Senin, 11 Agustus 2014

KETERANGAN RINGKAS AL QUR’AN


JUZ 26   

Ditulis oleh:

Abul Fida’ Hanif bin Abil Abbas Ar-riyawi

DAMMAJ

بسم الله الرحمن الرحيم
Kata Pengantar

الحمد لله رب العالمين وصلي الله وسلم على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين أما بعد
            Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan nikmat Alloh Y yang besar bagi para hamba, padanya terdapat kebahagian dunia dan akhirat, dan bagi yang membacanya akan diberi pahala yang besar pula, sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud t:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ الْم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Alloh Y maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu digandakan sepuluh kali lipat, akau tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf dan lam satu huruf dan mim satu huruf”. HR. Tirmidzi

            Dan Alloh Y memerintahkan untuk mentadabburi Al-Qur’an dan memahaminya sebagaimana  Alloh Y berfirman :

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

            Dan untuk memahami Al-Qur’an butuh penjelasan dari ulama’ yang mana mereka telah mengambil penjelasan tersebut dari para salaf yang menimba ilmu dari Rosululloh r, sehingga kita dapat memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar yang tidak didasari oleh akal belaka. Lebih-lebih dari kalangan manusia yang bukan dari keturunan arab, jangankan makna ayat, artinya sajapun kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya, maka bagaimana akan memahaminya. Maka kami menghadiahkan tulisan ini kepada para pembaca, sebagai keterangan ringkas untuk memudahkan para pemula dalam memahami terjemah dari ayat Al-Qur’an, karena sekedar membaca terjemah terkadang tidak dapat memahami maksud yang sebenarnya.

SEBAB PENULISAN

            Sebab yang mendorong penulis untuk menyusun tulisan ini adalah permintaan salah seorang teman di Makassar, beliau meminta kami agar dituliskan keterangan ringkas juz 26-27 untuk memudahkan menghafal, karena jika seseorang faham akan maksud ayat, maka hal itu akan membantunya dan memudahkannya menghafal ayat tersebut. Maka kami pun berusaha untuk meluangkan waktu agar bisa memenuhi permintaan tersebut, karena kami lihat hal ini memiliki manfaat yang besar bagi para pemula yang tidak mampu memahami bahasa arab. Dan Alhamdulillah telah kami selesaikan untuk juz 26, selanjutnya untuk juz 27 akan menyusul dan mudah-mudahan kami bisa menyelesaikannya sampai juz 30, adapun selanjutnya maka  kami hanya bisa berharap, mudah-mudahan ada yang menyelesaikan semuanya.

PENYUSUNAN TULISAN

            Adapun cara yang kami lakukan dalam penyusunan tulisan ini, maka kami awali dengan menyebutkan ayat, kemudian kami sebutkan terjemahnya, dan kami ambil terjemah tersebut dari terjemahan Indonesia yang terdapat dalam maktabah syamilah, kemudian kami cocokkan dengan penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya, jika kami lihat ada kalimat yang kurang sesuai dengan penjelasan Ibnu Katsir maka kami perbaiki kalimat tersebut dan kami sesuaikan dengan tafsirnya, kemudian kami sebutkan di bawahnya keterangan untuk memahamkan terjemahan dan ayat tersebut. Dan cara kami dalam memberi keterangan, kami berpedoman dengan tafsir Ibnu Katsir, dan kami simpulkan keterangan beliau. Dan kami berusaha untuk menyusun kesimpulan tersebut dengan bahasa yang mudah dan ringkas, akan tetapi terkadang keterangan kami lebih panjang dari penjelasan beliau, hal itu terjadi karena keadaan menuntut, demi memahamkan maksud. Adapun hadits-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Katsir maka banyak sekali yang kami tinggalkan, dan kami hanya mengambil satu atau dua hadits sesuai kebutuhan. Maka tentu saja tulisan ini memiliki banyak kekurangan, karena itu kami tidak menyarankan untuk berpedoman dengan tulisan ini bagi yang bisa memahami bahasa arab, karena lebih utama baginya untuk langsung membaca tafsir Ibnu Katsir. Dan perlu digarisbawahi bahwa tujuan utama kami bukan menjelaskan semua masalah yang berkaitan dengan ayat tersebut, akan tetapi tujuan kami hanyalah memberi keterangan untuk memahamkan terjemah dari ayat tersebut.
            Kemudian kami tambahkan dalam catatan kaki masalah-masalah yang penting yang berkaitan dengan keyakinan ahlu sunnah yang ditunjukkan oleh ayat tersebut dalam bentuk yang ringkas pula, demi memudahkan para pemula. Dan kami jelaskan pula keadaan hadits yang kami sebutkan dalam keterangan itu dan kami sebutkan jalannya, walaupun sebenarnya bisa menyulitkan pembaca yang belum mengenal ilmu hadits, maka cukup baginya kesimpulannya apakah hadits tersebut sohih ataukan dhoif (lemah). Dan kami sebutkan jalannya berikut cacatnya karena bisa jadi ada yang mengetahui ilmu hadits dan kemudian menuntut bukti akan sohih atau lemahnya hadits tersebut, maka apa yang telah tercantum cukup menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Adapun hukum yang kami tetapkan untuk hadits tersebut, sohih ataupun dhoif, itu semua hanya sebatas ijtihad dan kemampuan kami, tidak menutup kemungkinan kami salah dan keliru. Maka jika kami benar maka itu adalah karunia dari Alloh Y, dan jika kami keliru maka itu adalah sebab dari kekurangan ilmu yang kami miliki, dan kami sangat berterimakasih jika ada yang meluruskan kekeliruan itu.
            Kami berharap mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi ummat, dan menjadi harta simpanan kami di akherat kelak untuk dapat meraih surga yang dijanjikan Alloh Y bagi hambaNya yang bertaqwa.

SURAT AL-AHQOF
بسم الله الرحمن الرحيم
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2)
1. Haa Miim
2. Kitab ini diturunkan dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
            Dalam ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi-Nya, diturunkan pada Rosul-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم([1]).

مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)

3. Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
            Alloh  menjelaskan bahwa Alloh  menciptakan langit dan bumi dan yang ada antara keduanya bukan untuk perkara yang sia-sia. Sedangkan orang-orang kafir mereka terus berpaling dari apa yang telah diturunkan Alloh  kepada para Rosul-Nya.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (4)

4. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Alloh; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Alloh) dalam (penciptaan) langit? bawalah kepada-Ku kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian adalah orang-orang yang benar”
            Yaitu kaum musyrikin mereka mempersekutukan Alloh , maka Alloh  menuntut mereka untuk menunjukkan tempat yang telah diciptakan oleh sekutu-sekutu mereka dari bumi ini sehingga mereka berhak disembah dari selain Alloh , ataukah sekutu-sekutu mereka itu berserikat dengan Alloh  dalam penciptaan langit dan bumi ini, tentunya ini mustahil, karena mereka tidak memiliki hak sedikitpun walaupun hanya sekulit biji kurma. Karena itu Alloh  menantang mereka untuk mendatangkan kitab-kitab Alloh  yang telah diturunkan kepada para nabi sebelumnya yang memerintahkan untuk menyembah berhala-berhala itu, atau bukti yang nyata yang membenarkan jalan yang mereka tempuh itu. Tentu mereka tidak mampu mendatangkan itu semua.

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5)

5. dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru sembahan-sembahan selain Alloh yang tiada dapat mengabulkan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari doa mereka.
            Yaitu tidak ada orang yang lebih sesat daripada orang yang menyembah selain Alloh , sedangkan berhala-berhala itu lalai dari doa mereka, tidak bisa mendengar, tidak pula melihat, tidak mampu mendatangkan manfaat untuk dirinya tidak pula menolak mudarat dari dirinya, maka bagaimana mungkin bisa mengabulkan doa mereka?
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)

6. dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari peribadatan mereka.

            Yaitu para makhluk yang mereka sembah dulu di dunia akan menjadi musuh dan mengingkari peribadatan mereka di hari kiamat kelak, sebagaimana Alloh  kisahkan dalam surat Maryam ayat 81-82 dan surat Al-Ankabut ayat 52.

 وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)

7. dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”.

            Demikianlah keadaan kaum musyrikin, mereka kufur dan ingkar terhadap ayat-ayat Alloh  yang telah jelas bagi mereka, sedangkan mereka tidak memiliki hujjah dan bukti nyata melainkan hanya ucapan ” ini adalah sihir”.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (8)

8. bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)”. Katakanlah: “Jika aku mengada-adakannya, Maka kalian tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Alloh itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
            Yaitu : jika aku berdusta atas-Nya dan aku mengaku-ngaku bahwa Alloh  telah mengutusku sedangkan Alloh tidak mengutusku  tentu Alloh  Y akan mengadzabku dengan adzab yang sangat pedih, dan tidak seorangpun mampu melindungiku dari adzab-Nya, sebagaimana Alloh Y berfirman dalam surat Al-Haqqoh ayat 44-47 :

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ (44) لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ (45) ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ (46) فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ (47)
 
44. seandainya Dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya (diadzab)
46. kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kalian yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.

            Kemudian Alloh  menyebutkan dua nama-Nya yang agung yaitu Al-Ghofur yang mengandung sifat ampunan dan Ar-Rohim yang mengandung sifat rohmah dan kasih sayang, maka dalam ayat ini Alloh menganjurkan pada mereka agar segera bertaubat dan kembali kepada Alloh .

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ (9)

9. Katakanlah: “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadap kalian. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas”.
            Yaitu: aku bukanlah awal Rosul dan bukan pembawa sesuatu yang tidak ada contoh sebelumnya sehingga kalian mengingkari dan menganggap jauh akan pengutusanku ini, sesungguhnya Alloh  telah mengutus para Nabi dari sebelumku.
Dan Firman Alloh “Dan aku (Rosululloh r) tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadap kalian”. Di sini ada dua pendapat, ada yang mengatakan bahwa ayat ini sudah dihapus dengan surat Al-Fath ayat 2 yang menjelaskan bahwa Alloh  telah mengampuni dosa Rosululloh r yang telah lalu dan yang akan datang, dan beliau dijanjikan surga. Pendapat kedua : yaitu aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku di dunia ini, apakah aku akan diusir sebagaimana para Nabi dulu diusir, ataukah aku akan dibunuh sebagaimana para Nabi dulu dibunuh?! Dan aku tidak tahu apakah kalian akan ditenggelamkan ke dalam bumi ataukah akan dihujani dengan batu?! Adapun di Akhirat maka telah dipastikan bahwa Rosululloh r masuk surga dan juga para pengikutnya. Pendapat kedua inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10)

10. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaKu, Bagaimanakah pendapat kalian jika Al Quran itu datang dari sisi Alloh, sedangkan kalian mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu Dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Alloh tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

            Yaitu: Al-Qur’an itu diturunkan dari Alloh , dan kitab-kitab sebelumnya yang telah diturunkan kepada para Rosul telah menjadi saksi akan kebenaran Al-Qur’an, dan seorang saksi dari bani isroil ini pun telah beriman akan kebenarannya. Yang dimaksud dengan seorang saksi itu adalah Abdulloh bin Salam sebagaimana diriwayatkan Bukhori dan Muslim.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ (11)

11. Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau Sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului Kami (beriman) kepadanya. dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama”.
            Yaitu mereka menganggap bahwa diri mereka memiliki kedudukan di sisi Alloh  sehingga layak untuk mendapatkan perhatian, karena itu mereka mengatakan seandainya Al-Qur’an itu baik tentu mereka yang terlebih dahulu beriman, bukan orang-orang seperti Bilal dan Suhaib dan Khubab dan yang semisal mereka dari kalangan orang lemah dan budak. Mereka telah keliru, menganggap diri mereka punya kedudukan di sisi Alloh  dan yang pantas mendapatkan perhatian, padahal tidaklah demikian. Kemudian mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an itu kedustaan lama, yaitu mewarisi dari orang-orang sebelumnya.

وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ (12)

12. dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
            Yaitu: sebelum turunnya Al-Qur’an telah diturunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa r, dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang mencakup peringatan terhadap orang kafir dan kabar gembira untuk kaum mukminin.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)

13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Alloh”, kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
            Yaitu mereka tidak khawatir atas apa yang akan datang dan tidak pula berduka cita atas apa yang telah lalu. Dan surga itu sebagai balasan atas amalan mereka. Maknanya adalah amalan itu merupakan sebab untuk mendapatkan rahmat Alloh sehingga mereka masuk surga, bukan maknanya seseorang itu masuk surga karena amalannya, akan tetapi masuk surga karena rahmat Alloh , dan amalan merupakan sebab untuk mendapatkan rahmat Alloh , sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:

قاربوا وسددوا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله قالوا يا رسول الله ولا أنت ؟ قال ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل

“Bersedang-sedanglah (dalam amalan, tidak berlebihan tidak pula lalai) dan istiqomahlah (di atas al-haq), dan ketahuilah, tidaklah selamat salah seorang dari kalian karena amalannya,” Mereka berkata : “Wahai Rosululloh, Anda juga tidak?”, beliau menjawab: “Aku juga tidak, melainkan Alloh melimpahkan kepadaku rohmat-Nya dan fadhilah-Nya”. HR. Muslim.

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)

15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
            Dalam ayat ini Alloh  memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua setelah menyebutkan ayat-ayat tauhid, sebagaimana Alloh  telah mengiringkan kedua kewajiban  ini dalam ayat yang lain seperti yang tercantum dalam surat A-Baqoroh ayat 83, dan An-Nisa’ ayat 36, dan Al-An’am ayat 151, dan Al-Isro’ ayat 23, ini menunjukkan akan agungnya dua kewajiban ini yang harus kita tunaikan dengan semestinya, bahkan Rosululloh r mendudukkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua sebelum kewajiban jihad fisabilillah sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud t:
أي الأعمال أحب إلى الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي ؟ قال ثم بر الوالدين قلت ثم أي ؟ قال ثم الجهاد في سبيل الله

“Apa amalan yang paling dicintai di sisi Alloh , Rosululloh r menjawab : “Solat tepat pada waktunya,” Kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua“, kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian jihad fisabilillah.” HR. Muslim.
            Kemudian kewajiban mentaati kedua orang tua ini selama mereka tidak memerintahkan dalam kemaksiatan sebagaimana Alloh  berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Al-Ankabut ayat 8

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” Luqman ayat 15
            Dan ibu lebih berhak mendapatkan pergaulan baik dari pada ayah, sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

” Seorang lelaki datang kepada Rosululloh t dan berkata: “Wahai Rosululloh siapakah yang berhak mendapatka baiknya pergaulanku?” Beliau menjawab : “Ibumu, Dia berkata: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ayahmu“. HR. Bukhori Muslim.
            Yang demikian itu karena ibu telah mengalami segala kesusahan dalam mengandungnya hingga melahirkannya sebagaimana yang telah Alloh  sebutkan dalam ayatnya.
            Dan firman Alloh : “Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan” mengandung masalah fiqhiyyah. Ulama’ berdalil dengan ayat ini dan ayat 14 dari surat luqman :
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
“Dan menyapihnya dalam dua tahun”
dan ayat 233 dari surat Al-Baqoroh:

 وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh.”
Bahwa paling sedikitnya waktu mengandung adalah 6 bulan. Segi pendalilannya adalah: Alloh telah menyebutkan dalam dua ayat yang terakhir bahwa menyusui selama dua tahun, dua tahun sama dengan 24 bulan, dan dalam ayat pertama Alloh  menyebutkan bahwa masa menyusui dengan masa kehamilan seluruhnya 30 bulan, telah disebutkan bahwa masa menyusui selama 24 bulan maka sisa 6 bulan itulah masa kehamilan, dan pendalilan ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir –semoga Alloh merahmatinya-.
            Kemudian Alloh  memberi bimbingan agar bertaubat dan kembali kepada Alloh  ketika telah mencapai umur 40 tahun.

أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16)

16. Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
            Yaitu : orang-orang yang bertaubat kepada Alloh  dan kembali kepadanya, dan meminta ampun kepadanya atas kesalahan yang pernah mereka lakukan, mereka itulah yang diterima amal baik mereka dan diampuni kesalahan mereka dan mereka termasuk dari penduduk surga yang telah dijanjikan Alloh  bagi orang-orang yang bertaubat kepada-Nya.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18)
17. dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?” Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Alloh seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Alloh adalah benar”. lalu Dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”.
18. mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
            Setelah Alloh  menyebutkan keadaan orang yang berbakti kepada kedua orang tua, dan balasan baik yang telah dijanjikan Alloh  untuknya berupa kesenangan dan keselamatan, Alloh  menyebutkan keadaan orang yang durhaka kepada orang tua dan mengingkari hari kebangkitan yang telah ditetapkan Alloh , maka orang yang seperti ini akan mendapatkan adzab yang pedih sebagai balasan atas amal buruknya, maka menjadilah dia termasuk dari orang yang merugi.

 وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19)

19. dan bagi masing-masing mereka tingkatan menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Alloh mencukupkan bagi mereka (balasan) amalan-amalan mereka sedang mereka tiada didzolimi.
            Yaitu : Adzab mereka bertingkat-tingkat, dan masing-masing akan mendapatkan tingkatan adzab dalam neraka sesuai dengan amalan mereka tanpa Alloh mendzolimi mereka. Berkata Abdur Rohman bin Zaid bin Aslam : “Tingkatan dalam neraka itu semakin ke bawah, sedangkan tingkatan dalam surga itu semakin ke atas.”
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20)
20. dan  di hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kalian telah menghabiskan rezki kalian yang baik dalam kehidupan duniawi kalian (saja) dan kalian telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari ini kalian dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kalian telah fasik”.
            Yaitu : orang-orang kafir telah menghabiskan kesenangan mereka di dunia sehingga mereka tidak lagi mendapatkan kesenangan di Akhirat. Maka mereka di Akhirat akan mendapatkan adzab yang hina, dan pedih berikut penyesalan karena mereka telah menyombongkan diri dari mengikut kebenaran, menghabiskan kesenangan mereka di dunia dengan melakukan kefasikan dan kemaksiatan.
            Bahkan Umar bin Khottob tmenghindari makanan dan minuman yang ledzat karena takut akan menjadi seperti orang yang tidak mendapatkan kesenangan lagi di Akhirat.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21)
21. dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad Yaitu ketika Dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan (yang telah diutus) kepada orang-orang yang ada di sekitar negeri mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kalian menyembah selain Alloh, Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab hari yang besar”.
            Alloh  menghibur Rosululloh r ketika didustakan oleh kaumnya agar Rosululloh r mengingat Hud r yang juga telah didustakan oleh kaumnya ketika Hud r diutus kepada mereka yang tinggal di Ahqof (yang berada di Hadhoromaut Yaman), padahal Alloh  telah mengutus para Rosul yang memberi peringatan kepada orang-orang yang tinggal di negeri di sekitar negeri mereka. Begitupun mereka masih mendustakan Hud r dan mengatakan:
 قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22)
22. mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada Kami untuk menghalangi Kami dari (menyembah) sesembahan kami? Maka datangkanlah kepada Kami azab yang telah kamu ancamkan kepada Kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
            Mereka menantang untuk disegerakan adzab kepada mereka, karena mereka menganggap bahwa  apa yang diancamkan kepada mereka itu jauh untuk terjadi, maka Hud r pun menjawab:
 قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23)
23. Hud r berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Alloh dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh”.
            Yaitu : Allohlah Yang tahu tentang kalian, jika memang kalian berhak untuk disegerakan adzab kepada kalian, adapun aku maka tugasku hanyalah menyampaikan apa yang aku diutus dengannya, akan tetapi kalian orang-orang yang tidak berfikir dan tidak memahami.
 فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
24. Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kalian minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
25. yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
            Ketika mereka melihat mendung datang ke arah mereka, mereka merasa senang dan gembira, karena mereka mengira bahwa itu adalah mendung yang akan mendatangkan hujan yang mereka tunggu-tunggu karena mereka sangat membutuhkannya, namun mereka salah menduga, bahkan itu adalah adzab yang mereka minta kepada Hud r untuk disegerakan. Maka angin itu menghancurkan negeri itu dan penduduknya tanpa tersisa dengan idzin Alloh , maka itulah hukuman Alloh  terhadap orang-orang yang mendustakan para Rosul-Nya dan menyelisihi perintah Alloh .
 وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)

26. dan Sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Alloh dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
            Yaitu Alloh  memberi peringatan agar tidak seperti orang-orang yang telah diberi kedudukan oleh Alloh  di dunia berupa harta dan keturunan, dan diberi pendengaran, penglihatan dan hati, namun semua itu tidak berguna bagi mereka, karena mereka selalu ingkar dan mengolok-olok ayat-ayat Alloh  sehingga mereka berhak mendapat siksa dari Alloh .
 وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27)
27. dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran Kami supaya mereka kembali (bertaubat).
            Yaitu: Alloh  telah membinasakan negeri-negeri di sekitar Mekkah, seperti kaum ‘Aad yang tinggal di Ahqof yang berada di Hadhoromaut-Yaman, dan seperti kaum Tsamud yang tinggal di antara Mekkah dan Syam, dan juga kaum Saba’ yang tinggal di Ma’rib-Yaman dan juga penduduk Madyan dan kaumnya Luth r.
 فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28)
28. Maka mengapa sesuatu selain Alloh yang mereka jadikan sebagai sesembahan untuk mendekatkan diri (kepada Alloh) tidak dapat menolong mereka? Bahkan sesembahan-sesembahan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
            Yaitu: sesembahan yang mereka sembah tidak mampu menolong mereka di kala mereka membutuhkan pertolongan itu, karena semua itu hanyalah kebohongan yang mereka ada-adakan.
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29
29. dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kalian (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
            Ayat ini mengkisahkan tentang serombongan jin yang mendengarkan Al-Qur’an kemudian mereka beriman dan kemudian menyeru kaumnya untuk beriman pula, yang mana kebiasaan mereka adalah mencuri berita dari langit, namun pada kali ini mereka tidak bisa mencuri berita dari langit dan mereka dilempar dengan batu api, sehingga mereka bertanya-tanya apa sebenarnya yang menghalangi mereka untuk bisa mencuri berita, maka ketika itulah mereka berjalan mencari penyebab yang menghalangi mereka hingga mereka mendengarkan ayat Al-Qur’an dari Rosululloh r yang menyebabkan mereka beriman, sebagaimana kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari haditsnya Ibnu Abbas t:
انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمْ الشُّهُبُ فَرَجَعَتْ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ فَقَالُوا مَا لَكُمْ فَقَالُوا حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ قَالُوا مَا حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ إِلَّا شَيْءٌ حَدَثَ فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلَاةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ فَقَالُوا هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إلَى قَوْمِهِمْ وَقَالُوا يَا قَوْمَنَا {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ{قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ}وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الْجِنِّ
“Rosululloh r berjalan bersama sekelompok dari para sahabatnya menuju ke pasar Ukadz, dan telah dihalangi antara setan dan khobar langit dan dikirim kepada mereka batu api, maka para setan itu kembali kepada kaumnya dan kaumnya berkata “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab “Telah dihalangi antara kami dan antara khobar langit dan dikirimkan kepada kami batu api”, Kaumnya berkata “Tidaklah menghalangi antara kalian dan antara khobar langit melainkan sesuatu yang terjadi, maka pergilah kalian ke timur dan barat bumi dan lihatlah apa ini yang telah menghalangi antara kalian dan antara khobar langit”, Maka berjalanlah mereka yang menuju ke daerah Tihamah kepada Rosululloh r dan beliau berada di Nakhlah (pohon kurma) bersama sahabatnya menuju pasar Ukadz dan beliau sedang solat subuh berjama’ah bersama sahabatnya, dan ketika para setan itu mendengar Al-Qur’an mereka menyimaknya dan mereka berkata “Demi Alloh inilah dia yang menghalangi antara kalian dan antara khobar langit,” Maka di situlah ketika mereka kembali kepada kaumnya dan mereka berkata “Wahai kaum kami! Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami. Maka Alloh  menurunkan kepada Rosululloh r {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ} , dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Rosululloh r adalah perkataan jin.”
            Ayat ini memberikan faedah bahwa di kalangan jin ada juga pemberi peringatan, tapi bukan berarti  dari kalangan jin ada Nabi dan Rosul, karena sesungguhnya Nabi dan Rosul itu hanyalah dari kalangan manusia, Alloh  tidak mengutus Nabi dan Rosul dari kalangan jin, berdasarkan firman Alloh  :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى
”Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri”
Adapun Firman Alloh :                                                                                   
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ
130. Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri,
            Yang dimaksud dengan “golongan kalian” adalah manusia, bukan manusia dan jin.
            Dan setelah diutusnya Ibrohim r, maka semua Nabi yang diutus adalah dari keturunannya, berdasarkan firman Alloh :
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ
27. dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al kitab pada keturunannya (Ibrohim).
. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30)
30. mereka berkata: “Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
            Setelah mereka mendengar Al-Qur’an dari lisan Rosululloh r dan mereka telah beriman kepadanya, mereka pun kembali kepada kaumnya dengan membawa peringatan dan mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an ini membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan membawa kebenaran yang membimbing kepada jalan yang lurus. Dan dalam ayat ini Alloh menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan setelah nabi Musa r yaitu setelah kitab taurat, padahal sebelum Al-Qur’an adalah kitab Injil  dan Taurat  diturunkan sebelum Injil, yang demikian itu karena kitab Injil pada hakikatnya adalah penyempurna Taurat, maka yang menjadi pondasi utama adalah Taurat, maka layak dikatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan setelah Taurat.
يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31)

31. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian dan melepaskan kalian dari azab yang pedih.
            Ayat ini merupakan dalil bahwa Rosululloh r diutus kepada jin dan manusia.
 وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32)
32. dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Alloh di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Alloh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”.
            Maka mereka telah menyeru kaumnya untuk beriman dengan memberi harapan dan ancaman, sehingga banyak dari kaumnya yang datang kepada Rosululloh r dan beriman dengannya
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33)
33. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Alloh yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
            Yaitu : Tidakkah mereka orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan itu memperhatikan bahwa Alloh  mampu menciptakan langit dan bumi, maka tentu Alloh  lebih mampu untuk membangkitkan manusia, lalu kenapa mereka mengingkarinya?! Padahal Alloh maha kuasa atas segala sesuatu.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34)
34. dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (Dikatakan kepada mereka): “Bukankah (azab) ini benar?” mereka menjawab: “Ya benar, demi Tuhan kami”. Alloh berfirman “Maka rasakanlah azab ini disebabkan kalian selalu ingkar”.
Maka mereka tidak bisa lagi untuk mengingkari melainkan harus mengaku.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35)
35. Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
            Dalam ayat ini Alloh Y memerintahkan Rosululloh r untuk bersabar sebagaimana Ulul Azmi dari para Rosul itu bersabar, yang dimaksud dengan Ulul Azmi adalah yang memiliki keteguhan dalam ujian([2]). Dan orang-orang kafir ketika telah menyaksikan adzab yang mengerikan, mereka merasa bahwa selama ini mereka tinggal di dunia hanyalah sesaat.


SURAT MUHAMMAD
بسم الله الرحمن الرحيم
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (1) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2)
1. orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Alloh, Alloh menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka.
2. dan orang-orang mu’min dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari Tuhan mereka, Alloh menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka.

            Yaitu: orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Alloh Y dan menghalangi orang lain dari jalan Alloh, maka Alloh Y membatalkan amalan-amalan mereka, mereka tidak mendapatkan balasan dan pahala. Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Alloh dengan hati mereka lahir dan bathin mereka tunduk kepadanya serta beriman terhadap Al-Qur’an maka Alloh Y membalas amal mereka dengan menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki urusan dan keadaan mereka.

 ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (3)
3. yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Alloh membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.
            Yaitu : Alloh membatalkan amalan-amalan orang kafir karena mereka ingkar dan lebih memilih yang bathil daripada kebenaran. Sedangkan Alloh menghapus kesalahan orang-orang yang beriman karena mereka mengikuti kebenaran, demikianlah Alloh menjelaskan kepada mereka akan akibat dari amalan mereka dan kemana tempat mereka di hari kiamat nanti.
فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4)
4. apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kalian telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kalian boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan membinasakan mereka tetapi Alloh hendak menguji sebahagian kalian dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh, Alloh tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.
            Dalam ayat ini Alloh Y memberi bimbingan kapada kaum mu’minin ketika mereka berhadapan dengan kaum musyrikin di medan tempur agar kaum mu’minin memenggal kepala-kepala kaum musyrikin hingga kaum musyrikin binasa, kemudian menawan mereka, kemudian setelah perang selesai maka Alloh Y memberi pilihan kepada kaum mu’minin akan tawanan-tawanan itu, boleh mereka dibebaskan dengan gratis tanpa bayar tebusan, dan boleh juga mereka dibebaskan dengan syarat harus membayar tebusan.
            Dan jika Alloh Y menghendaki, maka Alloh Y bisa membinasakan mereka dengan menurunkan bencana kepada mereka, akan tetapi Alloh Y ingin menguji kaum mu’minin sehingga Alloh Y mensyari’atkan jihad dan bertempur dengan kaum musyrikin yang hikmahnya telah disebutkan oleh Alloh Y dalam surat Ali Imron dan Baro’ah.
            Kemudian Alloh Y menjelaskan keutamaan orang-orang yang gugur di jalan Alloh, bahwa Alloh Y tidak akan menyia-nyiakan amalan baik mereka bahkan Alloh Y melipatgandakannya. Sangat banyak keutamaan yang didapatkan oleh orang yang gugur dalam membela jalan Alloh Y, di antara keutamaan tersebut adalah yang disebutkan Alloh Y dalam ayat setelahnya bahwa Alloh Y akan memasukkannya kedalam surga. Mereka tetap hidup dan diberi nikmat oleh Alloh Y, sebagaimana Alloh Y berfirman :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)
169. janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.

            Mereka mendapat ampunan dari Alloh Y dan semua kesalahan mereka diampuni, Alloh berfirman :
وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (157)
157. dan sungguh kalau kalian gugur di jalan Alloh atau meninggal (bukan karena perang), tentulah ampunan Alloh dan rahmat-Nya lebih baik (bagi kalian) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.
Dan Rosululloh r bersabda dari hadits Abu Qotadah t:
يغفر للشهيد كل ذنب إلا الدين
“Seseorang yang mati syahid diampuni semua dosanya kecuali hutang” HR. Muslim.
            Dan di antara keutamaannya adalah apa yang tersebut dalam hadits Miqdam bin Ma’dikarib t:
للشهيد عند الله ست خصال يغفر له في أول دفعة ويرى مقعده من الجنة ويجار من عذاب القبر ويأمن من الفزع الأكبر ويوضع على رأسه تاج الوقار الياقوتة منها خير من الدنيا وما فيها ويزوج اثنتين وسبعين زوجة من الحور  العين  ويشفع في سبعين من أقاربه
“Seseorang yang mati syahid dia mendapat enam bagian di sisi Alloh, dia diampuni di awal kali dia terbunuh, dan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga, dan dilindungi dari adzab kubur, dan mendapat keamanan dari tiupan sangkakala, dan diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan yang terbuat dari yaqut (jenis mutiara) yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya, dan dinikahkan dengan 72 bidadari surga, dan memberi syafaat untuk 70 orang dari kerabatnya.(([3]))
Atau haditsnya Qois Al-Judzamy t:
يُعْطَى الشَّهِيدُ سِتَّ خِصَالٍ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهِ يُكَفَّرُ عَنْهُ كُلُّ خَطِيئَةٍ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُؤَمَّنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ
“Seseorang yang mati syahid diberi enam bagian diawal kali tertumpah darahnya, yaitu dihapus darinya semua kesalahannya, dan diperlihatkan tempat duduknya di dalam surga, dan dinikahkan dengan bidadari surga, dan mendapat keamanan diwaktu tiupan sangkakala dan keamanan dari adzab kubur dan dihiasi dengan hiasan iman.([4])
Dan Rosululloh t bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
( رباط يوم وليلة خير من صيام شهر وقيامه وإن مات جرى عليه عمله الذي كان يعمله وأجري عليه رزقه وأمن الفتان )
“Ribath sehari dan semalam lebih baik dari pada puasa dan solat malam dalam sebulan, dan jika dia mati maka amalannya yang dulu dia amalkan terus mengalir padanya, dan dia diberi rezeki dan dia mendapat keamanan dari soal kubur.” HR. Muslim.
            Dan masih banyak dalil-dalil yang menyebutkan keutamaan yang didapatkan oleh seseorang yang mati di jalan Alloh Y, mudah-mudahan Alloh Y menjadikan kita termasuk dari mereka.

سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ (5) وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ (6)
5. Alloh akan memberi bimbingan kepada mereka dan memperbaiki keadaan dan perkara mereka,
6. dan memasukkan mereka ke dalam Jannah yang telah diperkenankanNya kepada mereka.
Yaitu : jika mereka masuk surga, mereka akan tahu tempat tinggal mereka di dalam surga dengan bimbingan Alloh Y, seakan-akan mereka telah tinggal sebelumnya di dalam surga, mereka tidak akan keliru sehingga memasuki tempat tinggalnya orang lain. Rosululloh r bersabda dari hadits Abu Sa’id Al-Khudry t:
يَخْلُصُ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ أَهْدَى بِمَنْزِلِهِ فِي الْجَنَّةِ مِنْهُ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
“Kaum mu’minin selamat dari api neraka, kemudian mereka ditahan qontoroh (jembatan) antara surga dan neraka, kemudian diqisos antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain akan kedzoliman yang terjadi antara mereka dulu di dunia, sehingga apabila mereka sudah dibersihkan dan dimurnikan mereka diizinkan untuk masuk kedalam surga, demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangannya, salah seorang dari mereka lebih tahu akan tempat tinggalnya disurga dari pada tempat tinggalnya dulu di dunia.” HR. Bukhori.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7)
7. Hai orang-orang mu’min, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan kalian.
            Ayat ini sangat jelas maknanya, yaitu barang siapa yang menolong agama Alloh Y dengan menegakkan kalimat alhaq maka Alloh Y akan menolongnya, sesungguhnya pertolongan itu hanyalah dari Alloh Y, sebagaimana Alloh Y berfirman :
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
“Dan pertolongan (kemenanganmu) itu hanyalah dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
            Demikianlah balasan bagi orang yang berbuat kebaikan, karena sesungguhnya balasan itu dari jenis amalan, yaitu jika amalan baik maka balasannya adalah kebaikan dan jika amalan buruk maka balasannya adalah keburukan.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (8) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (9)
8. dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Alloh menyesatkan amal-amal mereka.
9. yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Alloh (Al Quran) lalu Alloh menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.
            Sedangkan orang kafir balasan mereka adalah kecelakaan yang akan menimpa mereka dan disesatkan amalan-amalan mereka oleh Alloh Y dan Alloh Y hapus amal-amal mereka. Yang demikian itu karena mereka benci dan tidak menyukai agama Alloh Y, kebalikan daripada kaum mu’minin.
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا (10
10. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Alloh telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.
            Yaitu kaum musyrikin yang mempersekutukan Alloh Y  dan orang-orang yang mendustakan para Rosul-Nya, tidakkah mereka itu berjalan dan menelusuri  bumi sehingga mereka bisa melihat akibat buruk dan kebinasaan orang-orang kafir sebelum mereka, sedangkan Alloh Y menyelamatkan kaum mu’minin, tidakkah mereka bisa mengambil pelajaran dari itu semua?!
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ (11
11. yang demikian itu karena sesungguhnya Alloh adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai Pelindung.
            Sebagaimana dalam hadits Baro’ bin ‘Azib t:
إِنَّ لَنَا الْعُزَّى وَلَا عُزَّى لَكُمْ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا تُجِيبُوا لَهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا نَقُولُ قَالَ قُولُوا اللَّهُ مَوْلَانَا وَلَا مَوْلَى لَكُمْ
“ (ketika Abu Sufyan berkata) “ sesungguhnya kami punya Uzza dan tidak ada Uzza bagi kalian, maka Rosululloh r berkata : “Tidakkah kalian menjawabnya?” Mereka para sahabat berkata : “Apa yang akan kami katakan wahai Rosululloh?” Beliau menjawab : “Katakanlah : Allohlah penolong kami dan tidak ada penolong bagi kalian.” HR. Bukhori
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ (12)
12. Sesungguhnya Alloh memasukkan orang-orang mu’min dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka.
            Demikianlah balasan bagi orang yang beriman, Alloh Y memasukkan mereka kedalam surga-Nya dengan rahmat-Nya. Sedangkan orang-orang kafir tujuan mereka hanyalah kesenangan di dunia, makan dan minum seperti makannya binatang yang kerjanya hanyalah makan dan minum, maka neraka jahannam balasan bagi mereka.
وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ هِيَ أَشَدُّ قُوَّةً مِنْ قَرْيَتِكَ الَّتِي أَخْرَجَتْكَ أَهْلَكْنَاهُمْ فَلَا نَاصِرَ لَهُمْ (13)
13. dan betapa banyaknya negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari pada (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka, maka tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.
            Ini merupakan ancaman keras dari Alloh Y untuk penduduk Mekkah yang  telah mendustakan Rosululloh r berikut mengusirnya, para ummat sebelum mereka yang keadaannya jauh lebih kuat dari mereka seperti kaum ‘Aad yang memiliki kekuatan luar biasa itu saja dimusnahkan oleh Alloh Y, maka sangat mudah bagi Alloh Y untuk membinasakan mereka (penduduk Mekkah) yang keadaannya jauh lebih lemah daripada umat-umat sebelumnya. Dan jika Alloh Y tidak menurunkan adzab untuk mereka di dunia, maka itu karena adanya Rosululloh Y yang membawa berkah.
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (14)
14. Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Robbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?
            Yaitu : tidaklah sama orang yang berada di atas ilmu, petunjuk dan keyakinan dalam agama Alloh Y dengan orang yang memandang baik amalan buruknya, seperti dalam firman Alloh Y:
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى
19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
20. tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung.
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (15)
15. sifat Jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa, di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang sangat bersih; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, samakah mereka itu dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?

            Demikianlah di antara sifat jannah yang dijanjikan untuk orang yang bertaqwa, tidaklah sama air di dalam jannah dengan air di dunia, demikian juga dengan susu dan madunya, demikian pula khamarnya tidaklah sama dengan khamar di dunia, sesungguhnya khamar di dunia itu memabukkan dan berbau busuk yang tidak kalah baunya dengan kotoran hewan, adapun khamar di Jannah maka dia sangat ledzat rasanya dan enak baunya. Dan tidaklah penduduk Jannah yang demikian itu sifatnya itu sama dengan penduduk Jahannam dan kekal di dalamnya yang mereka itu diberi minum dari air mendidih yang akan memutus usus-usus mereka.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (16)
16. dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Alloh dan mengikuti hawa nafsu mereka.
            Alloh mengkhabarkan tentang kaum munafiqin akan kedunguan dan tidak fahamnya mereka, yang mana mereka duduk di sisi Rosululloh r dan mendengarkan ucapannya, namun tidak dapat memahami sedikitpun akan ucapannya, sehingga jika mereka keluar dari majelis Rosululloh r mereka bertanya kepada orang-orang yang berilmu dari kalangan sahabat Nabi r “Apa yang dia katakan tadi” mereka tidak dapat memahami apa yang dikatakan oleh Rosululloh r tidak pula memperhatikan apa yang beliau katakan. Mereka itulah yang telah ditutup oleh Alloh Y pintu hati mereka dan mereka hanya mengikuti hawa nafsu mereka.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17)
17. dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Alloh menambah petunjuk kepada mereka dan mengilhamkan bimbingan kepada mereka.
            Sedangkan orang-orang yang mencari hidayah (petunjuk) –yaitu kaum mu’minin-maka Alloh Y akan memberi taufiq kepada mereka sehingga Alloh Y memberi petunjuk kepada mereka dan mengokohkan mereka di atasnya bahkan menambahnya dan memberi bimbingan kepada mereka
فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ (18)
18. Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?
            Kaum kafir hanyalah menunggu hari kiamat yang akan mendatangi mereka secara tiba-tiba sedangkan mereka lalai darinya, sungguh telah datang tanda-tanda dekatnya hari kiamat, Alloh Y berfirman :
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ
1. Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
            Diutusnya Rosululloh r itu adalah salah satu tanda dekatnya hari kiamat, sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’d t beliau r berkata :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بِإِصْبَعَيْهِ هَكَذَا بِالْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ بُعِثْتُ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ
“Aku melihat Rosululloh r mengisyaratkan dengan dua jarinya seperti ini yaitu jari tengah dan jari telunjuk (seraya berkata): “Aku dan hari kiamat diutus seperti ini.” HR.Bukhori.
            Dan jika hari kiamat itu telah datang, barulah kaum kafir sadar dan mengaku beriman, namun tiada lagi berguna kesadaran mereka itu, telah tegak hujjah atas mereka, sebagaimana Alloh Y berfirman :
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى
23. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
Dan Alloh Y berfirman :
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
158. pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu([5]), tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)
19. Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu’min, laki-laki dan perempuan. dan Alloh mengetahui tempat kamu berusaha (di siang hari/ di dunia) dan tempat kamu tinggal (di malam hari/ diakherat).
            Ini merupakan perintah dari AllohY untuk mengilmui kalimat Laa ilaha Illalloh, sehingga para ulama’ berdalil dengan ayat ini bahwa di antara syaratnya adalah ilmu. Kemudian Alloh Y memerintahkan untuk meminta ampun kepada-Nya atas dosa yang telah dia lakukan, sebagaimana dalam hadits Abu Musa t bahwa Rosululloh r:
اللهم اغفر لي خطيئتي وجهلي وإسرافي في أمري وما أنت أعلم به مني اللهم اغفر لي جدي وهزلي وخطئي وعمدي وكل ذلك عندي اللهم اغفر لي ما قدمت وما أخرت وما أسررت وما أعلنت وما أنت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر وأنت على كل شيء قدير
“Ya Alloh ampunilah kesalahanku dan kebodohanku dan berlebih-lebihanku dalam urusanku dan yang Engkau lebih tahu dengannya dariku, ya Alloh ampunilah keseriusanku dan gurauku dan kesalahanku (yang tidak sengaja) dan yang aku sengaja dan semua itu ada padaku, ya Alloh ampunilah yang aku dahulukan dan aku akhirkan dan yang aku sembunyikan dan yang aku nampakkan dan yang Engkau lebih tahu drngannya dariku, Engkau mendahulukan dan Engkau mengakhirkan dan Engkau maha mampu atas segala sesuatu.” HR. Bukhori Muslim
            Dan dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri t bahwa Rosululloh r bersabda :
إِنَّ إِبْلِيسَ قَالَ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي بَنِي آدَمَ مَا دَامَتْ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَبِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
“ Sesungguhnya iblis berkata kepada Alloh: “Demi keperkasaan dan keagunganmu aku akan senantiasa menyimpangkan anak Adam selama nyawa-nyawa mereka masih ada pada mereka”, Maka Alloh menjawabnya: “Demi keperkasaan dan keagungan-Ku aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepadaku.”([6])
وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَأَوْلَى لَهُمْ (20) طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (21)
20. dan orang-orang yang beriman berkata: “Mengapa tiada diturunkan suatu surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, maka yang lebih utama bagi mereka adalah.
21. Ta’at dan mengucapkan perkataan yang baik. Dan apabila telah tetap perintah perang, dan kemudian jika mereka benar (imannya) terhadap Alloh, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
            Dalam ayat ini Alloh Y menkhabarkan tentang kaum mu’minin yang berangan-angan untuk  diturunkan syariat jihad, dan ketika Alloh Y mewajibkan dan memerintahkannya, ternyata banyak dari mereka yang mental dan takut kematian akan menimpa mereka. Selayaknya bagi mereka untuk tunduk dan taat atas perintah Alloh Y, maka jika mereka mengikhlaskan niat mereka kepada Alloh Y ketika terjadi peperangan tentulah hal itu lebih baik bagi mereka.
 فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (23)
22. Maka Apakah kiranya jika kamu berpaling kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?
23. mereka Itulah orang-orang yang dila’nati Alloh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka
            Yaitu : kiranya kamu berpaling dari jihad kamu akan kembali seperti masa jahiliyyah dengan menumpahkan darah dan memutus hubungan keluarga, orang- orang seperti ini diancam oleh Alloh Y. Maka ini adalah larangan dari Alloh Y untuk membuat kerusakan di muka bumi dalam bentuk apa saja, dan larangan untuk memutus hubungan keluarga sebagaimana Rosululloh r Bersabda dalam hadits Jubair bin Muth’im t:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Orang yang memutus tali keluarga tidak masuk surga”. HR. Bukhori Muslim
            Bahkan Alloh  Y memerintahkan untuk menyambung hubungan keluarga yang memiliki keutamaan besar, sebagaimana dalam hadits Anas t :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang senangnya untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah hubungan keluarganya.” HR. Bukhori Muslim
            Dan masih banyak dali-dalil yang memerintahkan untuk menyambung hubungan keluarga dan melarang untuk memutusnya.
 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (24)
24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
            Sehingga hatinya tidak dapat memahami makna ayat alqur’an?! Diriwayatkan hadits mengkisahkan tentang ayat ini dari Urwah berkata:
تلا رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم يوما( أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ) فقال شاب من أهل اليمن: بل عليها أقفالها، حتى يكون الله عزّ وجلّ يفتحها أو يفرجها، فما زال الشاب في نفس عمر رضي الله عنه حتى ولي فاستعان به
“Di suatu hari Rosululloh r membacakan ayat ( أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ) , berkata seorang pemuda dari Yaman : “Bahkan dalam hatinya ada pengunci sampai Alloh Y membukanya dan membebaskannya”, Lelaki itu selalu teringat oleh Umar t sampai dia menjadi kholifah, kemudian dia meminta pertolongan dengannya.([7])

 إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25)
25. Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran? murtad) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menghias-hiasi untuk mereka dan menipu mereka.
Orang-orang yang murtad dari agama Alloh Y, mereka telah mengikuti rayuan syaitan, syaitanlah yang menghias-hiasi untuk mereka dan menipu mereka sehingga mereka menganggap baik perbuatan kufur mereka.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (26)
26. yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Alloh (orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kalian dalam beberapa urusan”, sedang Alloh mengetahui rahasia mereka.
            Demikianlah keadaan orang-orang munafiq, menyembunyikan kebatilan dalam hati mereka dan menampakkan kebaikan, jika bertemu dengan orang-orang beriman menrekapun mengaku beriman, dan jika mereka bertemu dengan orang-orang kafir merekapun mengaku bersama mereka, sebagaimana Alloh Yberfirman :
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
14. dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka (pemimpin mereka), mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.”
            Dan Alloh Y mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka, seperti dalam firman Alloh Y :
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ
81. dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: “(Kewajiban Kami hanyalah) taat”. tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Alloh menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu.
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27)
27. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?
            Yaitu ketika malaikat mencabut nyawa mereka, maka malaikat mencabutnya dengan keras dan paksa dengan memukul wajah dan punggung mereka seperti dalam firman Alloh Y :
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ
50. kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka.
            Itu merupakan akibat dari kekufuran mereka, karena itu Alloh Y berfirman dalam ayat setelahnya:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبطَ أَعْمَالَهُمْ (28)
28. yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Alloh dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Alloh menghapus (pahala) amal-amal mereka.
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29)
29. atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Alloh tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?
            Apakah orang-orang munafiq menyangka bahwa Alloh Y tidak akan membongkar kejelekan yang tersembunyi dalam hati mereka berupa kedengkian di hadapan kaum mu’minin?! Justru Alloh Y akan membongkarnya sehingga orang-orang yang berilmu faham akan mereka, dan Alloh Y telah membongkar kedok mereka dalam surat At-taubah.
وَلَوْ نَشَاءُ لَأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (30)
30. dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. dan kamu benar-benar akan Mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Alloh mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.
            Yaitu : Jika Alloh Y menghendaki maka Alloh Y akan menunjukkan orang-orang munafiq itu kepada Rosululloh r, akan tetapi Alloh Y tidak melakukan hal itu agar mereka tertutupi dan dihukumi secara dzohir (yang nampak) sedangkan rahasianya diserahkan kepada Alloh Y, namun Alloh Y menunjukkan ciri-ciri mereka dari lisan mereka, akan nampak dari lisan mereka ucapan yang menunjukkan maksud dan isi hati mereka.
            Diriwayatkan dalam hadits Abu Mas’ud t bahwa Rosululloh r menyebutkan secara langsung sekelompok dari kalangan kaum munafiqin :
خطبنا رسول الله صلى الله عليه و سلم خطبة فحمد الله وأثنى عليه ثم قال ان فيكم منافقين فمن سميت فليقم ثم قال قم يا فلان قم يا فلان قم يا فلان حتى سمى ستة وثلاثين رجلا ثم قال ان فيكم أو منكم فاتقوا الله
“Rosululloh r berkhutbah kepada kami dengan suatu khutbah, beliau memuji Alloh Y dan memujanya kemudian berkata “Sesungguhnya pada kalian ada kaum munafiqin, maka barangsiapa yang aku sebutkan namanya maka bangkitlah“, kemudian beliau berkata : “Bangkitlah kamu wahai fulan, bangkitlah kamu wahai fulan, bangkitlah kamu wahai fulan” sampai beliau menyebutkan nama 36 orang, kemudian beliau berkata : “Jika ada pada kalian atau dari kalian maka takutlah kepada Alloh”.([8])
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (31)
31. dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.
            Yaitu Alloh Y akan menguji kita dengan perintah dan larangan. Dan firman Alloh Y “agar Kami mengetahui” bukan maknanya Alloh Y tidak mengetahui sebelum kejadian itu terjadi, Alloh Y telah mengetahui hal itu semua sebelum terjadi, maka makna ayat tadi adalah “sampai Alloh Y mengetahui atau melihat kejadiannya([9])”
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (32)
32. Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Alloh serta memusuhi Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Alloh sedikitpun. Dan Alloh akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.
            Alloh Y mengkhabarkan tentang orang-orang yang murtad dari iman dan menghalangi manusia dari jalan Alloh Y setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, bahwa mereka itu tidak dapat memudharatkan Alloh Y, bahkan hal itu hanya merugikan diri sendiri di hari kiamat kelak, Alloh Y tidak memberi pahala atas amalan mereka yang telah lalu bahkan Alloh Y akan menghapus semua amal kebaikan mereka yang telah lalu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (33)

33. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rasul dan janganlah kalian membatalkan (pahala) amal-amal kalian.
            Setelah Alloh Y menyebutkan keadaan orang-orang yang murtad, Alloh Y memerintahkan kaum mu’minin agar taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan jangan membatalkan amalannya dengan perbuatan murtad.
            Imam Ibnu katsir menukilkan dari  imam Muhammad bin Nasr dalam kitab “As-Sholah” tentang sebab turunnya ayat ini dari Abul Aliyah beliau berkata :
كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يرون أنه لا يضر مع (لا إله إلا الله) ذنب، كما لا ينفع مع الشرك عمل، فنزلت: {أَطِيعُوا اللهَ وأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ}، فخافوا أن يبطل الذنب العمل
“Dahulu para sahabat memandang bahwa dosa tidak dapat memberi mudharat bersama kalimat La ilaha illalloh  sebgaimana amalan itu tidak dapat memberi manfaat bersama kesyirikan kemudian turunlah ayat
 {أَطِيعُوا اللهَ وأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ} maka mereka takut bahwa dosa itu akan membatalkan amalan.([10])
Dan dari Ibnu Umar t:
كنا معشر أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم نرى أنه ليس شيء من الحسنات إلا مقبول، حتى نزلت: { أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ }  ، فقلنا: ما هذا الذي يبطل أعمالنا؟ فقلنا: الكبائر الموجبات والفواحش، حتى نزلت: { إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ } [ النساء : 48 ]، فلما نزلت كففنا عن القول في ذلك، فكنا نخاف على من أصاب الكبائر والفواحش، ونرجو لمن لم يصيبها
“Kami para sahabat Rosululloh r memandang bahwasannya tidak sedikitpun dari kebaikan itu melainkan diterima sampai turun ayat  { أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ } maka kami berkata: “Apa ini yang membatalkan amalan kita?” Maka kami katakan: “Dosa-dosa besar yang mengharuskan dan perbuatan-perbuatan keji,” hingga turun ayat :
  { إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ }
dan ketika telah turun ayat kamipun menahan diri dari membicarakan hal itu, dan dulu kami takut atas orang yang melakukan dosa besar dan perbuatan keji (batal amalannya) dan kami berharap untuk orang tidak melakukannya (tidak batal amalannya)([11]).

 إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (34)
34. Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Alloh kemudian mereka mati dalam Keadaan kafir, maka sekali-kali Alloh tidak akan memberi ampun kepada mereka.
            Setelah Alloh Y melarang dari perbuatan murtad dan mengkhabarkan bahwa Alloh Y akan membatalkan amalan mereka, Alloh Y menyebutkan akibatnya bahwasannya orang-orang kafir dan yang menghalangi manusia dari jalan Alloh Y kemudian mati dalam keadaan kafir maka Alloh Y tidak akan mengampuni dosa mereka, sebagaimana Alloh Y berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
48. Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (35)
35. janganlah kalian lemah dan minta damai padahal kalianlah yang di atas dan Alloh pun bersama kalian dan Dia sekali-kali tidak akan membatalkan pahala amal-amal kalian.
            Alloh Y melarang kaum muslimin untuk melemah dan meminta perdamaian ketika kaum muslimin di atas kejayaan dan mengalahkan musuh, adapun jika kaum muslimin masih lemah sedangkan kaum kafir mereka memiliki kekuatan maka boleh saja meminta perdamaian jika sang pemimpin melihat ada maslahatnya sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rosululloh r dengan kaum Quroisy mekkah.
            Kemudian Alloh Y memberi kabar gembira bahwa Alloh Y bersama kaum mu’minin dan tidak akan membatalkan amalan mereka bahkan Alloh Y akan memenuhu ganjaran pahalanya dan tidak menguranginya sedikitpun.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ (36)
36. Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertaqwa, Alloh akan memberikan pahala kepada kalian dan Dia tidak akan meminta harta-harta kalian.
            Alloh Y mengkhabarkan akan rendahnya dunia yang dia itu hanyalah permainan belaka, dan barangsiapa yang bertaqwa maka Alloh Y akan memberi ganjaran pahalanya, dan Alloh Y tidak akan meminta harta mereka sedikitpun, karena Alloh Y maha kaya dan tidak butuh sesuatupun dari hambanya, Alloh Y hanya mewajibkan zakat dan sedekah yang manfaatnya akan kembali kepada manusia berupa ganjaran pahala yang diberikan Alloh  Yatas amalan itu, bukan kerena Alloh Y membutuhkan harta itu.
إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ (37)
37. jika Dia meminta harta kepada kalian lalu mendesak kalian (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu.
            Benarlah apa yang dikatakan oleh Qotadah bahwa Alloh Y mengetahui bahwa mengeluarkan harta itu adalah menampakkan kedengkian.
هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38(
38. Ingatlah, kalian ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (harta kalian) pada jalan Alloh. Maka di antara kalian ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya Dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. dan Alloh-lah yang Maha Kaya sedangkan kalianlah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kalian berpaling niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kalian ini.
            Yaitu: orang-orang yang kikir ketika diseru untuk menafkahkan hartanya di jalan Alloh Y, mereka itu hanyalah mengurangi pahala dari dirinya dan akibatnya akan mengenai diri sendiri, Alloh Y maha kaya dari segalanya, dan semua makhluk butuh kepada Alloh Y. Dan jika kalian berpaling dari mentaati Alloh Y dan mengikuti syariatnya maka Alloh Y akan mengganti kaum yang lain yang taat dan tunduk kepada Alloh Y dari selain kalian.
Diriwayatkan dari hadits Abu Huroiroh Y:
أن رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم تلا هذه الآية ﴿وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ قالوا: يا رسول الله من هؤلاء الذين إن تولَّينا استبدلوا بنا، ثم لا يكونوا أمثالنا، فضرب على فخذ سلمان قال: هَذَا وَقَوْمُهُ، وَلَوْ كانَ الدِّينُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَتنَاولَهُ رِجالٌ مِنَ الفُرْسِ
“Bahwa Rosululloh membacakan ayat ini ﴿وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ para sahabat bertanya: “Wahai Rosululloh siapakah mereka itu yang apabila kami berpaling maka mereka itu menggantikan kami kemudian mereka tidak seperti kami?” Kemudian Rosululloh memukul pahanya Salman dan berkata : “Ini (Salman) dan kaumnya, seandainya agama itu di sisi Tsuroyya (nama bintang) maka para lelaki Faris (Persia) yang akan meraihnya”.([12])

SURAT AL-FATH
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1)
  1. 1.      Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata
Surat ini turun kepada Rosululloh r ketika beliau kembali dari Hudaibiyyah pada bulan Dzul Qo’dah tahun keenam hijriyyah, ketika kaum musyrikin menghalangi beliau untuk menunaikan umroh ke masjidil harom. Kaum musyrikin menawarkan perdamaian dan Rosululloh r bersama para sahabat disuruh kembali (tidak boleh melakukan umroh) di tahun ini, kemudian boleh melakukan umroh di tahun yang akan datang, kemudian Rosululloh r menerima tawaran itu dalam keadaan sebagian sahabat tidak menyukai perdamaian itu, di antaranya Umar bin Khotthob t. Dan dijadikan perdamaian ini merupakan suatu kemenangan dengan tinjauan maslahatnya yang besar. Maka yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah perdamaian Hudaibiyyah bukan kemenangan menaklukkan mekkah, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Masud: “Kalian menganggap yang dimaksud dengan kemenangan adalah kemenangan menaklukkan Mekkah, dan kami menganggapnya adalah perdamaiaan Hudaibiyyah” demikian  juga dikatakan oleh Jabir dan Al-Baro’.
Imam Bukhori meriwayatkan dari hadits Aslam t beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَسِيرُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَسِيرُ مَعَهُ لَيْلًا فَسَأَلَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَنْ شَيْءٍ فَلَمْ يُجِبْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ سَأَلَهُ فَلَمْ يُجِبْهُ ثُمَّ سَأَلَهُ فَلَمْ يُجِبْهُ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ ثَكِلَتْ أُمُّ عُمَرَ نَزَرْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ كُلَّ ذَلِكَ لَا يُجِيبُكَ قَالَ عُمَرُ فَحَرَّكْتُ بَعِيرِي ثُمَّ تَقَدَّمْتُ أَمَامَ النَّاسِ وَخَشِيتُ أَنْ يُنْزَلَ فِيَّ قُرْآنٌ فَمَا نَشِبْتُ أَنْ سَمِعْتُ صَارِخًا يَصْرُخُ بِي فَقُلْتُ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ يَكُونَ نَزَلَ فِيَّ قُرْآنٌ فَجِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ لَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ سُورَةٌ لَهِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ ثُمَّ قَرَأَ ﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
“Bahwasanya Rosululloh r berjalan di sebagian safarnya dan Umar bin Khotthob t berjalan bersamanya disuatu malam, kemudian Umar t menanyakan sesuatu kepada beliau dan beliau tidak menjawabnya, kemudian Umar t menanyakannya lagi beliau tidak menjawabnya, kemudian Umar t menanyakannya lagi beliaupun tidak menjawabnya, lalu Umar t berkata pada dirinya sendiri: “Celakalah kamu Umar, kamu mendesak Rosululloh r sebanyak tiga kali, semua itu Rosululloh r tidak memenuhinya.” Umar berkata: ”Aku gerakkan tungganganku kemudian aku maju di depan manusia karena khawatir akan diturunkan ayat padaku, tidak lama kemudian aku mendengar seseorang meneriaki aku, maka aku berkata: “Aku telah takut akan turunnya ayat Alqur’an padaku maka aku datangi Rosululloh r dan aku mengucapkan salam kepadanya, kemudian beliau berkata: “Telah diturunkan kepadaku malam ini suatu surat yang lebih aku sukai daripada terbitnya matahari“, kemudian beliau membaca :
﴿إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)
  1. 2.      supaya Alloh memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan membimbing kamu kepada jalan yang lurus,
Ini merupakan kekhususan Rosululloh r semua dosanya diampuni baik yang telah lalu ataupun yang akan datang, tidak seorangpun dari dari selain beliau yang mendapatkan keutamaan ini. Rosululloh r adalah makhluk yang paling mulia dari makhluk-makhluk Alloh Y,  tidak ada seorangpun yang lebih mulia dari beliau, dan beliau adalah makhluk yang paling taat kepada Alloh Y, di antara wujud ketaatannya adalah beliau menerima tawaran perdamaian Hudaibiyyah yang itu tegak dengan perintah Alloh Y. Serta Alloh Y menyempurnakan nikmatnya kepada Rosululloh Y di dunia dan akhiratnya serta membimbingnya kepada jalan yang lurus berupa syariat yang telah disyariatkan Alloh Y.

وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3)
3. dan supaya Alloh menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).
            Yang demikian itu karena Rosululloh r tunduk dan taat kepada perintah Alloh Y, dengan sebab itu Alloh Y mengangkat derajatnya dan menolongnya dalam mengalahkan musuh-musuhnya. Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:
وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله
“Tidaklah Alloh Y menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaafnya melainkan kemuliaan, dan tidaklah seseorang tawadhu’ karena Alloh Y melainkan Alloh Y akan mengangkat derajtnya.” HR. Muslim

 هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4)
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Alloh-lah tentara langit dan bumi dan adalah Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,

            Yaitu menurunkan ketenangan di hati para sahabat pada hari perdamaian Hudaibiyyah, yang mana mereka memenuhi dan tunduk kepada perintah Alloh dan RosulNya. Dan ketika hati mereka tenang dan tentram maka keimanan merekapun bertambah dari pada sebelumnya([13]).

 لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (5)
5. supaya Dia memasukkan orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menghapusi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Alloh,
            Demikianlah ganjaran untuk kaum mu’minin setelah Alloh Y menyebutkan ganjaran baik untuk Rosululloh r bahwa beliau diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, sebagaimana dalam hadits Anas t:
نزل على النبي صلى الله عليه و سلم ﴿ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر مرجعنا من الحديبية فقال النبي صلى الله عليه و سلم: لقد أنزلت على آية أحب إلى مما على الأرض ثم قرأها عليهم النبي صلى الله عليه و سلم فقالوا هنيئا مريئا يا رسول الله لقد بين الله عز و جل لك ماذا يفعل بك فماذا يفعل بنا فنزلت عليهم ﴿ليدخل المؤمنين والمؤمنات جنات حتى بلغ ﴿فوزا عظيما
“Turun kepada Rosululloh r   ﴿ليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخرwaktu kami kembali dari Hudaibiyyah, maka Rosululloh r berkata: “Telah diturunkan kepadaku ayat yang lebih aku sukai dari pada yang ada di muka bumi” kemudian beliau membacakannya pada mereka, maka merekapun berkata : alangkah senang dan baik wahai Rosululloh sungguh Alloh Y telah menjelaskan padamu apa yang akan dilakukan Alloh Y denganmu, maka apa yang akan dilakukan Alloh Y kepada kami?” maka turunlah ayat untuk mereka ﴿ليدخل المؤمنين والمؤمنات جنات sampai ﴿فوزا عظيما ([14])

            Ganjaran ini merupakan keberuntungan yang besar bagi kaum mu’minin, seperti firman Alloh Y:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
185. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.


وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (6)
6. dan supaya Dia mengazab orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Alloh Y. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh Y memurkai dan melaknat mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. dan (neraka Jahannam) Itulah seburuk-buruk tempat kembali.
            Mereka berprasangka buruk terhadap hukum Alloh Y dan mengira bahwa Rosululloh r dan para sahabatnya akan musnah dan binasa, maka Alloh Y murka dan melaknat mereka yaitu menjauhkan mereka dari rahmatnya.
وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (7)
7. dan kepunyaan Alloh-lah tentara langit dan bumi dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
            Ini merupakan bukti kekuatan Alloh Y, yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi adalah para malaikatnya ataupun angin dan binatang.
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8)
8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi dan pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
            Yaitu Rosululloh r diutus sebagai saksi atas para makhluk dan pemberi kabar gembira buat kaum mu’minin dan pemberi peringatan untuk orang-orang kafir.
لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (9)
9. supaya kamu sekalian beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, mengagungkanNya, memuliakannya-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
([15])
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (10)
10. bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Alloh. Tangan Alloh di atas tangan mereka([16]), Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa menepati janjinya kepada Alloh Maka Alloh akan memberinya pahala yang besar.
            Ayat ini berkaitan dengan bai’at yang dikenal dengan bai’at ridhwan yaitu pada bulan Zulqo’dah tahun keenam Hijriyyah Rosululloh Y beserta para sahabat hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan ‘umrah dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah([17]) beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kaum muslimin. mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Karena itu Nabi r menganjurkan agar kaum muslimin melakukan bai’ah (janji setia) kepada beliau. merekapun mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Alloh Y sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Bai’atur Ridwan. Bai’at ini dilakukan di bawah pohon Samur di Hudaibiyyah. Dan Bai’atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk Mengadakan Perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.
            Sesungguhnya bai’at ini memiliki keutamaan yang sangat besar sebagaimana dalam hadits Jabir :
لا يدخل النار أحد ممن بايع تحت الشجرة
“ Tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut berbai’at di bawah pohon itu (bai’at ridhwan)”([18]).
Karena itu Alloh Y memuji mereka dalam ayat ini.
 سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ الْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (11)
11. orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: “Harta dan keluarga Kami telah merintangi kami, Maka mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah : “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Alloh jika Dia menghendaki kemudharatan bagi kalian atau jika Dia menghendaki manfaat bagi kalian. Sebenarnya Alloh Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.
            Alloh Y mengkhabarkan tentang kaum yang tidak turut ke Hudaibiyyah, dan mereka meminta udzur kepada Rosululloh r dengan alasan bahwa mereka terhalangi dengan keluarga dan harta mereka, kemudian mereka meminta beliau agar memohonkan ampun untuk mereka. Dan ini hanyalah kedustaan mereka yang dilontarkan lewat lisan mereka, padahal dalam hati mereka tidaklah demikian. Karena itu Alloh Y mencela mereka, siapakah yang bisa menghalangi kehendak Alloh Y jika Alloh Y menginginkan kemudharatan bagi mereka ataupun manfaat, apakah jika mereka turut bersama Rosululloh r berarti mereka akan mengalami musibah, atau jika mereka tidak turut serta dengan beliau berarti mereka akan mendapat keselamatan?! Tidaklah demikian, di manapun mereka berada maka jika Alloh Y berkehendak akan keselamatan bagi  mereka, maka mereka pasti selamat, dan jika berkehendak kebinasaan bagi mereka, pasti mereka akan binasa.
 بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا (12)
12. tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mu’min tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kalian memandang baik dalam hati kalian persangkaan itu, dan kalian telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kalian menjadi kaum yang binasa.
            Sesungguhnya tidak ikut sertanya mereka bersama Rosululloh r dalam berperang bukan berdasarkan udzur atau jenis ketertinggalan orang yang bermaksiat, akan tetapi jenis ketertinggalan orang yang punya sifat nifaq yang ada dalam hati mereka, sehingga mereka mengira bahwa Rosululloh r dan para sahabat mereka akan terbunuh dan binasa tidak akan kembali ke keluarga mereka. Ini adalah prasangka buruk mereka yang telah mereka anggap baik akibat rayuan syetan dan bujukannya, maka mereka itu adalah kaum yang binasa.
 وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا (13)
13. dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya Maka Sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala.
            Barangsiapa yang tidak mengikhlaskan amalannya hanya kepada Alloh Y secara lahir dan batin maka Alloh Y akan mengadzabnya di dalam neraka Jahannam, walaupun dia menampakkan yang baik di hadapan manusia, sedangkan hatinya menyembunyikan kekufuran.
 وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (14)
14. dan hanya kepunyaan Alloh-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
            Sesungguhnya Alloh Y hanya mengadzab orang-orang yang berhak untuk diadzab, Alloh Y tidak akan mendzolimi seorangpun, dan tidak akan mengadzab seseorang jika tidak berhak mendapatkannya, bahkan Alloh Y mengampuni dosa seseorang selama dosa itu bukan dosa syirik bagi orang yang Alloh Y kehendaki, sebagaimana Alloh Y berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
 48. Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
            Dan sesungguhnya Alloh Y maha pengampun bagi orang yang bertaubat dan kembali kepadanya.
 سَيَقُولُ الْمُخَلَّفُونَ إِذَا انْطَلَقْتُمْ إِلَى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ يُرِيدُونَ أَنْ يُبَدِّلُوا كَلَامَ اللَّهِ قُلْ لَنْ تَتَّبِعُونَا كَذَلِكُمْ قَالَ اللَّهُ مِنْ قَبْلُ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا بَلْ كَانُوا لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًا (15)
15. orang-orang Badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan: “Biarkanlah Kami, niscaya Kami mengikuti kamu”; mereka hendak merobah perkataan Alloh. Katakanlah: “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami; demikian Alloh telah mengatakan sebelumnya”; mereka akan mengatakan: “Sebenarnya kamu dengki kepada kami”. bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.
            Dalam ayat ini Alloh  mengkhabarkan tentang keadaaan orang-orang yang tidak ikut serta bersama Rosululloh r dalam peperangan Hudaibiyyah, ketika Rosululloh r bersama para sahabat berangkat dalam menaklukkan Khoibar. Setelah kaum mu’minin berhasil dalam menaklukkan Khoibar, tiba-tiba mereka (yang tidak ikut perang) meminta  agar mereka diizinkan untuk pergi mengambil bagian dari ghonimah (harta rampasan perang), sedangkan mereka tidak mau ikut serta dalam peperangan. Maka Alloh Y memerintahkan kepada Rosululloh r agar tidak mengizinkan mereka ikut andil dalam ghonimah tersebut sebagai hukuman atas dosa yang telah mereka perbuat. Sesungguhnya Alloh Y telah menjanjikan kaum mu’minin yang berangkat berperang menaklukkan Khoibar, mereka akan mendapatkan ghonimah yang hanya dibagikan untuk mereka saja, dan tidak diberikan kepada orang-orang yang tidak mau ikut perang. Dan tidaklah terjadi melainkan sebagaimana yang telah dijanjikan Alloh . Maka inilah makna firman Alloh Y “Mereka hendak merobah perkataan Alloh” yaitu hendak merobah janji Alloh Y yang telah dijanjikan kepada kaum mu’minin yang turut serta dalam peperangan Hudaibiyyah dalam menaklukkan Khoibar, sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid dan Qotadah dan Juwaibir dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Maka mereka dilarang untuk ikut keluar bersama kaum mu’minin dalam pembagian ghonimah, karena Alloh Y telah menjanjikan ghonimah itu hanya untuk kaum mu’minin dari sebelumnya, sehingga merekapun mengatakan “Sebenarnya kalian dengki kepada kami”, padahal tidaklah demikian, bahkan mereka itulah yang tidak dapat memahami.
قُلْ لِلْمُخَلَّفِينَ مِنَ الْأَعْرَابِ سَتُدْعَوْنَ إِلَى قَوْمٍ أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ تُقَاتِلُونَهُمْ أَوْ يُسْلِمُونَ فَإِنْ تُطِيعُوا يُؤْتِكُمُ اللَّهُ أَجْرًا حَسَنًا وَإِنْ تَتَوَلَّوْا كَمَا تَوَلَّيْتُمْ مِنْ قَبْلُ يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (16)
16. Katakanlah kepada orang-orang Badwi yang tertinggal: “Kalian akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kalian akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam). Maka jika kamu patuhi (ajakan itu) niscaya Alloh akan memberikan kepada kalian pahala yang baik dan jika kalian berpaling sebagaimana kalian telah berpaling sebelumnya, niscaya Dia akan mengazab kalian dengan azab yang pedih”.
            Mereka para badwi yang tidak ikut peperangan Hudaibiyyah akan diajak untuk memerangi suatu kaum yang memiliki kekuatan besar. Ahli tafsir berselisih tentang siapakah kaum tersebut. Maka Alloh Y mensyariatkan jihad dan memerangi mereka sampai mereka terkalahkan atau mereka menyerahkan diri dan kemudian masuk islam dengan keinginan mereka sendiri. Jika para badwi tersebut mau mentaati perintah Alloh Y tersebut maka Alloh Y akan memberi mereka ganjaran yang besar, akan tetapi jika mereka berpaling sebagaimana dulu mereka berpaling tidak ikut serta dalam peperangan maka Alloh  akan mengazab mereka dengan azab yang pedih.
 لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَنْ يَتَوَلَّ يُعَذِّبْهُ عَذَابًا أَلِيمًا (17)
17. tiada dosa atas orang-orang yang buta dan atas orang yang pincang dan atas orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). dan Barangsiapa yang taat kepada Alloh dan Rasul-Nya; niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.
            Dalam ayat ini Alloh Y menyebutkan tentang beberapa udzur yeng membolehkan mereka untuk tidak ikut serta dalam peperangan, seperti buta dan pincang, dan ini adalah udzur yang terus berlaku padanya, maka kewajiban jihad gugur darinya selama sifat buta dan pincang tersebut ada pada dirinya. Dan juga seperti sakit maka ini termasuk udzur baginya untuk tidak ikut serta dalam peperangan selama dia sakit, namun jika Alloh Y telah memberikan kesembuhan padanya maka kewajiban jihad itu kembali padanya. Maka barangsiapa yang mentaati Alloh dan RosulNya dalam seruan jihad maka Alloh Y akan memasukkannya kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan barang siapa yang berpaling dari seruan jihad maka Alloh Y akan mengazabnya dengan adzab yang pedih, di dunia diazab dengan kehinaan dan di Akhirat diazab dengan api neraka.           
 لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (18)
18. Sesungguhnya Alloh telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
            Alloh Y mengkhabarkan tentang keridhoannya terhadap kaum mu’minin yang membai’at Rosululloh r dalam bai’at ridhwan di bawah pohon Samuroh di Hudibiyyah, dan Alloh Y mengetahui apa yang ada dalam hati mereka dari sifat kejujuran dan menunaikan janji dan juga ketaatan mereka, maka Alloh Y menurunkan ketenangan kepada mereka dan memberi kemenangan yang berawal dari perdamaian Hudaibiyyah hingga membuahkan kemenangan yang besar dalam penaklukkan Khoibar kemudian Mekkah dan negeri-negeri yang lain, dan banyaknya kebaikan yang mereka dapatkan berupa keperkasaan, kemenangan, derajat yang tinggi di dunia dan akhirat, dan juga harta ghonimah yang telah dijanjikan Alloh Y, karena itu Alloh Y mengatakan:
 وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (19)
19. serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
 وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (20) 
20. Alloh menjanjikan kepada kalian harta rampasan yang banyak yang dapat kalian ambil, maka disegerakan-Nya ini untuk kalian dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan) kalian (agar kalian mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mu’min dan agar Dia menunjuki kalian kepada jalan yang lurus.
            Yang dimaksud dengan disegerakan untuk mereka hal ini adalah ghonimah dalam penaklukkan Khoibar sebagaimana yang dikatakan oleh Mujahid. Dan dalam peperangan ini Alloh Y menjaga kaum mu’minin dari keburukan yang ditujukan oleh para musuh kepada kaum mu’minin dalam peperangan tersebut, dan Alloh Y juga menjaga keluarga dan isteri yang mereka tinggal dari keburukan, agar hal itu dijadikan sebagai pelajaran bagi mereka, sesungguhnya Alloh Y telah menjaga dan menolong mereka dari para musuh padahal jumlah mereka sangatlah sedikit dibanding dengan jumlah musuh, sesungguhnya Alloh Y maha mengetahui akan akibat baiknya suatu perkara dan bahwasannya kebaikan itu adalah apa yang telah dipilih Alloh Y untuk kaum mu’minin walaupun kaum mu’minin tidak menyukai yang tampak bagi mereka dari perkara itu, seperti dalam perdamaian Hudaibiyyah, sebagian kaum mu’minin tidak menyukai perdamaian itu karena secara tampak bagi mereka itu adalah kerendahan bagi kaum mu’minin, namun Alloh Y mengetahui akibatnya suatu perkara bahwa perdamaian ini akan membawa kebaikan yang sangat banyak bagi mereka. Dan Alloh  membimbing mereka kejalan yang lurus dengan sebab tunduknya mereka terhadap perintahNya dan mentaatiNya dan patuh terhadap Rosululloh r.
 وَأُخْرَى لَمْ تَقْدِرُوا عَلَيْهَا قَدْ أَحَاطَ اللَّهُ بِهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا (21)  
21. dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Alloh telah menentukan-Nya. dan adalah Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
            Yaitu Alloh Y menjanjikan  kepada kaum mu’minin akan ghonimah dan kemenangan-kemenangan yang lain atas negeri-negeri yang belum dapat mereka taklukkan, maka sungguh Alloh Y telah memudahkan hal itu bagi mereka dan telah menentukannya.
             Ahli tafsir berselisih tentang ghonimah dan kemenangan-kemenangan yang dimaksud dalam ayat ini, ada yang mengatakan dia adalah kemenangan dalam penaklukkan Khoibar, dan ada yang mengatakan dalam penaklukkan Mekkah, ada yang mengatakan penaklukkan Persia dan Rum dan ada yang mengatakan dia adalah semua kemenangan dan ghonimah.
وَلَوْ قَاتَلَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوَلَّوُا الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (22)
22. dan sekiranya orang-orang kafir itu memerangi kalian pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah) kemudian mereka tiada memperoleh pelindung dan tidak (pula) penolong.
            Ini merupakan kabar gembira untuk kaum mu’minin, bahwa Alloh Y akan menolong mereka, dan kaum musyrikin pasti akan melarikan diri membawa kekalahan, tidak mendapat pelindung tidak pula penolong karena mereka memerangi Alloh dan Rosul-Nya dan kaum mu’minin.
 سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا (23)
23. sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
            Yang demikian itu merupakan sunnatulloh dan kebiasaan-Nya terhadap makhluknya, Alloh Y akan memenangkan iman dan mengalahkan kekufuran, mengangkat kebenaran dan menghapus kebatilan, sebagaimana dalam perang Badar, Alloh  memenangkan kaum mu’minin dan menolong mereka padahal jumlah dan persiapan mereka sangatlah sedikit.
وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (24)
24. dan Dia-lah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kalian dan (menahan) tangan kalian dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Alloh memenangkan kalian terhadap mereka, dan adalah Alloh Maha melihat apa yang kalian kerjakan.
            Ini merupakan karunia Alloh  kepada kaum mu’minin, Alloh  telah menahan kaum musyrikin untuk membinasakan kaum mu’minin, demikian pula sebaliknya, Alloh  telah menahan kaum mu’minin untuk memerangi kaum musyrikin sehingga tidak terjadi peperangan dimasjidil harom, maka Alloh  telah menjaga keduanya untuk saling berperang dan mewujudkan perdamaian yang membawa kebaikan yang sangat besar untuk kaum mu’minin.
هُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْهَدْيَ مَعْكُوفًا أَنْ يَبْلُغَ مَحِلَّهُ وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللَّهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (25)  
25. merekalah orang-orang yang kafir dan yang menghalangi kalian dari (masuk) Masjidil Haram dan menghalangi hewan korban sampai ke tempat (penyembelihan)nya. dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan perempuan-perempuan yang mu’minah yang tiada kalian ketahui, bahwa kalian akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Alloh tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka). supaya Alloh memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur-baur, tentulah Kami akan mengazab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.
            Alloh  mengkhabarkan tentang kaum musyrikin dari kaum Quraiys bahwa merka itulah yang telah menghalangi kaum mu’minin untuk memasuki masjidil harom (untuk melakukan haji) dan menghalangi hewan korban mereka untuk sampai ketempat penyembeihannya, dan ini merupakan kekejian mereka terhadap kaum mu’minin. Kalaulah bukan karena adanya sebagian orang beriman di tengah-tengah kaum musyrikin dalam keadaan mereka menyembunyikan imannya karena takut kaum musyrikin akan membinasakan mereka, maka tentu Alloh  akan menguasakan kaum mu’minin untuk membinasakan kaum musyrikin dengan memerangi mereka. Akan tetapi Alloh  menahan kaum mu’minin dari peperangan karena sebagian orang-orang beriman yang menyembunyikan imannya ada di tengah-tengah kaum musyrikin yang tidak diketahui oleh kaum mu’minin, sehingga bisa jadi sebagian orang-orang yang beriman itu akan terbunuh di tangan kaum mu’minin sendiri sehinga mereka akan terjerumus dalam perbuatan dosa, maka Alloh  mengakhirkan kebinasanan kaum musyrikin demi menyelamatkan sebagian orang yang beriman yang berada di tengah-tengah mereka agar mereka kembali kepada islam. Seandainya kaum musyrikin itu terpisah dari sebagian orang beriman yang ada di tengah-tengah mereka, niscaya Alloh  akan menguasakan kaum mu’minin untuk memerangi mereka.
            Diriwayatkan dari hadits Abdulloh bin Mughoffal t bahwa beliau berkata :
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي أَصْلِ الشَّجَرَةِ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: فِي الْقُرْآنِ، وَكَانَ يَقَعُ مِنْ أَغْصَانِ تِلْكَ الشَّجَرَةِ عَلَى ظَهْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَسُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «اكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ» . فَأَخَذَ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بِيَدِهِ، فَقَالَ: مَا نَعْرِفُ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اكْتُبْ فِي قَضِيَّتِنَا مَا نَعْرِفُ، قَالَ: «اكْتُبْ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ» . فَكَتَبَ: «هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ مَكَّةَ» . فَأَمْسَكَ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو بِيَدِهِ، وَقَالَ: لَقَدْ ظَلَمْنَاكَ إِنْ كُنْتَ رَسُولَهُ، اكْتُبْ فِي قَضِيَّتِنَا مَا نَعْرِفُ. فَقَالَ: «اكْتُبْ هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ» ، فَكَتَبَ. فَبَيْنَا نَحْنُ كَذَلِكَ إِذْ خَرَجَ عَلَيْنَا ثَلَاثُونَ شَابًّا عَلَيْهِمُ السِّلَاحُ، فَثَارُوا فِي وُجُوهِنَا، فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَبْصَارِهِمْ [ص:355]، فَقَدِمْنَا إِلَيْهِمْ فَأَخَذْنَاهُمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ جِئْتُمْ فِي عَهْدِ أَحَدٍ، أَوْ هَلْ جَعَلَ لَكُمْ أَحَدٌ أَمَانًا؟» فَقَالُوا: لَا، فَخَلَّى سَبِيلَهُمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا} [الفتح: 24]
Kami dahulu bersama Rosululloh r di Hudaibiyyah di bawah pohon yang dikatakan oleh Alloh  dalam Al-Qur’an. Dan jatuh dari ranting pohon itu di atas punggung Rosululloh r sedangkan Ali bin Abi Tholib dan Suhail bin Amr berada di hadapan beliau, maka beliau r berkata kepada Ali t: “Tulislah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,” maka Suhail bin Amr mengambil tangannya dan mengatakan: “Kami tidak mengetahui الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, tulislah dalam urusan kami apa yang kami ketahui”. Maka Rosululloh r berkata: “Tulislah “« بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ»  maka Ali t menulis: “Ini adalah perdamaian Rosululloh r untuk penduduk Mekkah”, lalu Suhail bin Amr menahan tangannya dan mengatakan: “Maka sungguh kami telah menzolimi kamu jika kamu adalah Rosul (utusan) Alloh, tulislah dalam urusan kami apa yang kami ketahui”, maka Rosululloh r mengatakan: “Tulislah ini adalah perdamaian Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muttholib dan aku adalah utusan Alloh”, maka Ali pun menulisnya. Ketika kami dalam keadaaan itu, tiba-tiba keluar 30 pemuda membawa senjata, maka mereka berhamburan di hadapan kami, lalu Rosululloh r mendoakan jelek atas mereka, maka Alloh r menghilangkan pandangan mereka, maka kami datangi mereka dan kami tangkap mereka, lalu Rosululloh r berkata: “Apakah kalian datang dalam perjanjian seseorang, ataukah ada seseorang yang memberi keamanan untuk kalian?” Mereka menjawab: “Tidak,” lalu Rosululloh  melepaskan mereka, maka Alloh  menurunkan ayat
{وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا} ([19])
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)
26. ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Alloh menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Alloh mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Alloh Maha mengetahui segala sesuatu.
            Yaitu ketika mereka menolak untuk ditulis « بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ» dan
«هَذَا مَا صَالَحَ عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ مَكَّةَ» karena kesombongan yang tertanam dalam hati mereka. Dan yang dimaksud dengan kalimat taqwa dalam ayat tadi adalah kalimat LAA ILAHA ILLALLOH. Dan tafsir ini dinukilkan dari Ali bin Abi Tholib([20]), dan Ibnu Umar([21]), Ibnu Abbas t([22]), dan Atho’ bin Abi Robah, Miswar([23]), Sa’id bin Abi Jubair, Atho’ Al-Khurosani([24]), Qotadah dan Amr bin Maimun([25]), dan Ikrimah([26]) dan Mujahid([27]).
            Diriwayatkan dari Ubai bin Ka’b t bahwa dia mendengar Rosululloh r berkata :
{وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى} [الفتح: 26] قَالَ: «لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
“(firman Alloh) Alloh mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa, beliau mengatakan (yaitu) LAA ILAAHA ILLALLOH”.([28])

 لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا (27)
27. Sesungguhnya Alloh akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Alloh dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Alloh mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
Sebelum terjadinya perdamaian Hudaibiyyah, Rosululloh r bermimpi bahwa beliau memasuki Mekkah dan melakukan tawaf di Ka’bah, maka beliaupun mengkhabarkan mimpinya itu kepada para sahabatnya dan ketika itu beliau di Madinah. Kemudian ketika mereka berangkat ke Mekkah di tahun Hudaibiyyah([29]), sahabat tidak ragu lagi bahwa mimpi Rosululloh r tersebut akan terbukti di tahun ini, namun yang terjadi mereka tidak dapat memasuki Mekkah di tahun ini hingga terjadi perdamaian Hudaibiyyah, dan mereka harus kembali ke Madinah namun mereka akan memasuki Mekkah di tahun yang akan datang. Maka terjadilah sedikit kegoncangan di hati sebagian sahabat sampai-sampai Umar t berkata kepada Rosululloh r ” Bukankah Engkau telah mengkhabarkan bahwa kita akan mendatangi Ka’bah dan melakukan tawaf padanya? Beliau menjawab “Benar, tapi apakah aku mengkhabarkan kepadamu bahwa kita akan memasukinya di tahun ini?” Umar t menjawab “tidak”, maka beliau berkata “Sesungguhnya engkau akan memasukinya dan melakukan tawaf padanya”.
            Kemudian setelah kembalinya Nabi r ke Madinah di tahun Hudaibiyyah tersebut yang terjadi di bulan Dzul Qo’dah tahun keenam, beliaupun menetap di Madinah di bulan Dzul Hijjah hingga Muharram. Kemudian di bulan Sofar beliau keluar ke Khoibar dan Alloh Y memenangkannya dalam menaklukkan Khoibar, kemudian beliau kembali ke Madinah. Kemudian pada tahun ketujuh di bulan Dzul Qo’dah keluarlah beliau dan para sahabat yang ikut dalam perdamaian Hudaibiyyah menuju Mekkah untuk melakukan umroh yang dikenal dengan Umrotul qodho’, beliau melakukan ihrom dari Dzul Hulaifah dan membawa hewan sembelihan. Maka Rosululloh r berhasil memasuki kota Mekkah dan para pemuka Quraisy keluar dari Mekkah supaya tidak menyaksikan Rosululloh r dan para sahabatnya karena rasa dengki yang ada dalam hati mereka, adapun selain mereka dari penduduk Mekkah kaum lelaki, wanita dan anak-anak mereka duduk di jalan dan dirumah-rumah mereka menyaksikan Rosululloh r dan para sahabatnya mengucapkan kalimat talbiyyah.
            Maka umrotul qodho’ inilah bukti dan kenyataan dari mimpi Rosululloh r yang dikabarkan oleh Alloh Y dalam ayat ini, mereka dapat memasuki kota Mekkah dalam keadaan aman dan setelah memasukinya mereka tidak merasa takut dari siapapun, sebagian mereka mencukur rambutnya dan sebagian yang lain menguntingnya yang disebut dengan taqshir. Maka Alloh Y mengetahui hikmah dan maslahatnya ketika mereka tidak dapat memasuki Mekkah di tahun keenam dan kemudian memasukinya di tahun ketujuh yang mana hikmah ini  tidak diketahui oleh mereka([30]). Dan sebelum itu Alloh Y telah memberikan kemenangan yang dekat yaitu perdamaian Hudaibiyyah.
            Kemudian Alloh Y memberi kabar gembira kepada kaum mu’minin bahwa Alloh Y akan menolong RosulNya maka Alloh Y berfirman:
 هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (28)
28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Alloh sebagai saksi.
            Rosululloh r diutus oleh Alloh Y dengan membawa petunjuk dan agama yang hak yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal soleh, karena syariat ini mengandung dua perkara yaitu ilmu dan amal, hal ini untuk memenangkan atas semua agama yang ada di muka bumi ini, baik dari kalangan arab ataupun yang bukan arab, maka cukuplah Alloh Y sebagai saksi bahwa Muhammad itu adalah utusan-Nya dan Alloh Y adalah penolongnya.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (29)
29. Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, lalu tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan mereka. Alloh menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
            Dalam ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa Muhammad r itu betul-betul utusan Alloh Y tanpa ada keraguan lagi, kemudian Alloh Y mengkhabarkan beberapa sifat para sahabat Nabi r, di antara sifat mereka yang pertama adalah mereka bersifat keras terhadap orang-orang kafir dan mereka sangat berkasih sayang terhadap kaum mu’minin, sebagaimana Alloh Y berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, Maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir. {QS: Al-Maidah : 54}
Dan Rosululloh r bersabda dalam hadits Nu’man bin Basyir t:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Permisalan kaum mu’minin dalam saling cinta, saling sayang dan kelemahlembutan mereka seperti satu jasad, jika mengeluh darinya satu anggota badan maka akan saling menyerulah untuknya semua jasadnya karena begadang dan demam”. Bukhori Muslim.
Sifat yang kedua : mereka ruku’ dan sujud mencari keridhoan Alloh Y, maknanya mereka banyak melakukan solat dan amalan soleh, hal itu dilakukan oleh mereka demi mendapatkan apa yang ada di sisi Alloh Y berupa surga, bukan karena ingin pujian ataupun kenikmatan dunia, hal ini menunjukkan akan keikhlasan mereka dalam amalan.
Sifat yang ketiga: tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud, yaitu tampak di wajah mereka sifat yang baik, khusyu’ dan tawadhu’, karena solat itu membuat wajah menjadi bagus, sebagaimana yang dikatakan oleh As-Suddi.
Sifat yang keempat : mereka melindungi, membantu dan menolong Rosululloh r yang dipermisalkan oleh Alloh Y dengan tunas pohon yang menguatkan pokoknya hingga tumbuh menjadi besar, hal itu untuk menjengkelkan orang-orang kafir([31]).
            Sahabat memiliki banyak kemuliaan yang tidak dimiliki oleh selain mereka, karena itu Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela para sahabatku, demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya seandainya salah seorang dari kalian menginfaqkan semisal gunung Uhud berupa emas, maka dia tidak akan bisa mencapai satu mudnya salah seorang dari mereka tidak pula setengahnya”. Bukhori Muslim.


SURAT AL-HUJUROT
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1)
  1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Allloh Y mengajarkan kepada kaum mu’minin adab yang baik dalam bergaul terhadap Rosululloh r agar memuliakan beliau, menghormati dan mengagungkannya. Makna ayat: janganlah mendahului Rosululloh r dalam segala perkara, bahkan kamu harus mengikut kepada Rosululloh r dalam segala urusan, baik dalam menetapkan keputusan ataupun yang lainnya, dan takutlah kamu kepada Alloh Y dalam hal yang telah diperintahkan-Nya kepadamu, sesungguhnya Alloh Y maha mendengar terhadap semua perkataanmu, dan maha mengetahui atas niatmu.
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2)
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus  amalan kalian, sedangkan kalian tidak menyadari.
            Ini merupakan adab berikutnya yang diajarkan Alloh Y terhadap kaum mu’minin, agar mereka tidak mengangkat suaranya di hadapan Rosululloh r melebihi dari suara beliau, begitu pula mereka dilarang untuk mengeraskan suara ketika berbicara kepada Rosululloh r seperti dia berbicara dengan musuhnya, bahkan mereka harus berbicara dengan beliau dengan penuh hormat dan ketenangan. Yang demikian itu dilarang  oleh Alloh Y karena ditakutkan akan meyebabkan beliau marah, maka Allohpun akan marah karena marahnya beliau, sehingga Alloh Y akan menghapus amalan orang yang telah membuat Rosululloh r marah sedangakan orang itu tidak menyadari. Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang meridhokan Alloh tanpa dia peduli/menyadari dengan kelimat itu sedangkan Alloh Y mengangkat derajatnya dengan sebab kalimat itu, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang yang membuat Alloh Y murka tanpa dia peduli/menyadari dengan kalimat itu sedangkan dia jatuh dalam neraka dengan sebab kalimat itu.” HR. Bukhori
 إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3)
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
            Ini merupakan anjuran dan bimbingan dari Alloh Y untuk merendahkan suara di hadapan Rosululloh r, dan orang-orang yang merendahkan suaranya di hadapan Rosululloh r mereka itulah yang diuji hatinya untuk bertaqwa yaitu Alloh Y menjadikan hatinya berhak menjadi pemilik ketaqwaan, dan Alloh Y akan memberi ampunan dan pahala yang besar bagi mereka.
 إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4)
4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
            Ini merupakan celaan bagi orang-orang yang memanggil Rosululloh r dari balik rumahnya sebagaimana yang dilakukan oleh para badwi, Alloh Y katakan mereka itu tidak mengerti.
وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
5. dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka Sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
            Setelah Alloh Y mencela mereka, Alloh Y membimbing mereka akan adab yang baik dalam hal memanggil  Rosululloh r  yaitu dengan mereka bersabar sampai Rosululloh r keluar menemui mereka, sekiranya mereka melakukan hal itu maka itu adalah kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat. Kemudian Alloh Y menganjurkan mereka agar bertaubat karena Alloh Y maha pengampun lagi maha penyayang.
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
            Ini merupakan perintah dari Alloh Y agar meneliti berita yang dibawa oleh orang yang fasik, agar tidak memutusakan hukum berdasarkan ucapannya sehingga dia menjadi keliru ataupun pendusta karena berita tidak sesuai dengan kenyataan yang ada([32]).
 وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7)
7. dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam kebanyakan urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, akan tetapi Alloh menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
            Ketahuilah bahwa di tengah-tengah kalian ada Rosululloh r, maka agungkanlah beliau, dan seganlah dan beradablah terhadapnya dan tunduklah terhadap perintahnya, sesungguhnya beliau lebih mengerti tentang maslahat kalian daripada kalian, pandangan beliau untuk kalian itu lebih sempurna dari pada pandangan kalian terhadap diri kalian sendiri, seandainya beliau menuruti kalian dalam semua pilihan kalian maka hal itu akan menimbulkan kesulitan dan kesusahan bagi kalian. Akan tetapi Alloh Y menjadikan kalian itu cinta kepada keimanan dan menjadikannya indah di hati-hati kalian, dan menjadikan kalian itu benci terhadap kekufuran, kefasikan (dosa-dosa besar) dan seluruh kemaksiatan, dan mereka yang tersifati dengan sifat-sifat ini mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
 فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
8. sebagai karunia dan nikmat dari Alloh. dan Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
            Pemberian yang telah dianugerahkan kepada kalian ini merupakan karunia dan nikmat Alloh Y kepada kalian, dan Alloh Y maha mengetahui terhadap orang yang berhak mendapatkan petunjuk dan maha bijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat dan taqdirnya.
 وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9)
9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang([33]) hendaklah kalian damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu bertindak lalim terhadap yang lain, hendaklah yang bertindak lalim itu kalian perangi sampai surut kembali pada perintah Alloh. kalau mereka telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kalian berlaku adil; Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berlaku adil.
            Alloh Y memerintahkan agar mendamaikan antara kaum mu’minin yang bertikai dan berperang, dan jika satu pihak masih bertindak lalim terhadap pihak yang lain maka perangilah pihak yang lalim itu sampai mereka kembali kepada perintah Alloh dan Rosul-Nya, tunduk terhadap kebenaran dan mentaatinya, dan jika pihak itu mau kembali dan tunduk kepada kebenaran maka damaikanlah antara dua pihak itu dengan cara yang adil karena sesungguhnya Alloh Y mencintai orang-orang yang berlaku adil.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)
10. orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudara kalian itu dan takutlah terhadap Alloh, supaya kalian mendapat rahmat.
            Sesungguhnya kaum mu’minin  itu adalah saudara seagama, sebagaimana Rosululloh r bersabda dalam hadits Ibnu Umar t :
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
“Seorang muslim adalah saudara seorang muslim, maka tidak boleh mendzoliminya dan tidak pula membiarkannya (bersama orang yang menyakitinya).” HR. Bukhori Muslim.
            Maka damaikanlah antara mereka yang saling berperang itu karena mereka saling bersaudara, dan takutlah kalian kepada Alloh Y dalam segala urusan kalian supaya kalian mendapat rahmat, ini merupakan pernyataan dari Alloh Y bagi orang yang bertaqwa bahwa mereka akan mendapat rahmat Alloh Y.
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11)
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kaum laki-laki merendahkan kaum laki-laki yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula kaum wanita merendahkan kaum wanita lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan Janganlah suka mencela antara sesama kalian dan jangan memanggil dengan gelar-gelar buruk. Seburuk-buruk sifat adalah kefasikan sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
            Alloh Y melarang kaum mu’minin lelaki dan wanita untuk meremehkan dan mengejek orang lain, karena bisa jadi yang diremehkan itu lebih baik daripada yang meremehkan, dan Alloh Y juga melarang untuk mencela orang lain dan juga memanggil seorang mu’min dengan gelar([34]), karena itu merupakan seburuk-buruk panggilan, itulah yang dimaksud dengan kalimat fasik dalam ayat tadi, yaitu saling memanggil dengan gelar, dan barangsiapa yang tidak bertobat dari perbuatan ini maka dia termasuk dari orang yang dzolim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat ini Alloh Y melarang 3 perkara:
Yang pertama : melarang dari prasangka buruk terhadap seorang mu’min, sebagaimna Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا،
“Hati-hatilah kalian dari persangkaan, sesungguhnya persangkaan itu adalah sedusta-dustanya berita, dan janganlah mncari-cari keburukan orang lain dan janganlah mencari-cari informasi (tentang orang lain), dan janganlah saling membenci, dan menjadilah kalian bersaudara.” HR. Bukhori Muslim.
Yang kedua : mencari-cari keburukan orang lain, sebgaimana dalam hadits Abu Huroiroh t yang telah lalu.
Yang ketiga : Ghibah, yaitu menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana Rosululloh r telah mentafsirkannya dalam hadits Abu Huroiroh t :
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ «قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
“Dikatakan : wahai Rosululloh apakah ghibah itu? Beliau menjawab : “Kamu menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Dikatakan lagi: “Bagaimana menurutmu jika pada saudaraku itu betul-betul ada yang aku katakan?” Beliau menjawab : “Jika padanya betul-betul ada apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah menghibahi dia, dan jika tidak ada padanya maka kamu telah membuat kebohongan atasnya”. HR. Abu Dawud.
            Kemudian Alloh Y memisalkan perkara ghibah ini dengan memakan daging seorang muslim yang sudah mati, yaitu sebagaimana tabiat kalian tidak suka untuk memakan daging seorang muslim yang sudah mati maka demikianlah hendaknya kalian tidak suka untuk menghibah seorang muslim, karena akibat dan hukuman ghibah itu lebih menyakitkan dari pada hukuman memakan daging seorang muslim yang sudah mati, karena kehormatan seorang muslim itu haram untuk dirusak, sebagaimana Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh r :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Setiap muslim atas muslim yang lain haram, yaitu darahnya, hartanya dan kehormatannya”. HR Muslim
            Dan takutlah kalian kepada Alloh Y atas semua perintah dan larangannya, sesungguhnya Alloh Y maha penerima taubat orang yang bertobat kepada-Nya([35]) dan maha penyayang bagi orang yang mau kembali kepada-Nya.
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
            Dalam ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa manusia itu diciptakan dari satu jiwa, kemudian menciptakan pasangannya dari jiwa tersebut, yaitu Adam dan Hawa, kemudian menjadikan manusia itu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Karena itu janganlah berbuat ghibah karena sesungguhnya manusia itu diciptakan dari satu jiwa yang memiliki kedudukan yang sama karena semua asalnya dari tanah. Yang membedakan antara mereka hanyalah ketaqwaan, karena itu Alloh Y mengatakan: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh Y ialah orang yang paling taqwa di antara kalian” yaitu kemuliaan di sisi Aloh Y hanyalah diukur dengan ketaqwaan seseorang, bukan karena bagus dan mulianya keturunan. Rosululoh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Alloh Y tidak melihat kepada bentuk dan harta kalian, akan tetapi melihat kepada hati dan amalan kalian”. HR. Muslim.
 قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)
14. orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah islam, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Alloh dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
            Dalam ayat ini Alloh Y mengingkari orang-orang badwi yang baru masuk islam kemudian mengaku-ngaku bahwa dirinya telah mencapai derajat iman padahal keimanan mereka belumlah kokoh dalam hati mereka. Maka ayat ini menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus dan lebih tinggi derajatnya dari pada islam, maknanya setiap orang yang beriman (mu’min) pasti dia itu muslim, tapi tidak setiap muslim dia itu mu’min dengan iman yang sempurna. Dan ini merupakan keyakinan ahlu sunnah, menunjukkan atas hal itu hadits Jibril ketika menanya Rosululloh r tentang islam kemudian tentang iman kemudian tentang ihsan, maka hal itu menunjukkan bahwa Iman itu lebih khusus daripada islam, dan ihsan itu lebih khusus daripada iman. Dan Hadits Sa’d bin Abi Waqqosh t :
قَسَمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَعْطِ فُلَانًا فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْ مُسْلِمٌ» أَقُولُهَا ثَلَاثًا، وَيُرَدِّدُهَا عَلَيَّ ثَلَاثًا «أَوْ مُسْلِمٌ»
“Rosululloh r membagikan suatu bagian, maka aku berkata : “Wahai Rosululloh berilah si fulan sesungguhnya dia itu mu’min,” Maka Rosululloh r menjawab:  “Ataukah muslim?”, aku mengulangi ucapanku itu sebanyak tiga kali dan Rosululloh r mengulanginya untukku: “Ataukah muslim?” sebanyak tiga kali. HR Bukhori Muslim.
            Maka hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus daripada islam, karena Rosululloh r membedakan antara iman dengan islam. Dan orang-orang badwi yang disebutkan dalam ayat tadi mereka adalah termasuk dari kaum muslimin bukan dari kaum munafiqin, hanya saja Alloh Y memberikan adab kepada mereka agar tidak mengaku-ngaku memiliki iman yang hakiki sementara mereka belum sampai derajat itu, dan ini adalah makna ucapan Ibnu Abbas, Ibrohim An-Nakho’i dan Qotadah, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh. mereka Itulah orang-orang yang benar.
            Yaitu orang yang beriman dengan iman yang sempurna mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka tidak ragu dengan hal itu bahkan mereka kokoh dalam satu keadaan yaitu benar-benar percaya dan membenarkan, dan mereka adalah orang-orang yang mencurahkan harta dan jiwa mereka di jalan Alloh Y, maka mereka itulah orang-orang yang jujur dan benar dalam ucapan mereka jika mereka berkata bahwa “Kami adalah orang beriman,” bukan seperti orang-orang badwi tadi.
 قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16)
16. Katakanlah: “Apakah kalian akan memberitahukan kepada Alloh tentang agama kalian, padahal Alloh mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Alloh Maha mengetahui segala sesuatu?”
            Yaitu : apakah kalian memberitahukan kepada Alloh Y akan apa yang tersembunyi dalam hati kalian? Sedangkan Alloh Y tidak ada yang samar baginya sedikitpun yang ada di bumi dan di langit dari benda kecil ataupun yang besar karena Alloh Y maha mengetahui segala sesuatu.
 يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17)
17. mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kalian, sebenarnya Alloh, Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
            Yaitu orang-orang badwi merasa telah memberi nikmat kepada Rosululloh r dengan keislaman dan pertolongan mereka terhadap Rosululloh r, maka Alloh Y membantah mereka bahwa mereka jangalah merasa telah memberi nikmat kepada Rosululloh r dengan keislaman mereka, bahkan Allohlah yang telah memberi nikmat kepada mereka dengan menunjuki mereka kepada keimanan.
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
18. Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Alloh Maha melihat apa yang kalian kerjakan.


SURAT QOOF
بسم الله الرحمن الرحيم
ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ (1)
1. Qaaf, demi Al Quran yang sangat mulia.
            Alloh Y bersumpah dengan Al-Qur’an yang mulia dan agung, yang diturunkan dari sisi Alloh Y, yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun.
 بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2)
2. (mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir :”Ini adalah suatu yang amat ajaib”.
            Yaitu orang-orang kafir merasa aneh akan diutusnya seorang Rosul dari kalangan manusia sebagai pemberi peringatan kepada mereka.
 أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3)
3. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi) ?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.
            Orang-orang kafir merasa aneh juga akan terjadinya hari kebangkitan sehingga mereka mengatakan: “Kalau kita mati dan tubuh sudah hancur dan kita sudah menjadi tanah, apakah mungkin kita akan dibangkitkan kembali, maka tidak mungkin kebangkitan itu akan terjadi.”
 قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْأَرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4)
4. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat).
            Yaitu : Sungguh Alloh Y telah mengetahui bahwa bumi telah menghancurkan tubuh mereka dan ke manakah dan menjadi apakah tubuh yang hancur itu, sesungguhnya di sisi Alloh Y ada kitab yang mencatat hal itu semua
 بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ (5)
5. sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.
            Demikianlah keadaan orang yang keluar dari jalur kebenaran, maka bagaimanapun mereka bicara ucapan mereka itu akan batil.
 أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ (6)
6. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
            Alloh Y mengkhabarkan kepada hamba akan sempurnanya kemampuan Alloh Y, sebagai perhatian untuk mereka bahwa penciptaan langit yang besar dengan bentuk yang sangat kokoh yang telah dihiasi dengan bintang-bintang itu lebih agung dan menakjubkan, maka kenapa mereka harus merasa heran dan menganggap tidak mungkin akan terjadinya hari kebangkitan, padahal itu lebih mudah di sisi Alloh Y.
 وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (7)
7. dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
            Begitu juga dengan penciptaan bumi dalam bentuk terhampar dan luas, kemudian diletakkan gunung-gunung agar bumi itu tidak goncang, dan ditumbuhkan padanya segala jenis tumbuhan yang indah dipandang mata.
 تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ (8)
8. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Alloh).
            Dengan meyaksikan penciptaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya dari tanda-tanda kebesaran Alloh Y, itu merupakan bukti dan peringatan bagi hamba yang tunduk, takut dan kembali kepada Alloh Y.
 وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ (9)
9. dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun dan biji-biji tanaman yang diketam,
وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (10)
10. dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun,
 رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ (11)
11. untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.
            Alloh Y memisalkan hari kebangkitan itu dengan tanah yang tandus yang tidak dapat menumbuhkan tanaman, kemudian ketika air hujan turun membasahi tanah tersebut, maka tanah itu menjadi subur kembali dan menumbuhkan tanaman-tanaman yang indah dipandang mata. Ini menunjukkan bahwa Alloh Y mampu membangkitkan setelah kematian, tanah yang tandus saja dapat disuburkan kembali oleh Alloh Y, maka makhluk yang sudah hancurpun dapat dihidupkan kembali oleh Alloh Y karena hal itu lebih mudah di sisi Alloh Y.
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ (12)
12. sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Ross dan Tsamud,
            Alloh Y mengancam kaum kafir Quroisy yang telah mendustakan Rosululloh r, dengan menyebutkan bagaimana akibat yang dialami oleh para kaum sebelum mereka ketika mereka mendustakan nabi Alloh Y. Alloh Y hancurkan mereka dengan menurunkan azab yang pedih kepada mereka. Seperti kaumnya Nuh r yang telah ditenggelamkan Alloh Y dalam banjir yang sangat besar, demikian juga Alloh Y hancurkan penduduk negeri Ross, demikian pula dengan kaum Tsamud yang telah ditimpa bencana gempa bumi.
 وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ (13)
13. dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth,
            Demikian juga dengan kaum ‘Aad yang telah dihancurkan Alloh Y dengan angin topan, begitu pula dengan kaum Luth kaum Sodom yang telah dihancurkan Alloh Y dengan hujan batu.
 وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ (14)
14. dan penduduk Aikah serta kaum Tubba’ semuanya telah mendustakan Rasul- Rasul Maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan.
            Begitu juga yang dialami oleh penduduk Al-Aikah yaitu kaumnya Syu’aib r, Alloh Y hancurkan mereka dengan gempa bumi, dan kaum Tubba’ yaitu kaum Saba’ di negeri Yaman yang telah dihancurkan Alloh Y  dengan banjir besar akibat runtuhnya bendungan Ma’rib. Semua kaum ini telah mendustakan Rosul Alloh Y, dan barangsiapa mendustakan seorang Rosul maka dia telah mendustakan semua Rosul. Maka mereka berhak mendapatkan azab yang telah diancamkan Alloh Y kepada mereka. Maka berhati-hatilah orang-orang yang mendustakan Rosul akan menimpa mereka azab yang pedih sebagaimana telah menimpa para ummat sebelum mereka,
 أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ (15)
15. Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.
            Apakah penciptaan pertama itu membuat kami lemah sehingga mereka ragu bisa dibangkitkan kembali di hari kebangkitan?! Kalau penciptaan pertama saja tidak melemahkan kami maka membangkitkan makhluk itu lebih mudah bagi kami.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
16. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
            Alloh Y mengkhabarkan bahwa Alloh Y itu sang pencipta dan mengetahui segala sesuatu, sampai bisikan hati manusiapun baik dan buruknya Alloh Y mengetahuinya. Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَمَّا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ، أَوْ تَكَلَّمْ بِهِ
“Sesungguhnya Alloh Y memaafkan ummatku dari apa yang dibisikkan oleh jiwanya, selama tidak mengamalkannya atau mengucapkannya”. HR. Bukhori Muslim.
            Dan makna firman Alloh Y: “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” yang dimaksud dengan kalimat kami adalah malaikat-Nya, maka maknanya adalah: malaikat Alloh Y lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya dengan izin Alloh Y, bukan maknanya Alloh Y menyatu atau menempati dalam diri makhluknya, sesungguhnya Alloh Y tidak menyatu atau menempat di makhluknya, ayat ini seperti firman Alloh Y yang tercantum dalam surat Al-Waqi’ah ayat 85:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ
“dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat”
 إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17)
17. (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri([36]).
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
            Tidak seorangpun mengucapkan suatu ucapan melainkan ada malaikat yang mengawasinya dengan mencatat ucapannya, baik ataupun buruknya. Dikatakan oleh ulama': malaikat yang di sebelah kanan mencatat amal baiknya sedangkan yang di sebelah kiri mencatat amal buruknya.
            Ulama’ berselisih yang apakah yang dicatat itu semua ucapan, ataukah hanya ucapan yang memiliki balasan baik ataupun buruk? Yang dipilih oleh Ibnu Katsir adalah yang pertama, yaitu semua ucapan berdasarkan keumuman ayat tadi.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19)
19. dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
            Sekerat maut yang selalu kamu hindari benar-benar datang menjemputmu. Ayat ini menunjukkan bahwa maut itu diringi dengan sekarat, sebagaimana Rosululloh r bersabda dalam hadits Aisyah t :
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
” LAA ILAHA ILLALLOH sesungguhnya maut itu memiliki sekarat”. HR. Bukhori
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20)
20. dan ditiuplah sangkakala([37]). Itulah hari terlaksananya ancaman.
وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21)
21. dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang Malaikat penggiring dan seorang Malaikat penyaksi.
            Yaitu malaikat yang menggiringnya kepadang mahsyar dan malaikat yang memberi persaksian atas amalannya.
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)
22. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.
            Yaitu setiap jiwa itu lalai dari hari kebangkitan ini, maka ketika mereka telah menyaksikan hari kiamat itu, barulah mereka sadar dan penglihatan merekapun melihatnya dengan pandangan tajam dan kuat, karena setiap orang di hari itu akan jelas baginya perkara ini, sampai orang kafirpun mustaqim ketika itu, namun istiqomah mereka tidak lagi memberi manfaat kepada mereka.
وَقَالَ قَرِينُهُ هَذَا مَا لَدَيَّ عَتِيدٌ (23)
23. dan yang menyertai dia berkata : “Inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku”.
            Yaitu malaikat yang diberi tugas untuk mencatat amalan manusia akan memberikan persaksian, catatan amalan itu akan dihadirkan tanpa ada tambahan dan pengurangan.
أَلْقِيَا فِي جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّارٍ عَنِيدٍ (24)
24. Alloh berfirman : “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan menentang,
            Maka ketika manusia sudah dibangkitkan diakherat, maka tegaklah hari perhitungan, dan Alloh Y menetapkan hukum kepada makhluk sesuai dengan keadilannya, maka hukuman bagi orang yang kafir yang mendustakan dan menentang kebenaran adalah neraka Jahannam. Dan yang diperintah oleh Alloh Y untuk melemparkan orang-orang kafir kedalam neraka Jahannam dalam ayat ini adalah dua malaikat yaitu setelah malaikat menyeretnya ke lapangan perhitungan dan malaikat yang menjadi saksi telah memberikan persaksian atas amalan dan ingkarnya, maka Alloh Y perintah kedua malaikat itu untuk melemparkan orang kafir tersebut kedalam Jahannam.
مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُرِيبٍ (25)
25. yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu,
            Orang kafir tersebut tidak menunaikan hak-hak yang wajib dia tunaikan, melampaui batas dalam mengeluarkan hartanya dan ragu-ragu dalam urusannya.
 الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي الْعَذَابِ الشَّدِيدِ (26)
26. yang menyembah sembahan yang lain beserta Alloh, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat keras”.
            Dan orang kafir tersebut mempersekutukan Alloh Y dengan yang yang lain, maka hukuman bagi orang tersebut adalah siksa yang pedih.
 قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (27)
27. Qorin (yang menyertai) dia berkata (pula): “Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”.
            Qorinnya adalah syetan([38]), maka ketika telah terjadi hari perhitungan, syetan itu ingin berlepas diri dari perbuatannya menyesatkan manusia, maka diapun berkata bahwa dia tidak menyesatkan orang kafir itu, akan tetapi dia sendiri yang menyesatkan dirinya dan menerima kebathilan dan menentang kebenaran. Seperti dalam firman Alloh Y :
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
22. dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruan kalian, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalianpun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Alloh) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. QS. Ibrohim : 22.

 قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ (28)
28. Alloh berfirman : “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, Padahal sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepada kalian”.
            Di hari kiamat nanti, manusia akan bertengkar dengan qorinnya (syetan yang menyesatkannya) di hadapan Alloh Y, manusia mengatakan bahwa qorinnya itulah yang telah menyesatkannya, maka qorinnyapun berlepas diri dan mengatakan: “Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”. Maka Alloh Y berkata kepada mereka: “Janganlah kalian bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya aku dahulu telah memberikan ancaman kepada kalian” Yaitu memberi peringatan melalui lisan para Rosul, dan telah menurunkan kitab dan telah menegakkan hujjah, maka tidak ada lagi udzur bagi mereka.
 مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (29)
29. keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku
            Yaitu Alloh Y tidak menganiaya hamba-Nya dengan mengazabnya karena dosa orang lain, tetapi Alloh Y mengazabnya dengan sebab dosanya sendiri setelah ditegakkan hujjah atasnya.
 يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلَأْتِ وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ (30)
30. (dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada Jahannam : “Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab : “Masih ada tambahan?”
            Maka di hari kiamat nanti Alloh Y akan berbicara dengan Jahannam dan Alloh Y bertanya kepadanya: “Apakah kamu sudah penuh?”, karena Alloh Y menjanjikan akan memenuhi Jahannam dengan jin dan manusia, maka Jahannam pun menjawab ” Apakah masih ada tambahan?”, maka Alloh Y meletakkan telapak kakinya ke dalam Jahannam, barulah Jahannam mengatakan “cukup”, sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t bahwa Rosululloh t bersabda :
يُقَالُ لِجَهَنَّمَ: هَلِ امْتَلَأْتِ، وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ، فَيَضَعُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدَمَهُ عَلَيْهَا، فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ
“Dikatakan kepada Jahannam: “Apakah kamu sudah penuh?” Jahannam menjawab: “Apakah ada tambahan?” Maka Alloh Y meletakkan telapak kaki-Nya ke dalamnya, maka Jahannam berkata: “Cukup, cukup”([39]). HR Bukhori. Dan diriwayatkan juga dari hadits Anas t,
 وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31)
31. dan didekatkanlah syurga itu kepada orang-orang yang bertaqwa, tiada jauh.
            Pada hari kiamat syurga akan didekatkan kepada orang-orang yang bertaqwa, dan firman Alloh Y “Tiada jauh” yaitu perkara itu bukan sesuatu yang jauh kemungkinannya terjadi, karena hal itu pasti terjadi.
 هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32)
32. Inilah yang dijanjikan kepada kalian, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Alloh) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya)
مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33)
33. (yaitu) orang yang takut kepada Ar-Rohman (Alloh yang Maha Pemurah) sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,
            Yaitu orang yang tetap takut kepada Alloh Y walaupun dalam keadaan yang tersembunyi yang tidak ada yang melihatnya kecuali Alloh Y, dan bertemu dengan Alloh Y di hari kiamat dengan hati selamat dan tunduk kepadanya.
 ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34)
34. masukilah syurga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan.
            Masukilah syurga itu dengan aman dari azab Alloh Y, dan malaikat bersalam kepadanya, itulah hari kekekalan, mereka kekal di dalam syurga tidak akan keluar darinya dan tidak pula mati selama-lamanya.
لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)
35. mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.
            Yaitu apa saja yang diinginkan oleh mereka di dalam syurga, mereka akan mendapatkannya. Dan Firman Alloh Y “Dan pada sisi Kami ada tambahannya”, yang dimaksud dengan tambahan adalah penduduk syurga akan melihat Alloh Y. Sebagaimana dalam hadits Shuhaib t:
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ، وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ، فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ 
“Apabila penduduk syurga telah masuk syurga, Alloh Y bertanya : “Apakah kalian ingin sesuatu aku tambahkan untuk kalian?” Maka mereka menjawab : “Bukankah Engkau telah telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Maka Alloh Y menyingkap penutupnya, maka mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka sukai daripada melihat Robb mereka([40]).” HR. Muslim.
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ (36)
36. dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?
            Para ummat sebelum mereka ini telah banyak dibinasakan oleh Alloh Y karena mereka mendustakan para Rosul, padahal para ummat itu lebih kuat dan telah menjelajahi dan memakmurkan bumi, namun ketika datang azab Alloh Y apakah kekuatan yang mereka miliki itu dapat menyelamatkan mereka dari azabNya?! Maka kalian juga para pendusta Rosul r, kalian juga tidak akan dapat lari dan menyelamatkan dari azab Alloh Y.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37)
37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.
            Sesungguhnya hal itu menjadi pelajaran bagi orang yang berakal dan dan menggunakan pendengarannya untuk mendengarkan peringatan sehingga dia memahaminya.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ (38)
38. dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.
            Alloh Y telah menciptakan langit dan bumi dan yang ada antara keduanya dalam enam hari, yaitu hari ahad sampai hari jum’at sebagaimana dalam hadits. Maka berkatalah orang-orang yahudi bahwa Alloh Y istirahat di hari sabtu karena lelah setelah menciptakan keduanya dalam enam hari, dan mereka menamai hari sabtu itu dengan hari beristirahat, maka Alloh Y bantah kedustaan mereka ini dengan ucapannya “Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan”.

 فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ (39)
39. Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan memuji Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).
            Yaitu bersabarlah terhadap perkataan orang-orang yang mendustakan. Dan yang dimaksud dengan tasbih sebelum terbit dan sebelum tenggelamnya matahari adalah solat di dua waktu ini, Yaitu solat subuh dan solat asar. Berdasarkan hadits Jarir bin Abdillah t bahwa Rosululloh r bersabda :
«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا لاَ تُضَامُونَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، فَافْعَلُوا»، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الغُرُوبِ
“Sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian sebagaimana kalian melihat (bulan purnama) ini kalian tidak berdesak-desakan untuk melihatnya, dan jika kalian mampu untuk tidak dikalahkan (lalaikan) dari solat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelamnya maka lakukanlah, kemudian beliau membaca ayat ini ( yang artinya) ” dan bertasbihlah dengan memuji Robbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam”. HR Bukhori Muslim
 وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ (40)
40. dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.
            Yaitu solat tahajjudlah kamu di malam hari sebagaimana dalam firman Alloh Y :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
79. dan pada sebahagian malam hari solat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Robb-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. QS. Al-Isro’ : 79.
            Dan bertasbihlah (dzikir) kamu setelah solat, seperti dalam hadits Abu Huroiroh t Rosululloh r bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ» قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولُ اللهِ قَالَ: «تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً»
“Maukah kalian aku ajari sesuatu yang dengannya itu kalian bisa mendapati (mengejar) orang yang telah mendahului kalian dan dengannya itu kalian mendahului orang yang setelah kalian, dan tidak seorangpun lebih baik dari kalian kecuali yang melakukan seperti yang kalian lakukan?, Mereka menjawab “tentu saja wahai Rosululloh”, maka Rosululloh r berkata: “Kalian bertasbih dan bertakbir, dan bertahmid selesai solat sebanyak 33 kali”. HR. Muslim
 وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ (41)
41. dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.

 يَوْمَ يَسْمَعُونَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُرُوجِ (42)
42. (yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya Itulah hari ke luar (dari kubur).
 Yaitu pada hari ketika mereka mendengar tiupan sangkakala yang kedua dan itulah hari kebangkitan
 إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَإِلَيْنَا الْمَصِيرُ (43)
43. Sesungguhnya Kami menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada Kami-lah tempat kembali (semua makhluk).
            Allohlah yang menciptakan makhluk dari permulaan kemudian akan menghidupkannya kembali dan itu mudah bagi-Nya, dan semua makhluk akan kembali kepadanya dan dibalas sesuai dengan amalannya, jika amal baik maka balasannya baik pula, dan jika amal buruk maka balasannya buruk pula.

يَوْمَ تَشَقَّقُ الْأَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًا ذَلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيرٌ (44)
44. (yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka ke luar) dengan cepat. yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi kami.
            Yaitu Alloh Y akan menurunkan hujan dari langit, kemudian dengan hujan itu jasad para makhluk akan tumbuh di dalam kubur seperti tumbuhnya benih tanaman ditanah, dan ketika jasad-jasad itu telah tumbuh dengan sempurna, maka Alloh Y perintahkan Isrofil untuk meniup sangkakala yang kedua, dan setiap roh kembali kejasadnya dan bumi terbelah menmpakkan mereka, maka merekapun keluar dengan cepat menuju ke tempat perhitungan, menunaikan perintah Alloh Y. Dan yang paling pertama diperlihatkan oleh bumi adalah Rosululloh r, sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id Al-khudri t Rosululloh r bersabda :
فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ
” Maka akulah yang pertama diperlihatkan oleh bumi”. HR. Bukhori
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ (45)
45. Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.

            Kami mengetahui perkataan kaum musyrikin dalam mendustakanmu, dan kamu sekali-kali tidak bisa memaksa mereka untuk mendapat petunjuk, maka sampaikanlah risalah Robbmu, sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran hanyalah yang takut kepada Alloh Y dan ancamannya dan mengharapkan janjinya.

Selesailah tafsir ringkas dari juz 26 ini dengan pertolongan Alloh ta’ala semata.

([1]) Ayat ini merupakan salah satu dalil yang menunjukkan bahwa Alloh itu di atas langit, karena lafadz turun menunjukkan dari atas. Selain itu ayat ini juga menunjukkan tauhid asma’ wasifat (nama dan sifat-sifat Alloh ), kerena Alloh telah menamai diri-Nya dengan Al-Aziz yang mengandung sifat keperkasaan, dan Al-Hakim yang mengandung sifat hikmah dalam ucapan dan perbuatan.
([2])ulama’ berselisih tentang bilangan ulul azmi ini, dan pendapat yang masyhur ulul azmi itu hanya lima Rosul yaitu Nuh r, Ibrohimr, Musar, Isar, Muhammad r. Adapun pendapat syekh Muhammad bin Hizam, maka semua Rosul adalah ulul azmi kecuali Adam r karena Alloh berfirman:
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
115. dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
 Dan pendapat ini kuat menurut kami karena semua Rosul itu memiliki keteguhan hati dalam ujian.

([3]) Diriwayatkan imam Tirmidzi no 1663, dari jalan Baqiyyah bin Walid dari Buhair bin Sa’d dari Kholid bin Ma’dan dari Miqdam bin Ma’dikarib. Baqiyyah Mudallis tadlis syuyukh, dan jika dia meriwayatkan dari rowi tsiqoh yang ma’ruf dan dia tidak berbuat tadlis maka haditsnya dihukumi jayyid (bagus) dan itu jika dia meriwayatkan dari penduduk Syam seperti Buhairoh dan Muhammad bin Ziyad dan yang lainnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Rojab dalam Ilal. Dan dalam sanad ini dia meriwayatkan dari Buhairoh (penduduk Syam) namun dia memakai lafadz ‘an yang menunjukan dia berbuat tadlis, namun dia tidak bersendirian dalam riwayatnya, dia diikuti (mutaba’ah) oleh Ismail bin Ayyasy dari Buhairoh. Sebagaimana dalam Sunan Ibnu Majah dan Musnad Ahmad.
Ismail bin Ayyasy riwayatnya sohih jika dia meriwayatkan dari penduduk Syam, jika dari selain penduduk Syam maka riwayatnya lemah, dan dalam sanad ini dia meriwayatkan dari penduduk Syam yaitu Buhairoh, maka riwayatnya sohih.
Kesimpulannya sanad hadits ini sohih, akan tetapi terjadi ittirob (kegoncangan /perbedaan lafadz) dalam matan hadits yang timbul dari Ismail bin Ayyasy, sehingga sebagian ulama’ melemahkan hadits ini,adapun Imam Albani maka beliau telah menjelaskan bahwa hadits ini selamat dari ittirob sebagaimana dalam kitabnya “As-Sohihah” no. 3213.
Dan sebatas pengetahuan kami ittirob disini  masih ringan karena hanya tambahan keutamaan yang tercantum dalam hadits sehingga berbeda bilangan, sehingga riwayat Ismail bin Ayyasy masih terkuatkan dengan riwayat Baqiyyah, lebih-lebih Imam Albani menjelaskan bahwa hadits ini selamat dari ittirob, sehingga kami lebih condong dengan pendapat yang mensohihkan hadits ini, walaupun hati masih sedikit ragu karena adanya lafadz dinikahkan dengan 72 bidadari surga, sementara dalam hadits-hadits yang sohih tidak menyebutkan bilangan ini, Allohu a’lam. Lihat tahqiq Musnad Ahmad.
([4]) Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya no. 17783 dan semua rowinya tsiqoh kecuali Abdurrohman bin Tsabit bin tsauban ulama’ berselisih tentangnya, ada yang menstiqohkan dan ada yang mendhoifkan, dan yang dzohir bagi kami dia tidak turun dari hasanul hadits namun terjadi beberapa kekeliruan dalam periwayatannya sehingga dia menyelisihi para rowi yang tsiqoh, karena itu alhafidz mengatakan dia itu soduq yukhti’, dan Abdurrohman ini memiliki beberapa hadits yang diingkari yang dia riwayatkan lewat jalan ayahnya dari Makhul, dan hadits ini dia riwayatkan lewat jalan ini, sedangkan dia tidak punya mutabi’ (yang menguatkannya dalam periwayatan ini) maka tafarrudnya (kesendiriannya dalam riwayat) tidak dapat diterima, maka jalan ini dhoif, namun hadits terangkat menjadi hasan dengan hadits Miuqdam tadi. Allohu a’lam.
([5]) Yaitu ketika matahari terbit dari barat
([6]) Hadits ini diriwayatkan dari dua jalan:
Jalan pertama dari Ibnu Lahi’ah dari Darroj dari Abul Haitsam dari Abu Sa’id Al-Khudri, diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya no 11743, jalan ini punya dua penyakit, yang pertama Ibnu Lahi’ah dho’if, namun dia diikuti oleh Amr bin Harits dari Darroj sebagaimana dalam riwayat Hakim dalam Mustadroknya no 7672. Penyakit yang kedua adalah Darroj karena periwayatannya dari Abul Haitsam dari Abu Sa’id dho’if sebgaimana dalam Tahdzib.
Jalan kedua :dari Laits bin Sa’ad dari Yazid bin Al-Had dari Amr dari Abu Sa’id. Jalan ini semua rowinya tsiqoh, akan tetapi jalan ini terputus (mungqoti’) karena Amr – dia adalah bin Abu Amr sebagaimana dalam Mu’jam Ausath dan Hilyah- tidak punya riwayat dari sahabat kecuali dari Anas, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Albani dalam Sohihah.
                Imam Albani memandang bahwa dengan dua jalan ini hadits terangkat menjadi hasan. Namun yang zhohir bagi kami hadits tidak terangkat menjadi hasan karena kami memilih pendapat bahwa mungqoti’ tidak dapat dijadikan penguat, sedangkan Imam Albani berpendapat bahwa mungqoti’ dapat dijadikan penguat, Allohu A’lam. Namun Hadits ini memiliki penguat secara makna dari Al-Qur’an tentang kisah iblis yang berjanji akan menyesatkan manusia seperti dalam surat Al-An’am ayat 16-17 dan Al-Hijr ayat 39, dan hadits Abu Huroiroh (hadits Qudsi):
أذنب عبد ذنبا فقال اللهم اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى أذنب عبدي ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد فأذنب فقال أي رب اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى عبدي أذنب ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب ثم عاد فأذنب فقال أي رب اغفر لي ذنبي فقال تبارك وتعالى أذنب عبدي ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب اعمل ما شئت فقد غفرت لك
“ Seorang hamba berbuat dosa kemudian berkata “ ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “ hambaku telah berbuat dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang mengampuni dosa dan membalas dosa”, kemudian dia kembali berbuat dosa dan berkata “ ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “ hambaku telah berbuat dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang mengampuni dosa dan membalas dosa”, kemudian dia kembali berbuat dosa dan berkata “ ya Alloh ampunilah dosaku”, maka Alloh berkata “ hambaku telah berbuat dosa dan mengetahui bahwa dia punya Robb yang mengampuni dosa dan membalas dosa, maka berbuatlah sekehendakmu sesungguhnya Aku telah mengampunimu”. HR. Bukhori Muslim dan ini lafadz Muslim.

Maka tidak diingkari bagi yang menghasankan hadits tadi, Allohu A’lam.
([7])  Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya dari jalan Hisyam dari Urwah dari Rosululloh r. Urwah tidak mendapati Rosululloh r, dengan demikian maka haditsnya mursal.
Hadits ini memiliki syahid (penguat) dari haditsnya Sahl bin Sa’d t, disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Mizan I’tidal dalam biografi Miqdam bin Dawud, dari jalan Miqdam dari Dzu’aib bin Umamah dari Abdul Aziz bin Abu Hazim dari ayahnya dari Sahl bin Sa’d. Miqdam dikatakan oleh Nasa’i “laisa bi tsiqoh” dan berkata Ibnu Yunus “takallamu fiih” maka ini adalah jarh syadid (celaan keras), dan Dzu’aib didho’ifkan oleh Imam Daroquthni. Maka hadits ini dho’if tidak bisa terangkat menjadi Hasan, Allohu A’lam.
([8]) Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dan Baihaqi dalam kitab Dala’ilin Nubuwwah dari jalan Sufyan dan Salamah dari Iyadh bin Iyadh dari ayahnya dari Abu Mas’ud t. Iyadh bin Iyadh tarjamahnya disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Jarh Wat-Ta’dil memiliki dua orang murid dan beliau tidak menyebutkan jarh tidak pula ta’dil, maka dia majhul hal, dan ayahnya juga tidak diketahui siapa dia, maka jalan ini dho’if, lihat Majma’ AZ-Zawa’id. Dan diriwayatkan juga dari hadits Ibnu Abbas semkana hadits ini, diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam Mu’jam Ausath dan beliau mengatakan “tidak ada yang meriwayatkan dari As-Suddy melainkan Asbath bin Nasr”, Asbath bin Nasr diperselisihkan, dan dikatakan oleh Ibnu hajar ‘soduq katsirul khoto’, maka tafarrudnya tidak dapat diterima (dhoif), dan dalam sanad juga terdapat Husain bin Amr bin Muhammad Al-Anqory “dhoif” lihat kitab Jarh Wat-Ta’dil dan Majma’ Az-Zawa’id 7/77 cetakan Darul kutub.
([9]) Demikian pula firman Alloh :
وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ
 “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad di antaramu.” QS Alu Imron :42 dan At-Taubah :16.
([10])  Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari jalan Abu Qudamah dari Waki’ dari Abu Ja’far Ar-Rozy dari Robi’ bin Anas dari Abul Aliyyah. Jalan ini lemah karena Abul Aliyyah adalah Tabiin maka haditsnya mursal, dan Abu Ja’far Ar-Rozi yang dia do’if sebgaimana yang dirojihkan oleh syekh Ibnu Hizam –semoga Alloh menjaganya-.
([11]) Disebutkan Ibnu Katsir dari jalan Abdulloh bin Mubarok dari Bukair bin Ma’ruf dari Muqotil bin Hayyan dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Bukair bin Ma’ruf dikatakan oleh Ibnu Hjar “soduq fiihi lin” maka jalan ini dho’if.
([12]) Diriwayatkan oleh Imam Thobari dalam tafsirnya dan Ibnu Hibban dan Imam baghowy dalam Syarah Sunnah dan Tohawy dalam Musykil Al- Atsar dan Thobroni dalam Mu’jam Ausath, semua dari jalan Muslim bin Kholid dari Ala’ bin Abdurrohman dari ayahnya dari Abu Huroiroh t. Muslim bin kholid dikatakan oleh Imam Albani dalam As-Sohihah no 1017 “dia dhoif dari segi hafalannya. Maka hadits ini dhoif. Adapun sabda Rosululloh “seandainya agama itu di sisi Tsuroyya (nama bintang) maka para lelaki Faris (Persia) yang akan meraihnya” ini adalah hadits sohih tanpa ada penyebutan ayat ini. Allohu A’lam.
([13]) Demikianlah keyakinan ahlu sunnah, bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dan ayat ini merupakan salah satu dalil bahwa iman itu bisa bertambah. Demikian pula sebaliknya, iman itu bisa berkurang, sebagaimana dalam hadits
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه ومن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka rubahlah kemungkaran itu dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya. HR Muslim
                Segi pendalilan : dalam hadits ini Rosululloh r menjelaskan adanya iman yang paling lemah, bagi yang tidak mampu mengingkari dengan tangan ataupun lisan maka imannya lemah, hal itu menunjukkan bahwa imannya berkurang.
Dan hadits Abu Huroiroh t :
الإيمان بضع وستون شعبة فأفضلها قول لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان
“ Iman itu memiliki cabang sebanyak 60 lebih, yang paling afdholnya adalah ucapan laa ilaha illoh dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan rintangan dari jalan, dan rasa malu adalah cabang dari iman” HR. Muslim.
 Hadits ini menunjukkan bahwa iman itu bertingkat-tingkat, ada tingkatan yang paling afdhol dan ada yang paling rendah, jika seseorang keimanannya berada dalam tingkatan yang paling rendah maka menunjukkan imannya berkurang. Dan semua dalil bertambahnya iman merupakan dalil bahwa iman bisa berkurang, karena jika iman itu bertambah menunjukkan sebelumnya berkurang.

([14]) Diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad berdasarkan syarat syeikhoin (Al Bukhoriy dan Muslim). Yaitu: rowinya rowi Al Bukhoriy dan Muslim, dan rowi tersebut memang telah mendengar dari rowi yang di atasnya, sebagaimana ditetapkan oleh keduanya Al Bukhoriy dan Muslim.
([15])  Ayat ini berisi gabungan hak Alloh dan hak Rosul-Nya.
                Syaikhul Islam رحمه الله berkata: ta’zir adalah pertolongan, pemuliaan dan dukungan. Dan Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا لِتُؤْمِنُوا بِالله وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا [ الفتح : 8، 9 ]،
“Sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, agar kalian (wahai Mukminin) beriman pada Alloh dan Rosul-Nya, dan kalian menghormati beliau dan memuliakan beliau, dan kalian mensucikan-Nya pada waktu pagi dan petang.”
                Maka ini - dan kalian menghormati beliau dan memuliakan beliau – adalah hak Rosul, kemudian Alloh berfirman tentang hak Alloh ta’ala: “dan kalian mensucikan-Nya pada waktu pagi dan petang.
(“Majmu’ul Fatawa”/1/hal. 67).
([16]) Ayat ini berkaitan dengan tauhid asma’ wasshifat, sebagaimana dalam keyakinan Ahlu sunnah bahwa tauhid terbagi tiga, tauhid Rububiyyah, tauhid Uluhiyyah dan tauhid Asma’ Wasshifat. Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Alloh Y dalam perbuatannya, dan tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Alloh Y dalam peribadatan, dan Tauhid Asma’ Wasshifat adalah mengesakan Alloh Y dalam nama dan sifat-sifatnya. Mengesakan Alloh Y dalam nama dan sifatnya adalah dengan menetapkan nama dan sifat-sifat tersebut sebagaimana Alloh Y telah menetapkannya, dan meyakini maknanya sesuai dengan lafadznya tanpa memalingkan makna tersebut kepada makna yang lain, dan meyakini bahwa nama dan sifat-sifat tersebut tidaklah sama dengan sifat makhluk sehingga tidak menyamakan sifat Alloh Y dengan sifat makhluk. Seperti dalam ayat ini, Alloh Y telah menetapkan bahwa tangan Alloh Y berada di atas tangan-tangan mereka, menunjukkan bahwa Alloh Y memiliki tangan, akan tetapi tangannya Alloh Y tidaklah sama dengan tangannya makhluk, dan kita tidak mengetahui bentuk tangan Alloh Y karena kita tidak pernah menyaksikannya tidak pula Alloh Y mengkhabarkan bentuknya. Dengan demikian kewajiban kita adalah mengimaninya sesuai dengan makna lafadz tersebut. Dan tidak boleh bagi kita untuk memalingkan makna tangan kepada makna yang lain seperti yang dilakukan oleh sebagian penerjemah dengan ucapannya ” Jadi maksud tangan Alloh di atas mereka ialah untuk menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan berjanji dengan Alloh. Jadi seakan-akan Alloh di atas tangan orang-orang yang berjanji itu. hendaklah diperhatikan bahwa Alloh Maha suci dari segala sifat-sifat yang menyerupai makhluknya”.Sesungguhnya ini adalah kekeliruan yang nyata, bagaimana dia bisa mengatakan bahwa Alloh Y seakan-akan di atas tangan mereka, tidak mungkin secara kenyataan tidak pula secara angan-angan. Alloh Y telah mengatakan bahwa tangan Alloh di atas tangan mereka, sedangkan dia mengatakan Alloh seakan-akan di atas tangan mereka, alangkah jauhnya ucapan ini dengan makna ayat di atas. Adapun jika dikatakan Alloh Y maha suci dari sifat-sifat yang menyerupai makhluknya maka ini adalah ucapan yang benar, namun dia keliru dalam menerapkannya, bukan berarti jika Alloh Y maha suci dari sifat yang menyerupai makhluk kemudian kita harus meniadakan sifat-sifat Alloh Y yang telah Ia tetapkan dalam Al-Qur’an. Alloh Y telah berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
11. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
                Alloh  telah mengatakan tidak ada yang serupa dengannya, dan Dia juga yang mengatakan maha mendengar dan maha melihat, dan memiliki tangan. Makhluk juga melihat dan mendengar, apakah dengan itu kita tiadakan sifat melihat dan mendengar dari Alloh  supaya tidak sama dengan makhluk?, sedangkan Alloh  telah menetapkan sifat tersebut?! Tentu saja ini kekeliruan yang amat besar, bagaimana tidak, Alloh  telah menetapkannya dan kita meniadakannya. Maka jalan yang benar adalah kita katakan, Alloh Y maha mendengar dan maha melihat akan tetapi mendengar dan melihatnya Alloh Y tidaklah sama dengan makhluknya. Maka demikianlah dengan tangan, Alloh Y memiliki tangan dan tangan Alloh Y tidaklah sama dengan tangan makhluknya. Dengan demikian tidaklah sama Alloh Y dengan makhluknya. Berserikatnya Alloh Y dengan makhluk dalam suatu sifat tidak mengharuskan samanya sifat tersebut dan tidak mengharuskan samanya Alloh Y dengan makhluknya. coba kita cermati antara makhluk dengan makhluk, manusia punya tangan dan monyetpun punya tangan, apakah karena sama-sama punya tangan kemudian dikatakan tangannya manusia sama dengan tangannya monyet, atau dikatakan manusia itu sama dengan monyet karena sama-sama punya tangan?! Tentu kita katakan tidak sama, karena tangan monyet tidaklah sama dengan tangan manusia walaupun sama-sama punya tangan. Maka demikianlah Alloh Y, sesungguhnya tangan Alloh Y tidaklah sama dengan tangan makhluk sehingga dikatakan Alloh Y sama dengan makhluk, antara makhluk saja tidak sama lalu bagaimana dengan Alloh Y yang maha besar dan maha perkasa. Dika dzatnya Alloh Y tidaklah sama dengan makhluk walaupun sama-sama memiliki dzat, maka demikian juga sifatnya tidaklah sama dengan sifat makhluk walaupun sama-sama memiliki sifat. (baca kitab “At Tauhid” karya Al Imam Ibnu Khuzaimah).
Dan kita tidak boleh membayangkan bagaimana bentuknya tangan Alloh Y karena itu diluar kemampuan kita. Malaikat saja yang dia itu makhluk seperti kita, kita tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk matanya, ataupun tangannya ataupun yang lainnya, padahal sama-sama makhluk, lalu bagaimana dengan Alloh  yang maha besar lagi maha perkasa?!
                Dan tangan Alloh  di atas tangan-tangan mereka tidak mengharuskan tangan Alloh  bercampur dan bersentuhan dengan tangan mereka, karena sesungguhnya Alloh  di atas mereka, maka tentu saja tangan Alloh  juga di atas mereka. Tapi penyebutan secara khusus dalam ayat ini menunjukkan besarnya perhatian Alloh terhadap bai’at mereka tadi dan agungnya ibadah mereka tadi, sampai-sampai Alloh ta’ala secara khusus menjadikan tangan-Nya ada di atas tangan-tangan mereka sekalipun tidak bersentuhan.
                Kesimpulannya: Alloh  memiliki tangan yang tidak sama dengan tangan makhluk dan tidak mengharuskan Alloh sama dengan makhluk.
Demikian pula dengan firman Alloh  :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
64. orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Alloh terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (tidak demikian), tetapi kedua tangan Alloh terbentang; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. QS Al-Maidah : 64

Dalam  ayat ini Alloh  menceritakan tentang orang-orang yahudi yang mengatakan bahwa tangan Alloh  terbelenggu. Berarti Alloh  telah menetapkan Alloh  punya tangan yang telah diakui oleh orang-orang Yahudi, maka tidak mungkin makna tangan dipalingkan menjadi keinginan untuk memberi nikmat, karena jika dipalingkan menjadi keinginan memberi nikmat tentu maknanya rusak, karena tidak mungkin keinginan Alloh  itu dikatakan terbelenggu. Kemudian Alloh  mengatakan bahwa kedua tangannya terbentang, jika dikatakan yang dimaksud dengan tangan adalah keinginan memberi nikmat maka maknanya menjadi “ kedua keinginannya itu terbentang” apakah mungkin keinginan disifati dengan terbentang?! Dan apakah keinginan Alloh Y untuk memberi nikmat itu hanya terbatas pada dua?! Maka tidak mungkin “tangan” dimaknakan dengan yang lain. Harus dikembalikan kepada makna bahasa Arab yang murni dan asli, karena Al Qur’an turun dengan bahasa Arab yang jelas.
 Dan Alloh Y berfirman :
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
75. Alloh berfirman: “Hai iblis, Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) Termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. QS. Shod : 75.
Demikian juga dengan ayat ini Alloh  mengatakan bahwa Alloh  menciptakan Adam r dengan kedua tangannya, maka tidak mungkin dimaknakan dengan kedua kekuatannya, karena kekuatan Alloh  tidak terbatas hanya dua kekuatan. Dengan demikin orang-orang yang memalingkan sifat-sifat Alloh  kepada makna yang lain yang tidak ditunjukkan oleh lafadz tersebut berarti mereka telah terjerumus dalam kekeliruan yang besar yang telah menyesatkan mereka.
                Dan kedua tangan Alloh  kanan, sebagaimana dalam hadits Zuhair t bahwa Rosululloh r bersabda:
إن المقسطين عند الله على منابر من نور عن يمين الرحمن عز و جل وكلتا يديه يمين الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما ولوا
“ Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Alloh Y di atas mimbar-mimbar dari cahaya dari kanannya Alloh Y, dan kedua tangannya adalah kanan, (orang-orang yang adil itu adalah) yang berbuat adil dalam hukumnya dan keluarganya dan kekuasaannya.” HR. Muslim.
                Tidak boleh bagi kita membayangkan bagaimana bentuknya, kewajiban kita adalah mengimaninya sesuai dengan lafadz tersebut.
([17]) Hudaibiyyah adalah nama sumur, yang Rosululloh Y pernah meletakkan tangannya di air itu kemudian terpancarlah air dari jari-jemarinya, sehingga para sahabat yang ketika itu mereka sangat dahaga semuanya minum dari air tersebut hingga hilang dahaga mereka sedangkan jumlah mereka sekitar 1400 orang, sebagaimana yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
([18]) HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang sohih.
([19])  Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalm Musnadnya no 16800 dari jalan Zaid bin Hubaib dari Husain bin Al-Waqid dari Tsabit Al-Bunany dari Abdulloh bin Mughoffal t, kemudian Abdulloh bin Ahmad berkata : “dalam hadits ini Hammad bin Salamah mengatakan dari Tsabit dari Anas, sedangkan Husain bin Waqid mengatakan dari Abdulloh bin Mughoffal, dan inilah yang benar menurutku “.(selesai penukilan)
Para rowi hadits ini tsiqoh, kecuali Husain bin Waqid, dia diperselisihkan oleh para ulama’, namun yang tampak bagi kami dia hasanul hadits, sebagaimana dalam Tahrir Taqrib, maka hadits ini hasan.
Perkataan Abdulloh bin Ahmad di atas mengisyaratkan adanya perselisihan dalam hadits ini, yaitu Hammad bin salamah meriwayatkan dari Anas t sedangkan Husain bin Waqid dari Abdulloh bin Mughoffal t, dan beliau merojihkan bahwa yang benar adalah periwayatan Husain dari Tsabit dari Abdulloh bin Mughoffal t. Namun yang tampak bagi kami yang benar adalah periwayatan Hammad dari Tsabit dari Anas t, karena Hammad bin Salamah adalah orang yang paling kuat periwayatannya dari Tsabit,dan Tsabit adalah orang yang paling kuat riwayatnya dari Anas t sebagaimana dalam  Syarah Ilal Ibnu Rojab hal. 200, karena itu periwayatan Hammad dari Tsabit dari Anas t lebih kuat daripada periwayatannya Husain Bin Waqid, Allohu a’lam. Lihat tahqiq Musnad Ahmad. Namun perselisihan ini tidak merusak kesohihan hadits, karena sahabat semuanya adil.
([20]) Dhoif, diriwayatkan oleh Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1607 dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrok no. 3717, dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’ Was-Shifat no. 197{maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat seorang periwayat bernama Abayah bin Rib’iy, dan dia ini dari golongan syi’ah, dikatakan oleh Abu Hatim dia itu “syekh”, maknanya haditsnya tidak dapat dijadikan hujjah. Lihat Jarh wat-ta’dil milik Ibnu Abi Hatim dan Mizanul I’tidal.
([21]) Dhoif, diiriwayatkan Oleh Thobroni dalam Ad-Du’a’ no. 1612 dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’ Was-Shifat no. 198, Abdur Rozzaq dalam Mushonnaf no. 9798 {Maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat seorang rowi Yazid Abu Kholid muadzdzin Mekkah,tarjamahnya disebutkan dalam kitab Jarh Wat-Ta’dil, dan Abu Hatim tidak menyebutkan jarh tidak pula ta’dil, maka dia majhul.
([22])  Dhoif, diriwayatkan Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1611 dan Baihaqi dalam kitab Al-Asma’ Was-Shifat no. 199 {maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat Abdulloh bin Soleh katibul Laits dhoif.
([23])  Dhoif, diriwayatkan Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1613 {maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat ‘an’anah Ibnu Ishaq.
([24])  Dhoif, diriwayatkan Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1618 {maktabah Syamilah},  dalam sanad terdapat syekhnya Imam Thobroni yang bernama Ahmad bin Muhammad bin Yahya bin Hamzah Ad-Dimasyqy  dhoif. Lihat Lisanul Mizan 1/295 (no.885).
([25]) Sohih, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah dari jalan Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan dari Abdulloh bin Ahmad dari ayahnya dari Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari Abu Ishaq dari Amr bin Maimun. Para rowinya tsiqoh, Muhammad bin Ja’far yang dikenal dengan Ghundar, dia termasuk orang yang paling kuat periwayatannya dari Syu’bah. Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan dia adalah Abu Ali bin Assowwaf yang dikenal dengan Ibnus Showwaf dia Tsiqoh sebagaimana dalam Tarikh Baghdad no. 140 { maktabah syamilah}.
([26])  Dhoif, diriwayatkan Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1621 {maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat Ibrohim bin Hakam bin Aban, sangat lemah, lihat Tahdzib.
([27])  Dhoif, diriwayatkan Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1620 {maktabah Syamilah}, dalam sanad terdapat Laits bin Abi Sulaim dhoif
([28])  Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad no. 21255 dan Tirmidzi no. 3265 dan Tobroni dalam Mu’jam Kabir no.536, dalam sanad terdapat Tsaur bin Abi Fakhitah dhoif dari golongan Rofidhoh, lihat AT-Tahdzib dan tahqiq Musnad Ahmad.
Diriwayatkan juga dari hadits Salamah bin Akwa’ t, diriwayatkan oleh Thobroni dalam kitab Ad-Du’a’ no. 1606 { maktabah syamilah},dalam sanad terdapat Musa bin Ubaidah Ar-Robadzy mungkarul hadits sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad, Abu Zur’ah dan Abu Hatim, lihat Tahdzib.
([29]) Yaitu tahun keenam yang ketika itu terjadi perdamaian Hudaibiyyah
([30]) Hikmah tersebut adalah untuk menyelamatkan kaum mu’minin yang menyembunyikan keimanannya di kota Mekkah sebagaimana yang telah lalu penjelasannya.
([31]) Ibnu Katsir mnyebutkan bahwa Imam Malik berdalil dengan ayat ini akan kafirnya Rofidhoh, karena mereka jengkel dan benci kepada sahabat, barang siapa yang membenci sahabat maka dia kafir. Rofidhoh bukan hanya membenci sahabat bahkan mereka mengkafirkan sahabat dan para ulama’ telah mengkafirkan mereka.
([32]) Berdasarkan ayat ini para ulama’ mengatakan bahwa berita yang dibawa oleh orang yang tsiqoh (terpercaya) adalah diterima tanpa diteliti terlebih dahulu, karena perintah untuk meneliti berita hanya pada berita yang dibawa oleh orang yang fasik.
([33]) Peperangan terhadap kaum muslimin merupakan dosa besar, namun Alloh Y masih menamai mereka yang terjerumus dalam dosa besar ini mereka itu masih termasuk orang beriman bukan orang kafir keluar dari islam, maka ayat ini merupakan dalil bahwa seorang muslim jika melakukan dosa besar maka dia masih tetap muslim dan tergolong dari orang beriman selama dosa itu bukan dosa kesyirikan, hanya saja keimanannya kurang dan tidak sempurna, Bukan seperti keyakinan orang-orang Khowarij yang mereka itu mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan dosa besar maka dia kafir keluar dari islam dan akan kekal dineraka. Bukan pula seperti keyakinan Mu’tazilah yang mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan dosa besar maka dia itu tidak muslim tidak pula kafir tapi di Akhirat dia akan kekal dineraka. Keyakinan mereka ini menyelisihi ayat ini, karena ayat ini sangat jelas menyatakan bahwa mereka itu masih tergolong dari kalangan orang beriman.
([34]) Ulama’ mengecualikan jika seseorang itu tidak dapat dibedakan atau diketahui kecuali dengan gelarnya, maka boleh menyebutkannya dengan gelarnya.
([35]) Kebanyakan ulama’ mengatakan, jalan tobatnya orang yang menghibah dia harus meninggalkan perbuatan itu dan berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi, kemudian apakah disyratkan harus meminta maaf kepada orang yang dia ghibahi? Ulama’ berselisih, namun sebagian ulama’ mengatakan tidak disyaratkan harus meminta maaf atas ghibahnya itu, karena kalau dia beritahukan, maka bisa jadi orang yang dia ghibahi itu akan lebih tersakiti lagi setelah tahu kalau dia itu dighibahi, maka jalan keluarnya bagi dia adalah cukup memberi pujian kepadanya dimajelis yang pernah dia menghibahinya dimajelis itu, dan membantah jika ada yang menghibahinya sesuai dengan kemampuannya.
([36]) Ayat ini mentafsirkan ayat tadi bahwa yang dimaksud dengan kami adalah malaikat Alloh Y, yaitu dua malaikat yang disebutkan dalam ayat ini.
([37]) Sangkakala ditiup dua tiupan, yang pertama di dunia ketika tegaknya hari kiamat, maka awal tiupan mengejutkan dan akhir tiupan mematikan semua makhluk, dan inilah yang dimaksud dalam dua firman Alloh Y
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Alloh. Dan mereka semua datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” QS. An-Naml : 87

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Alloh.” QS. Az-Zumar : 68
                Maka ketika itulah tegak hari kiamat, Alloh Y berfirman dalam surat Al-Haqqoh:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ (13) وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً (14) فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (15)
13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiupan
14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.
15. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat,
                Tiupan kedua adalah tiupan di hari kebangkitan, yaitu ketika manusia dibangkitkan kembali untuk ditegakkan hari perhitungan di akherat, dan inilah yang dimaksud dalam firman Alloh Y :
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri melihat (kedahsyatan hari kiamat).” QS. Az-Zumar : 68
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” QS. Yasin : 51.
                Adapun hadits yang menyebutkan bahwa akan ada tiga kali tiupan yaitu tiupan untuk mengejutkan dan tiupan untuk mematikan dan tiupan untuk membangkitkan adalah hadits mungkar, lihat tafsir Ibnu Katsir dalam surat Al-An’am ayat 72.
([38])Maka ayat ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki Qorin (syetan yang menyertainya dan menggodanya), sebagaimana dalam Firman Alloh Y :
قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ
51. berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai qorin,

Dan Rosululoh r bersabda dalam hadits Ibnu Mas’ud t :
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ، إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ» قَالُوا: وَإِيَّاكَ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «وَإِيَّايَ، إِلَّا أَنَّ اللهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينٌ مِنَ الْجِنِّ»، قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَإِيَّايَ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
” Tidak seorangpun dari kalian melainkan diserahkan dengannya qorinnya (yang menyertainya) dari kalangan jin, para sahabat bertanya ” Dan begitu juga denganmu wahai Rosululloh?, beliau menjawab ” dan aku juga, melainkan Alloh Y menolongku atasnya sehingga dia masuk islam, maka qorinku itu tidak menyuruhku kecuali dengan kebaikan”. HR. Muslim

Dan diriwayatkan juga dari hadits Ibnu Abbas t diriwayatkan oleh Ibnu Bisyron dalam kitab Amali no. 90 dan Abu Bakr Ahmad bin Marwan dalam kitab Al-Mujalasah no. 2289 {Syamilah}, dengan lafadz
{إِلَّا لَهُ قَرِينٌ مِنَ الشَّيَاطِينِ} semua periwayat dapat dijadikan hujjah Kecuali Qobus dia Dhoif.
Diriwayatkan juga dari hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah, diriwayatkan Tobroni dalam Mu’jam Kabir, berkata Al-Haitsami dalam Majma’ Zawa’id 8/293 {Darul Kutub} : dalam sanad terdapat Abu Hammad Mufaddhol bin Sodaqoh dia dhoif.

Dua jalan yang dhoif ini terangkat menjadi sohih, karena asal haditsnya sohih yang telah diriwayatkan oleh imam Muslim,Allohu A’lam.

([39]) Ini sebagai dalil bahwa neraka nanti akan berbicara, dan ini bukan sesuatu yang mustahil, sesungguhnya Alloh Y maha mampu atas segalanya, sebagaimana Alloh Y mampu untuk menjadikan manusia dapat bicara, maka Alloh Y juga mampu untuk menjadikan Jahannam berbicara, bahkan Alloh Y Akan menjadikan kulit-kulit kita berbicara di hari kiamat untuk bersaksi sebagaimana dalam surat Fusshilat ayat 20-21.
Hadits ini juga sebagai dalil bahwa Alloh Y memiliki telapak kaki, namun tidak boleh diyakini bahwa telapak kaki Alloh Y serupa dengan makhluk ataupun diyakini berarti Alloh Y sama dengan makhluk karena makhluk juga punya telapak kaki, sesungguhnya Alloh Maha suci dari penyerupaan dengan makhluk, sesungguhnya telapak kaki Alloh Y sesuai dengan kebesaran dan keagungannya. Silahkan baca kembali catatan kaki disurat Al-Fath ayat 10 yang berkaitan dengan sifat-sifat Alloh Y.
([40]) Merupakan keyakinan ahlu sunnah bahwa  Alloh Y akan dilihat di hari kiamat, berdasarkan ayat dan hadits tadi, dan juga firman Alloh Y :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
23. kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Dalam hadits Abu Huroiroh t :
هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «هَلْ تُضَارُّونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟» قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: ” فَإِنَّكُمْ تَرَوْنَهُ
“(para sahabat bertanya) : apakah kami akam melihat Robb kami di hari kiamat ?” Rosululloh r menjawab: “Apakah kalian sampai mencelakai yang lain ( karena desak-desakan) ketika melihat bulan di malam purnama?” Mereka menjawab : “Tidak wahai Rosululloh,” Rosululoh r berkata: “Apakah kalian sampai mencelakai yang lain (karena desak-desakan) ketika melihat matahari yang tidak terhalangi dengan awan?” mereka menjawab : “Tidak wahai Rosululloh,” Rosululoh r berkata: “Maka sesungguhnya kalian akan melihat Robb kalian.” HR. Muslim.
                Dan masih banyak dalil-dalil yang lain yang menunjukkan bahwa kaum mu’minin akan melihat Alloh Y di hari kiamat. Adapun di dunia maka sesungguhnya Alloh Y tidak dapat dilihat di dunia ini, sebagaimana Alloh Y berkata kepada Musa r :

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي

143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Robbnya telah berbicara (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Alloh berfirman: “Kamu sekali-kali tidak akan melihat-Ku,

Yaitu tidak akan melihat-Nya di dunia ini.
                Kaum mu’minin melihat Alloh Y pada dua tempat, yang di padang mahsyar sebelum masuk syurga sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t no. 299 dan hadits Abu Sa’id Al-Khudri no. 302 riwayat Muslim. Dan yang kedua di dalam syurga.
                Apakah orang-orang kafir juga melihat Alloh Y di padang mahsyar?, ulama’ berselisih, ada yang mengatakan melihat ada yang mengatakan tidak, dan pendapat yang kami pilih adalah orang kafir tidak melihat Alloh Y kecuali orang-orang munafiq, maka mereka melihat Alloh Y di padang mahsyar, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-khudri no. 302 riwayat Muslim, Allohu a’lam.