkan oleh Adz-Dzahabi
dalam Mizan I’tidal dalam biografi Miqdam bin Dawud, dari jalan Miqdam
dari Dzu’aib bin Umamah dari Abdul Aziz bin Abu Hazim dari ayahnya dari
Sahl bin Sa’d. Miqdam dikatakan oleh Nasa’i “laisa bi tsiqoh” dan
berkata Ibnu Yunus “takallamu fiih” maka ini adalah jarh syadid (celaan
keras), dan Dzu’aib didho’ifkan oleh Imam Daroquthni. Maka hadits ini
dho’if tidak bisa terangkat menjadi Hasan, Allohu A’lam.
([8]) Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam Musnadnya, dan Baihaqi dalam kitab Dala’ilin Nubuwwah dari
jalan Sufyan dan Salamah dari Iyadh bin Iyadh dari ayahnya dari Abu
Mas’ud t. Iyadh bin Iyadh tarjamahnya disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim
dalam Jarh Wat-Ta’dil memiliki dua orang murid dan beliau tidak
menyebutkan jarh tidak pula ta’dil, maka dia majhul hal, dan ayahnya
juga tidak diketahui siapa dia, maka jalan ini dho’if, lihat Majma’
AZ-Zawa’id. Dan diriwayatkan juga dari hadits Ibnu Abbas semkana hadits
ini, diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam Mu’jam Ausath dan beliau
mengatakan “tidak ada yang meriwayatkan dari As-Suddy melainkan Asbath
bin Nasr”, Asbath bin Nasr diperselisihkan, dan dikatakan oleh Ibnu
hajar ‘soduq katsirul khoto’, maka tafarrudnya tidak dapat diterima
(dhoif), dan dalam sanad juga terdapat Husain bin Amr bin Muhammad
Al-Anqory “dhoif” lihat kitab Jarh Wat-Ta’dil dan Majma’ Az-Zawa’id 7/77
cetakan Darul kutub.
([9]) Demikian pula firman Alloh :
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad di antaramu.” QS Alu Imron :42 dan At-Taubah :16.
([10]) Disebutkan oleh Ibnu
Katsir dari jalan Abu Qudamah dari Waki’ dari Abu Ja’far Ar-Rozy dari
Robi’ bin Anas dari Abul Aliyyah. Jalan ini lemah karena Abul Aliyyah
adalah Tabiin maka haditsnya mursal, dan Abu Ja’far Ar-Rozi yang dia
do’if sebgaimana yang dirojihkan oleh syekh Ibnu Hizam –semoga Alloh
menjaganya-.
([11]) Disebutkan Ibnu Katsir
dari jalan Abdulloh bin Mubarok dari Bukair bin Ma’ruf dari Muqotil bin
Hayyan dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Bukair bin Ma’ruf dikatakan oleh Ibnu
Hjar “soduq fiihi lin” maka jalan ini dho’if.
([12]) Diriwayatkan oleh Imam
Thobari dalam tafsirnya dan Ibnu Hibban dan Imam baghowy dalam Syarah
Sunnah dan Tohawy dalam Musykil Al- Atsar dan Thobroni dalam Mu’jam
Ausath, semua dari jalan Muslim bin Kholid dari Ala’ bin Abdurrohman
dari ayahnya dari Abu Huroiroh t. Muslim bin kholid dikatakan oleh Imam
Albani dalam As-Sohihah no 1017 “dia dhoif dari segi hafalannya. Maka
hadits ini dhoif. Adapun sabda Rosululloh “seandainya agama itu di sisi
Tsuroyya (nama bintang) maka para lelaki Faris (Persia) yang akan
meraihnya” ini adalah hadits sohih tanpa ada penyebutan ayat ini. Allohu
A’lam.
([13]) Demikianlah keyakinan
ahlu sunnah, bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan
ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dan ayat ini merupakan salah
satu dalil bahwa iman itu bisa bertambah. Demikian pula sebaliknya, iman
itu bisa berkurang, sebagaimana dalam hadits
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه ومن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
“Barang siapa di antara
kalian yang melihat kemungkaran maka rubahlah kemungkaran itu dengan
tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka
dengan hatinya. HR Muslim
Segi
pendalilan : dalam hadits ini Rosululloh r menjelaskan adanya iman yang
paling lemah, bagi yang tidak mampu mengingkari dengan tangan ataupun
lisan maka imannya lemah, hal itu menunjukkan bahwa imannya berkurang.
Dan hadits Abu Huroiroh t :
الإيمان بضع وستون شعبة فأفضلها قول لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان
“ Iman itu memiliki cabang
sebanyak 60 lebih, yang paling afdholnya adalah ucapan laa ilaha illoh
dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan rintangan dari jalan, dan
rasa malu adalah cabang dari iman” HR. Muslim.
Hadits ini menunjukkan bahwa
iman itu bertingkat-tingkat, ada tingkatan yang paling afdhol dan ada
yang paling rendah, jika seseorang keimanannya berada dalam tingkatan
yang paling rendah maka menunjukkan imannya berkurang. Dan semua dalil
bertambahnya iman merupakan dalil bahwa iman bisa berkurang, karena jika
iman itu bertambah menunjukkan sebelumnya berkurang.
([14]) Diriwayatkan Imam Ahmad
dengan sanad berdasarkan syarat syeikhoin (Al Bukhoriy dan Muslim).
Yaitu: rowinya rowi Al Bukhoriy dan Muslim, dan rowi tersebut memang
telah mendengar dari rowi yang di atasnya, sebagaimana ditetapkan oleh
keduanya Al Bukhoriy dan Muslim.
([15]) Ayat ini berisi gabungan hak Alloh dan hak Rosul-Nya.
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: ta’zir adalah pertolongan, pemuliaan dan dukungan. Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّا
أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا لِتُؤْمِنُوا بِالله
وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً
وَأَصِيلًا﴾ [ الفتح : 8، 9 ]،
“Sesungguhnya Kami
mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,
agar kalian (wahai Mukminin) beriman pada Alloh dan Rosul-Nya, dan
kalian menghormati beliau dan memuliakan beliau, dan kalian
mensucikan-Nya pada waktu pagi dan petang.”
Maka ini - dan kalian menghormati beliau dan memuliakan beliau – adalah hak Rosul, kemudian Alloh berfirman tentang hak Alloh ta’ala: “dan kalian mensucikan-Nya pada waktu pagi dan petang.“
(“Majmu’ul Fatawa”/1/hal. 67).
([16]) Ayat ini berkaitan
dengan tauhid asma’ wasshifat, sebagaimana dalam keyakinan Ahlu sunnah
bahwa tauhid terbagi tiga, tauhid Rububiyyah, tauhid Uluhiyyah dan
tauhid Asma’ Wasshifat. Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Alloh Y
dalam perbuatannya, dan tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Alloh Y dalam
peribadatan, dan Tauhid Asma’ Wasshifat adalah mengesakan Alloh Y dalam
nama dan sifat-sifatnya. Mengesakan Alloh Y dalam nama dan sifatnya
adalah dengan menetapkan nama dan sifat-sifat tersebut sebagaimana Alloh
Y telah menetapkannya, dan meyakini maknanya sesuai dengan lafadznya
tanpa memalingkan makna tersebut kepada makna yang lain, dan meyakini
bahwa nama dan sifat-sifat tersebut tidaklah sama dengan sifat makhluk
sehingga tidak menyamakan sifat Alloh Y dengan sifat makhluk. Seperti
dalam ayat ini, Alloh Y telah menetapkan bahwa tangan Alloh Y berada di
atas tangan-tangan mereka, menunjukkan bahwa Alloh Y memiliki tangan,
akan tetapi tangannya Alloh Y tidaklah sama dengan tangannya makhluk,
dan kita tidak mengetahui bentuk tangan Alloh Y karena kita tidak pernah
menyaksikannya tidak pula Alloh Y mengkhabarkan bentuknya. Dengan
demikian kewajiban kita adalah mengimaninya sesuai dengan makna lafadz
tersebut. Dan tidak boleh bagi kita untuk memalingkan makna tangan
kepada makna yang lain seperti yang dilakukan oleh sebagian penerjemah
dengan ucapannya ” Jadi maksud tangan Alloh di atas mereka ialah untuk
menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan
Alloh. Jadi seakan-akan Alloh di atas tangan orang-orang yang berjanji
itu. hendaklah diperhatikan bahwa Alloh Maha suci dari segala
sifat-sifat yang menyerupai makhluknya”.Sesungguhnya ini adalah
kekeliruan yang nyata, bagaimana dia bisa mengatakan bahwa Alloh Y
seakan-akan di atas tangan mereka, tidak mungkin secara kenyataan tidak
pula secara angan-angan. Alloh Y telah mengatakan bahwa tangan Alloh di
atas tangan mereka, sedangkan dia mengatakan Alloh seakan-akan di atas
tangan mereka, alangkah jauhnya ucapan ini dengan makna ayat di atas.
Adapun jika dikatakan Alloh Y maha suci dari sifat-sifat yang menyerupai
makhluknya maka ini adalah ucapan yang benar, namun dia keliru dalam
menerapkannya, bukan berarti jika Alloh Y maha suci dari sifat yang
menyerupai makhluk kemudian kita harus meniadakan sifat-sifat Alloh Y
yang telah Ia tetapkan dalam Al-Qur’an. Alloh Y telah berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
11. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
Alloh telah
mengatakan tidak ada yang serupa dengannya, dan Dia juga yang mengatakan
maha mendengar dan maha melihat, dan memiliki tangan. Makhluk juga
melihat dan mendengar, apakah dengan itu kita tiadakan sifat melihat dan
mendengar dari Alloh supaya tidak sama dengan makhluk?, sedangkan
Alloh telah menetapkan sifat tersebut?! Tentu saja ini kekeliruan yang
amat besar, bagaimana tidak, Alloh telah menetapkannya dan kita
meniadakannya. Maka jalan yang benar adalah kita katakan, Alloh Y maha
mendengar dan maha melihat akan tetapi mendengar dan melihatnya Alloh Y
tidaklah sama dengan makhluknya. Maka demikianlah dengan tangan, Alloh Y
memiliki tangan dan tangan Alloh Y tidaklah sama dengan tangan
makhluknya. Dengan demikian tidaklah sama Alloh Y dengan makhluknya.
Berserikatnya Alloh Y dengan makhluk dalam suatu sifat tidak
mengharuskan samanya sifat tersebut dan tidak mengharuskan samanya Alloh
Y dengan makhluknya. coba kita cermati antara makhluk dengan makhluk,
manusia punya tangan dan monyetpun punya tangan, apakah karena sama-sama
punya tangan kemudian dikatakan tangannya manusia sama dengan tangannya
monyet, atau dikatakan manusia itu sama dengan monyet karena sama-sama
punya tangan?! Tentu kita katakan tidak sama, karena tangan monyet
tidaklah sama dengan tangan manusia walaupun sama-sama punya tangan.
Maka demikianlah Alloh Y, sesungguhnya tangan Alloh Y tidaklah sama
dengan tangan makhluk sehingga dikatakan Alloh Y sama dengan makhluk,
antara makhluk saja tidak sama lalu bagaimana dengan Alloh Y yang maha
besar dan maha perkasa. Dika dzatnya Alloh Y tidaklah sama dengan
makhluk walaupun sama-sama memiliki dzat, maka demikian juga sifatnya
tidaklah sama dengan sifat makhluk walaupun sama-sama memiliki sifat.
(baca kitab “At Tauhid” karya Al Imam Ibnu Khuzaimah).
Dan kita tidak boleh
membayangkan bagaimana bentuknya tangan Alloh Y karena itu diluar
kemampuan kita. Malaikat saja yang dia itu makhluk seperti kita, kita
tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk matanya, ataupun tangannya
ataupun yang lainnya, padahal sama-sama makhluk, lalu bagaimana dengan
Alloh yang maha besar lagi maha perkasa?!
Dan tangan
Alloh di atas tangan-tangan mereka tidak mengharuskan tangan Alloh
bercampur dan bersentuhan dengan tangan mereka, karena sesungguhnya
Alloh di atas mereka, maka tentu saja tangan Alloh juga di atas
mereka. Tapi penyebutan secara khusus dalam ayat ini menunjukkan
besarnya perhatian Alloh terhadap bai’at mereka tadi dan agungnya ibadah
mereka tadi, sampai-sampai Alloh ta’ala secara khusus menjadikan
tangan-Nya ada di atas tangan-tangan mereka sekalipun tidak bersentuhan.
Kesimpulannya:
Alloh memiliki tangan yang tidak sama dengan tangan makhluk dan tidak
mengharuskan Alloh sama dengan makhluk.
Demikian pula dengan firman Alloh :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
64. orang-orang Yahudi
berkata: “Tangan Alloh terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang
dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka
katakan itu. (tidak demikian), tetapi kedua tangan Alloh terbentang; Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. QS Al-Maidah : 64
Dalam ayat ini Alloh
menceritakan tentang orang-orang yahudi yang mengatakan bahwa tangan
Alloh terbelenggu. Berarti Alloh telah menetapkan Alloh punya
tangan yang telah diakui oleh orang-orang Yahudi, maka tidak mungkin
makna tangan dipalingkan menjadi keinginan untuk memberi nikmat, karena
jika dipalingkan menjadi keinginan memberi nikmat tentu maknanya rusak,
karena tidak mungkin keinginan Alloh itu dikatakan terbelenggu.
Kemudian Alloh mengatakan bahwa kedua tangannya terbentang, jika
dikatakan yang dimaksud dengan tangan adalah keinginan memberi nikmat
maka maknanya menjadi “ kedua keinginannya itu terbentang” apakah
mungkin keinginan disifati dengan terbentang?! Dan apakah keinginan
Alloh Y untuk memberi nikmat itu hanya terbatas pada dua?! Maka tidak
mungkin “tangan” dimaknakan dengan yang lain. Harus dikembalikan kepada
makna bahasa Arab yang murni dan asli, karena Al Qur’an turun dengan
bahasa Arab yang jelas.
Dan Alloh Y berfirman :
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
75. Alloh berfirman: “Hai
iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu
(merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. QS. Shod : 75.
Demikian juga dengan ayat ini
Alloh mengatakan bahwa Alloh menciptakan Adam r dengan kedua
tangannya, maka tidak mungkin dimaknakan dengan kedua kekuatannya,
karena kekuatan Alloh tidak terbatas hanya dua kekuatan. Dengan
demikin orang-orang yang memalingkan sifat-sifat Alloh kepada makna
yang lain yang tidak ditunjukkan oleh lafadz tersebut berarti mereka
telah terjerumus dalam kekeliruan yang besar yang telah menyesatkan
mereka.
Dan kedua tangan Alloh kanan, sebagaimana dalam hadits Zuhair t bahwa Rosululloh r bersabda:
إن المقسطين عند الله على منابر من نور عن يمين الرحمن عز و جل وكلتا يديه يمين الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما ولوا
“ Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Alloh Y di atas mimbar-mimbar dari cahaya dari kanannya Alloh Y,
dan kedua tangannya adalah kanan, (orang-orang yang adil itu adalah)
yang berbuat adil dalam hukumnya dan keluarganya dan kekuasaannya.” HR. Muslim.
Tidak boleh
bagi kita membayangkan bagaimana bentuknya, kewajiban kita adalah
mengimaninya sesuai dengan lafadz tersebut.
([17]) Hudaibiyyah adalah nama
sumur, yang Rosululloh Y pernah meletakkan tangannya di air itu
kemudian terpancarlah air dari jari-jemarinya, sehingga para sahabat
yang ketika itu mereka sangat dahaga semuanya minum dari air tersebut
hingga hilang dahaga mereka sedangkan jumlah mereka sekitar 1400 orang,
sebagaimana yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
([18]) HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang sohih.
([19]) Diriwayatkan oleh imam
Ahmad dalm Musnadnya no 16800 dari jalan Zaid bin Hubaib dari Husain
bin Al-Waqid dari Tsabit Al-Bunany dari Abdulloh bin Mughoffal t,
kemudian Abdulloh bin Ahmad berkata : “dalam hadits ini Hammad bin
Salamah mengatakan dari Tsabit dari Anas, sedangkan Husain bin Waqid
mengatakan dari Abdulloh bin Mughoffal, dan inilah yang benar menurutku
“.(selesai penukilan)
Para rowi hadits ini tsiqoh,
kecuali Husain bin Waqid, dia diperselisihkan oleh para ulama’, namun
yang tampak bagi kami dia hasanul hadits, sebagaimana dalam Tahrir
Taqrib, maka hadits ini hasan.
Perkataan Abdulloh bin Ahmad
di atas mengisyaratkan adanya perselisihan dalam hadits ini, yaitu
Hammad bin salamah meriwayatkan dari Anas t sedangkan Husain bin Waqid
dari Abdulloh bin Mughoffal t, dan beliau merojihkan bahwa yang benar
adalah periwayatan Husain dari Tsabit dari Abdulloh bin Mughoffal t.
Namun yang tampak bagi kami yang benar adalah periwayatan Hammad dari
Tsabit dari Anas t, karena Hammad bin Salamah adalah orang yang paling
kuat periwayatannya dari Tsabit,dan Tsabit adalah orang yang paling kuat
riwayatnya dari Anas t sebagaimana dalam Syarah Ilal Ibnu Rojab hal.
200, karena itu periwayatan Hammad dari Tsabit dari Anas t lebih kuat
daripada periwayatannya Husain Bin Waqid, Allohu a’lam. Lihat tahqiq
Musnad Ahmad. Namun perselisihan ini tidak merusak kesohihan hadits,
karena sahabat semuanya adil.
([20]) Dhoif, diriwayatkan
oleh Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1607 dan Al-Hakim dalam kitab
Al-Mustadrok no. 3717, dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’ Was-Shifat no.
197{maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat seorang periwayat bernama
Abayah bin Rib’iy, dan dia ini dari golongan syi’ah, dikatakan oleh Abu
Hatim dia itu “syekh”, maknanya haditsnya tidak dapat dijadikan hujjah.
Lihat Jarh wat-ta’dil milik Ibnu Abi Hatim dan Mizanul I’tidal.
([21]) Dhoif, diiriwayatkan
Oleh Thobroni dalam Ad-Du’a’ no. 1612 dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’
Was-Shifat no. 198, Abdur Rozzaq dalam Mushonnaf no. 9798 {Maktabah
Syamilah}, dalam sanad terdapat seorang rowi Yazid Abu Kholid muadzdzin
Mekkah,tarjamahnya disebutkan dalam kitab Jarh Wat-Ta’dil, dan Abu Hatim
tidak menyebutkan jarh tidak pula ta’dil, maka dia majhul.
([22]) Dhoif, diriwayatkan
Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1611 dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’
Was-Shifat no. 199 {maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat Abdulloh
bin Soleh katibul Laits dhoif.
([23]) Dhoif, diriwayatkan
Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1613 {maktabah Syamilah}, dalam sanad
terdapat ‘an’anah Ibnu Ishaq.
([24]) Dhoif, diriwayatkan
Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1618 {maktabah Syamilah}, dalam sanad
terdapat syekhnya Imam Thobroni yang bernama Ahmad bin Muhammad bin
Yahya bin Hamzah Ad-Dimasyqy dhoif. Lihat Lisanul Mizan 1/295 (no.885).
([25]) Sohih, diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah dari jalan Muhammad bin Ahmad bin
Al-Hasan dari Abdulloh bin Ahmad dari ayahnya dari Muhammad bin Ja’far
dari Syu’bah dari Abu Ishaq dari Amr bin Maimun. Para rowinya tsiqoh,
Muhammad bin Ja’far yang dikenal dengan Ghundar, dia termasuk orang yang
paling kuat periwayatannya dari Syu’bah. Muhammad bin Ahmad bin
Al-Hasan dia adalah Abu Ali bin Assowwaf yang dikenal dengan Ibnus
Showwaf dia Tsiqoh sebagaimana dalam Tarikh Baghdad no. 140 { maktabah
syamilah}.
([26]) Dhoif, diriwayatkan
Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1621 {maktabah Syamilah}, dalam sanad
terdapat Ibrohim bin Hakam bin Aban, sangat lemah, lihat Tahdzib.
([27]) Dhoif, diriwayatkan
Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1620 {maktabah Syamilah}, dalam sanad
terdapat Laits bin Abi Sulaim dhoif
([28]) Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad no. 21255 dan Tirmidzi no. 3265 dan Tobroni dalam Mu’jam Kabir no.536, dalam sanad terdapat Tsaur bin Abi Fakhitah dhoif dari golongan Rofidhoh, lihat AT-Tahdzib dan tahqiq Musnad Ahmad.
Diriwayatkan juga dari hadits
Salamah bin Akwa’ t, diriwayatkan oleh Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no.
1606 { maktabah syamilah},dalam sanad terdapat Musa bin Ubaidah
Ar-Robadzy mungkarul hadits sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad,
Abu Zur’ah dan Abu Hatim, lihat Tahdzib.
([29]) Yaitu tahun keenam yang ketika itu terjadi perdamaian Hudaibiyyah
([30]) Hikmah tersebut adalah
untuk menyelamatkan kaum mu’minin yang menyembunyikan keimanannya di
kota Mekkah sebagaimana yang telah lalu penjelasannya.
([31]) Ibnu Katsir mnyebutkan
bahwa Imam Malik berdalil dengan ayat ini akan kafirnya Rofidhoh, karena
mereka jengkel dan benci kepada sahabat, barang siapa yang membenci
sahabat maka dia kafir. Rofidhoh bukan hanya membenci sahabat bahkan
mereka mengkafirkan sahabat dan para ulama’ telah mengkafirkan mereka.
([32]) Berdasarkan ayat ini
para ulama’ mengatakan bahwa berita yang dibawa oleh orang yang tsiqoh
(terpercaya) adalah diterima tanpa diteliti terlebih dahulu, karena
perintah untuk meneliti berita hanya pada berita yang dibawa oleh orang
yang fasik.
([33]) Peperangan terhadap
kaum muslimin merupakan dosa besar, namun Alloh Y masih menamai mereka
yang terjerumus dalam dosa besar ini mereka itu masih termasuk orang
beriman bukan orang kafir keluar dari islam, maka ayat ini merupakan
dalil bahwa seorang muslim jika melakukan dosa besar maka dia masih
tetap muslim dan tergolong dari orang beriman selama dosa itu bukan dosa
kesyirikan, hanya saja keimanannya kurang dan tidak sempurna, Bukan
seperti keyakinan orang-orang Khowarij yang mereka itu mengatakan bahwa
barang siapa yang melakukan dosa besar maka dia kafir keluar dari islam
dan akan kekal dineraka. Bukan pula seperti keyakinan Mu’tazilah yang
mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan dosa besar maka dia itu
tidak muslim tidak pula kafir tapi di Akhirat dia akan kekal dineraka.
Keyakinan mereka ini menyelisihi ayat ini, karena ayat ini sangat jelas
menyatakan bahwa mereka itu masih tergolong dari kalangan orang beriman.
([34]) Ulama’ mengecualikan
jika seseorang itu tidak dapat dibedakan atau diketahui kecuali dengan
gelarnya, maka boleh menyebutkannya dengan gelarnya.
([35]) Kebanyakan ulama’
mengatakan, jalan tobatnya orang yang menghibah dia harus meninggalkan
perbuatan itu dan berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi, kemudian
apakah disyratkan harus meminta maaf kepada orang yang dia ghibahi?
Ulama’ berselisih, namun sebagian ulama’ mengatakan tidak disyaratkan
harus meminta maaf atas ghibahnya itu, karena kalau dia beritahukan,
maka bisa jadi orang yang dia ghibahi itu akan lebih tersakiti lagi
setelah tahu kalau dia itu dighibahi, maka jalan keluarnya bagi dia
adalah cukup memberi pujian kepadanya dimajelis yang pernah dia
menghibahinya dimajelis itu, dan membantah jika ada yang menghibahinya
sesuai dengan kemampuannya.
([36]) Ayat ini mentafsirkan
ayat tadi bahwa yang dimaksud dengan kami adalah malaikat Alloh Y, yaitu
dua malaikat yang disebutkan dalam ayat ini.
([37]) Sangkakala ditiup dua
tiupan, yang pertama di dunia ketika tegaknya hari kiamat, maka awal
tiupan mengejutkan dan akhir tiupan mematikan semua makhluk, dan inilah
yang dimaksud dalam dua firman Alloh Y
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari
(ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan
segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Alloh. Dan mereka
semua datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” QS. An-Naml : 87
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alloh.” QS. Az-Zumar : 68
Maka ketika itulah tegak hari kiamat, Alloh Y berfirman dalam surat Al-Haqqoh:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ (13) وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً (14) فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (15)
13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiupan
14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.
15. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,
Tiupan kedua
adalah tiupan di hari kebangkitan, yaitu ketika manusia dibangkitkan
kembali untuk ditegakkan hari perhitungan di akherat, dan inilah yang
dimaksud dalam firman Alloh Y :
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri melihat (kedahsyatan hari kiamat).” QS. Az-Zumar : 68
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” QS. Yasin : 51.
Adapun hadits
yang menyebutkan bahwa akan ada tiga kali tiupan yaitu tiupan untuk
mengejutkan dan tiupan untuk mematikan dan tiupan untuk membangkitkan
adalah hadits mungkar, lihat tafsir Ibnu Katsir dalam surat Al-An’am
ayat 72.
([38])Maka ayat ini
menunjukkan bahwa setiap orang memiliki Qorin (syetan yang menyertainya
dan menggodanya), sebagaimana dalam Firman Alloh Y :
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ
51. berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai qorin,
Dan Rosululoh r bersabda dalam hadits Ibnu Mas’ud t :
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ،
إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ» قَالُوا: وَإِيَّاكَ؟
يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «وَإِيَّايَ، إِلَّا أَنَّ اللهَ أَعَانَنِي
عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينٌ مِنَ الْجِنِّ»، قَالُوا: وَإِيَّاكَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَإِيَّايَ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي
عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
” Tidak seorangpun dari kalian
melainkan diserahkan dengannya qorinnya (yang menyertainya) dari
kalangan jin, para sahabat bertanya ” Dan begitu juga denganmu wahai
Rosululloh?, beliau menjawab ” dan aku juga, melainkan Alloh Y
menolongku atasnya sehingga dia masuk islam, maka qorinku itu tidak
menyuruhku kecuali dengan kebaikan”. HR. Muslim
Dan diriwayatkan juga dari
hadits Ibnu Abbas t diriwayatkan oleh Ibnu Bisyron dalam kitab Amali no.
90 dan Abu Bakr Ahmad bin Marwan dalam kitab Al-Mujalasah no. 2289
{Syamilah}, dengan lafadz
{إِلَّا لَهُ قَرِينٌ مِنَ الشَّيَاطِينِ} semua periwayat dapat dijadikan hujjah Kecuali Qobus dia Dhoif.
Diriwayatkan juga dari hadits
Al-Mughiroh bin Syu’bah, diriwayatkan Tobroni dalam Mu’jam Kabir,
berkata Al-Haitsami dalam Majma’ Zawa’id 8/293 {Darul Kutub} : dalam
sanad terdapat Abu Hammad Mufaddhol bin Sodaqoh dia dhoif.
Dua jalan yang dhoif ini
terangkat menjadi sohih, karena asal haditsnya sohih yang telah
diriwayatkan oleh imam Muslim,Allohu A’lam.
.
([39]) Ini sebagai dalil bahwa
neraka nanti akan berbicara, dan ini bukan sesuatu yang mustahil,
sesungguhnya Alloh Y maha mampu atas segalanya, sebagaimana Alloh Y
mampu untuk menjadikan manusia dapat bicara, maka Alloh Y juga mampu
untuk menjadikan Jahannam berbicara, bahkan Alloh Y Akan menjadikan
kulit-kulit kita berbicara di hari kiamat untuk bersaksi sebagaimana
dalam surat Fusshilat ayat 20-21.
Hadits ini juga sebagai dalil
bahwa Alloh Y memiliki telapak kaki, namun tidak boleh diyakini bahwa
telapak kaki Alloh Y serupa dengan makhluk ataupun diyakini berarti
Alloh Y sama dengan makhluk karena makhluk juga punya telapak kaki,
sesungguhnya Alloh Maha suci dari penyerupaan dengan makhluk,
sesungguhnya telapak kaki Alloh Y sesuai dengan kebesaran dan
keagungannya. Silahkan baca kembali catatan kaki disurat Al-Fath ayat 10
yang berkaitan dengan sifat-sifat Alloh Y.
([40]) Merupakan keyakinan
ahlu sunnah bahwa Alloh Y akan dilihat di hari kiamat, berdasarkan ayat
dan hadits tadi, dan juga firman Alloh Y :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
23. kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Dalam hadits Abu Huroiroh t :
هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: ” فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ
“(para sahabat bertanya) : apakah kami akam melihat Robb kami di hari kiamat ?” Rosululloh r menjawab: “Apakah kalian sampai mencelakai yang lain ( karena desak-desakan) ketika melihat bulan di malam purnama?” Mereka menjawab : “Tidak wahai Rosululloh,” Rosululoh r berkata: “Apakah kalian sampai mencelakai yang lain (karena desak-desakan) ketika melihat matahari yang tidak terhalangi dengan awan?” mereka menjawab : “Tidak wahai Rosululloh,” Rosululoh r berkata: “Maka sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian.” HR. Muslim.
Dan masih
banyak dalil-dalil yang lain yang menunjukkan bahwa kaum mu’minin akan
melihat Alloh Y di hari kiamat. Adapun di dunia maka sesungguhnya Alloh Y
tidak dapat dilihat di dunia ini, sebagaimana Alloh Y berkata kepada
Musa r :
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي
143. dan tatkala Musa
datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan
dan Robbnya telah berbicara (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau”. Alloh berfirman: “Kamu sekali-kali tidak akan
melihat-Ku,
Yaitu tidak akan melihat-Nya di dunia ini.
Kaum mu’minin
melihat Alloh Y pada dua tempat, yang di padang mahsyar sebelum masuk
syurga sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t no. 299 dan hadits Abu
Sa’id Al-Khudri no. 302 riwayat Muslim. Dan yang kedua di dalam syurga.
Apakah
orang-orang kafir juga melihat Alloh Y di padang mahsyar?, ulama’
berselisih, ada yang mengatakan melihat ada yang mengatakan tidak, dan
pendapat yang kami pilih adalah orang kafir tidak melihat Alloh Y
kecuali orang-orang munafiq, maka mereka melihat Alloh Y di padang
mahsyar, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-khudri no. 302 riwayat Muslim,
Allohu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar